| 33 Views

Al-Quds Dikooptasi, Umat Islam Tidak Boleh Diam

Oleh : Raodah Fitriah, S.P

Selama Bulan Ramadhan berlangsung, kelompok Hamas mengajak masyarakat Palestina untuk beribadah di Masjid Al-Aqsa. Hal ini menjadi langkah dalam melawan zionis, namun akses menuju Masjid Al-Aqsa dibatasi oleh pihak zionis dan hampir setiap tahun terjadi hal yang sama. (Nomorsatukaltim.co, 01/03/2025).

Pembatasan Al-Quds Lambang Tak Berdayanya Kaum Muslim

Bulan Ramadhan disambut dengan penuh haru oleh kaum muslim di berbagai negara.  Bulan yang penuh dengan ampunan, kemuliaan, bisa beribadah di masjid dengan leluasa tanpa merasakan intimidasi, dan lain-lain. Namun, kondisi seperti ini tidak dirasakan oleh saudara seiman kita di Palestina. Yang ada, mereka selalu diawasi bahkan dibatasi pergerakannya. Zionis menerapkan pembatasan jamaah solat di kompleks Masjid Al-Aqsa selama bulan Ramadhan dengan dalih keamanan.

Sementara di Gaza, zionis menghambat masuknya bantuan dalam berbagai bentuk. Zionis pun melakukan upaya pengontrolan, baik di tepi barat maupun di jalur Gaza secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa ketakutan zionis terhadap potensi perlawanan yang dilakukan oleh kaum muslim, maka mereka mengupayakan segala cara untuk menekan kaum muslim Palestina dengan menggunakan cara politik maupun militer.

Pembatasan akses menuju Masjid Al-Aqsa adalah bentuk ketidakberdayaan umat Islam untuk menyelamatkan kaum muslim Palestina. Bahwa kebebasannya pun masih di bawah kungkungan zionis. Masjid Al-Aqsa memiliki makna yang mendalam bagi kaum muslim, yakni menjadi kiblat pertama kaum muslimin sebelum dipindahkan ke Masjidil Haram. Selain itu, tanah Palestina merupakan tanah suci yang Allah berkahi di dalamnya, di atasnya dibangun Masjid Al-Aqsa dan merupakan negeri para nabi. Yang perlu kaum muslimin pahami bahwa, Masjid Al-Aqsa bukan hanya milik kaum muslim Palestina, namun milik umat muslim di seluruh penjuru dunia.

Solusi Ala Barat

Perjanjian gencatan senjata adalah solusi yang ditawarkan oleh Israel kepada Hamas untuk mengakhiri perang setelah 15 bulan Israel menghancurkan wilayah Gaza. Kesepakatan tersebut melalui tiga tahap;

Tahap pertama, pada tahap ini akan berlangsung selama enam minggu dengan diberlakukan gencatan penuh dan menyeluruh. Di tahap ini bertujuan untuk melepas sandera, baik sandera Israel yang ditahan oleh Hamas maupun sebaliknya. 

Tahap kedua, akan berlangsung selama 42 hari dengan tujuan melanjutkan pembebasan sandera laki-laki yang tersisa  (tentara dan warga sipil). Imbalannya dengan melepaskan tahanan Palestina yang belum ada kesepakatan negosiasi dan penarikan penuh semua pasukan Israel yang berada di jalur Gaza.

Tahap ketiga, adalah pengembalian jenazah ditukar dengan jenazah pejuang Palestina. Dilanjutkan dengan rencana rekonstruksi di Gaza di bawah pengawasan internasional bahkan akan dibuka kembali penyebrangan perbatasan agar memudahkan akses keluar masuk Gaza. (BBC Indonesia, 16/01/2025). 

Dilansir dari Alinea.id (02/03/2025), faktanya setelah gencatan fase pertama berakhir, kaum zionis terus menekan Hamas untuk menyetujui kesepakatan kedua dengan menghambat bantuan masuk ke Gaza. Bahkan kelompok Palestina menyebutkan keputusan Netanyahu tersebut sebagai bentuk pemerasan murahan, kejahatan perang dan kudeta terang-terangan terhadap perjanjian gencatan senjata. Terdapat 100 lebih warga Palestina tewas akibat tembakan tentara Israel di Gaza sejak terjadinya kesepakatan gencatan senjata.

Solusi Barat dan narasi-narasi sesat soal perdamaian, hanya akan menguntungkan pihak Israel dan membuat umat Islam kalah dan terpuruk. Rencana Amerika Serikat dan sekutunya merekonstruksi pembangunan di Gaza merupakan sebuah taktik untuk mengusir penduduk Gaza. Sangat mustahil Amerika berpihak pada nasib kaum muslim di Palestina. Amerika hanya memperjuangkan kepentingannya sendiri dan sekutunya yakni Zionis Yahudi.

Pembebasan Al-Quds hanya Dalam Naungan Khilafah

Entitas zionis adalah muhariban fi'lan yang wajib dihadapi hanya dengan bahasa perang,  yang akan efektif dan solutif jika di bawah komando seorang khalifah. Menegakkan kembali khilafah adalah qadliyah mashiriyah yang wajib menjadi agenda utama umat Islam. Dengan demikian, sikap kita terhadap kaum zionis adalah sebagaimana yang telah Allah Swt. perintahkan, yakni perangi dan usir. “Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tangan kalian, menghinakan mereka, serta akan menolong kalian atas mereka sekaligus melegakan hati kaum mukmin.” (TQS At-Taubah [9]: 14).

Namun hal itu hanya akan terjadi di bawah naungan khilafah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi yang merealisasikan jihad dan berperang melawan musuh Islam. Sebab, hanya dengan jihad dan khilafah yang akan menjadi solusi kongkrit untuk menyelesaikan penjajahan di tanah Palestina dan tidak akan merasakan penderitaan saat bulan Ramadhan. Hadirnya khilafah menjadikan ruang aman bagi umat muslim di seluruh dunia. Dengan demikian, kaum muslimin bisa menikmati Ramadhan penuh khusyuk dan bahagia, terutama di Palestina.

Di bulan Ramadhan ini pula umat Islam di Gaza tidak boleh gentar melawan zionis dan umat muslim yang ada di seluruh dunia untuk terus mendukung untuk kebebasan Palestina

Wallahu a'lam.


Share this article via

9 Shares

0 Comment