| 148 Views
Zionis Kian Agresif, Dunia Tak Berdaya

Oleh : Ummu Raffi
Ibu Rumah Tangga
Dua tahun sudah, Gaza menjadi target utama kebiadaban Zionis atas genosida. Bahkan, kekejiannya pun kini semakin agresif. Nestapa Gaza kian mengenaskan, puluhan ribu air mata dan darah korban mengalir tanpa henti setiap hari. Namun, dunia hanya diam tak berdaya menyaksikan kebrutalan Zionis. Sebatas kecaman, boikot, tanpa bergerak memberikan pertolongan terhadap warga Palestina.
Seperti kondisi Gaza yang terjadi baru-baru ini. Di tengah krisis kemanusiaan yang semakin lemah, serangan udara Zionis di Jalur Gaza kembali menghujani puluhan warga Palestina, termasuk mereka yang sedang mengantri bantuan makanan. Peristiwa biadab tersebut terjadi sejak Ahad 30 Juni 2025, hingga menewaskan 68 orang. Sebanyak 47 korban jiwa tercatat di Gaza City dan wilayah utara Gaza, termasuk lima orang tewas pada saat menuju pusat distribusi bantuan makanan yang dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF) di utara Rafah. (cnbcindonesia, 30/6/2025)
Lembaga GHF tersebut, didirikan AS dan Zionis Yahudi mulai Februari 2025 lalu. Dengan tujuan, untuk memberikan bantuan makanan kepada warga Gaza yang kelaparan. Namun naas, di saat warga Palestina berkumpul untuk mendapatkan bantuan, mereka disambut peluru oleh tentara Zionis. Pembantaian pun terus berlanjut.
Pemerintah Gaza menilai, bahwa GHF hanyalah alat propaganda Zionis yang dikemas berupa bantuan kemanusiaan, untuk membungkus pembantaian massal. Alih-alih untuk menyelamatkan warga Gaza, justru lembaga ini dijadikan strategi perang paling ampuh.
Krisis Gaza juga menunjukkan bahwa, entitas Zionis sangat jumawa dan arogansi karena didukung penuh oleh AS dan sekutunya, baik dari segi bantuan keuangan maupun persenjataannya. Barat sangat paham, ketika umat Islam bersatu mereka akan menguasai dunia. Oleh sebab itu, beragam cara yang dilakukan musuh-musuh Islam untuk menghadang kebangkitan kaum muslim, agar kekuasaan Barat tetap langgeng.
Meskipun banyak masyarakat dari berbagai negara, baik muslim maupun nonmuslim melakukan gerakan solidaritas untuk menunjukkan pembelaannya terhadap warga Gaza. Para penguasa negeri muslim tetap bungkam tak bergeming, bahkan masih menjalin hubungan erat dengan penjajah Zionis.
Sekat nasionalisme telah berhasil meracuni pemikiran umat, dan merobohkan ikatan akidah Islam di antara penguasa muslim. Ikatan ini, berasal dari ideologi kapitalisme sekuler. Bertujuan untuk memecah belah kekuatan umat Islam agar lemah. Karenanya, Gaza dibiarkan berjuang sendiri dalam kelaparan parah, dibombardir tanpa satupun bantuan militer dari negeri-negeri muslim.
Kini, label umat terbaik seakan sirna dalam benak umat Islam, akibat batas imajiner nasionalisme. Hausnya cinta kekuasaan dan kedudukan, membuat para penguasa negeri muslim dibutakan serta terlena akan ikatan persaudaraan aqidahnya.
Persoalan Palestina merupakan problem seluruh kaum muslim sedunia. Umat Islam di seluruh dunia, memiliki tanggung jawab untuk membela saudara seakidahnya yang sedang teraniaya. Sehingga, diamnya para penguasa muslim, juga berpangku tangan atas pembantaian yang dilakukan penjajah Zionis merupakan pengkhianatan yang sangat berat hisabnya. Rasulullah bersabda: “Perumpamaan umat Islam dalam urusan kasih sayang dan tolong-menolong ibarat satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh merasa kesakitan, maka bagian tubuh lain akan merasakannya.” (HR Bukhari Muslim)
Umat harus memahami, persoalan Gaza bukanlah sekadar masalah kemanusiaan dan krisis kelaparan. Melainkan, problem kaum muslim dan tersekat-sekatnya umat di bawah bendera nation state yang dibuat oleh penjajah Barat. Yang lebih urgent dibutuhkan Palestina saat ini hanya dengan dikirimkannya tentara, hingga penjajah hengkang dari tanah Gaza.
Atas dasar inilah, kebutuhan akan hadirnya Khilafah sebagai perisai umat harus terus diopinikan agar umat sadar, bahwa akar masalah Palestina adalah penjajahan dan solusinya hanya dengan jihad dan Khilafah.
Umat Islam harus menyadari bahwa, kemunduran kaum muslim mulai tampak tatkala mereka meninggalkan dan meremehkan syariat. Membiarkan peradaban asing menyusup ke penjuru negeri Islam, dan menormalisasi paham Barat mencengkram dalam diri mereka.
Dengan demikian, menyebarluaskan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia dapat membangkitkan pemahaman kaum muslim. Dimulai dari membentuk ketakwaan individu, masyarakat, maupun negara. Sehingga, akan terbentuk suatu masyarakat unik, dengan memiliki pola pikir dan pola sikap yang Islami.
Oleh karena itu, penjajahan Palestina akan tuntas terselesaikan hanya dengan persatuan umat dalam satu kepemimpinan global. Yang akan memberikan komando untuk menyerukan jihad dengan mengerahkan segenap bantuan militer, hingga Palestina kembali ditaklukkan oleh kekuasaan kaum muslim. Aktivitas tersebut tidak akan terwujud tanpa adanya seorang pemimpin (khalifah) dalam institusi khilafah.
Sebab dalam Islam, pemimpin adalah raa'in (pengurus) rakyat.
Kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya di akhirat. Keberadaan pemimpin dalam Islam, dapat memberikan power untuk mengembalikan kekuatan kaum muslim, diantaranya:
Pertama, negara mampu menyatukan umat Islam secara global, dan dapat memusnahkan sekat kebangsaan yang memecah belah umat.
Kedua, negara mampu menggerakkan kekuatan nyata kaum muslim, dengan mengerahkan militer untuk menggentarkan musuh-musuh Islam. Ketiga, negara akan melepaskan diri dari ketergantungan pada kekuatan asing, seperti PBB dan lainnya. Berlimpahnya sumber daya alam yang dimiliki, sehingga menjadi negara mandiri dalam semua aspek.
Alhasil, hanya Islam yang mampu menyatukan kekuatan kaum muslim sedunia dan mampu menyingkirkan sekat nasionalisme. Kemuliaan dan kehormatan umat Islam akan terjaga dan terlindungi. Sehingga, tidak ada ruang bagi penjajah untuk merampas tanah, menganiaya, melecehkan, bahkan membantai, seperti yang dialami warga Gaza dan kaum muslim lainnya di belahan dunia.
Wallahu'alam bissawab.