| 156 Views

Trend Open Marriage Menihilkan Kesakralan

Oleh : Anggun Pribadi

Akhir-akhir ini sedang Trend Open Marriage atau sering di kenal dengan istilah open relationship di kalangan kaula muda. Mungkin trend ini sudah menjadi hal yang wajar di negera barat, tapi di negara kita mulai welcome dengan trend ini. So, apakah trend tersebut?

Trend open marriage yaitu trend (sesuatu yang di perhatikan dan diminati) ketika pasangan suami istri bersepakat untuk ‘membuka’ pernikahan mereka (source: id.quora.com). artinya diantara mereka telah setuju untuk menjalin hubungan (pacaran) dengan yang lain bahkan sampai berhubungan badan dengan. Dan biasanya hal ini sudah dibicarakan sejak sebelum atau mendekati pernikahan.

Trend ini bersepakat secara sadar bahwa pasutri melibatkan orang lain dalam hubungan mereka. Mereka harus ikhlas dan tidak boleh komplain atas hubungan pasanganya dengan orang lain, bahkan harus pasrah ketika pasangannya tidur dengan orang lain. Secara tidak langsung ini adalah aktivitas melegalkan perselingkuhan atau perzinahan. Bahasa kasarnya bisa di katakan juga “tubuh saya milik publik, hatiku untukmu”. Na’udzubillah mindzalik.


Setiap hubungan pasti punya tujuan dan alasan. Begitu juga dengan open marriage ini banyak alasanya, biasanya karena bosan dalam rumah tangga, atau sudah tidak ada kecocokan lagi atau mungkin memang pelakunya mengagungkan freedom (kebebasan), dan inilah sesuatu yang di tumbuh suburkan di sistem Demokrasi. Demokrasi menjamin kebebasan,seperti kebebasan berekspresi, kebebasan beragama, kebebasan memiliki dan kebebasan beropini. Maka, open marriage ini adalah hasil dari kebebasan berekspresi.
Mereka tidak mau terikat dengan agama , dan pernikahan  hanya sekedar untuk menunaikan admnistrasi negara agar bisa melangsungkan kehidupan di negara dan meraih keturunan. Atau ada beberapa fakta susahnya untuk mengurus perceraian di negeri kita maka pasutri yang tidak mau ribet memilih trend ini untuk memuaskan nafsu mereka.

Disistem kapitalis sekarang sudah tak heran lagi banyak rumah tangga yang rusak atau gagal  (broken home). Hal tersebut karena tidak cukupnya tujuan yang mereka mau cari. Kalau saja setiap pasutri punya tujuan yang jelas dan tepat dalam pernikahannya, insyaallah tujuan itu akan lebih kuat daripada masalah-masalah yang mereka hadapi. Sebaliknya jika mereka tidak punya tujuan yang jelas dan tepat pasti masalah-masalah dalam rumah tangga akan membesar dan jadi berat. Jelaslah tujuan pernikahan seorang mukmin adalah beribadah dan  meraih ridho ALLAH.


Misal saat kita puasa di bulan ramadhan, insyaallah kita kuat karena kita sudah niatkan. Tapi, coba kita tidak niat puasa jam 10.00 saja kita sudah tidak kuat akan lapar. Kenapa? Karena kit tidak punya tujuan,  kita tidak ada niat maka lapar tersebut jadi fokus kita. Tetapi, kalau kita punya tujuan dan niat, pahala dan ridha ALLAH yang mau kita tuju maka segala masalah akan terlihat kecil dan mudah di lewati.

Pernikahan adalah sesuatu yang sakral (suci) karena lahir dari fitrah yang sudah Allah beri kepada hambanya. Sesuatu yang suci tidaklah layak untuk di kotori dengan keterbukaan pernikahan yang tidak punya batas tersebut.
Dan mereka telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat (TQS.an-Nisa:21)
Pernikan harus memiliki aturan agama sebagai pondasinya dan privasi untuk menjaga marwah (kerhormatan). Hubungan antara suami istri adalah hubungan persahabatan bukan hubungan antara majikan dan pelayan (source: kitab nizham ijtima’i, Syaikh Taqiyyudin annabahani), maka tak selayaknya diantara pasutri membuka pernikahan mereka bak prostitusi.
Wallahua’lam


Share this article via

104 Shares

0 Comment