| 112 Views
Tren "Miya atau Aminah" Viral di Jagat Maya, Bagaimana Islam Memandang?

Oleh : Yuli Ummu Raihan
Aktivis Muslimah Tangerang
Belakangan di aplikasi Tiktok menjadi konten yang FYP alias viral tentang "dulu Miya sekarang Aminah". Tren ini bermula dari serial drama dari negeri Jiran Malaysia berjudul "Aku bukan Ustadzah ". Serial ini menceritakan tentang karakter tokoh bernama Aminah yang berubah atau mengubah penampilannya yang tadinya menutup aurat sempurna (bercadar) menjadi sosok yang fashionable atau berdandan ala kekinian meskipun tetap memakai kerudung (khimar). Ia pun lebih suka dipanggil Miya dibandingkan nama aslinya Aminah. Hal ini ia lakukan karena ia menjadi korban fitnah dan keluarganya tidak mempercayainya, alhasil ia memilih pergi dan memulai kehidupan baru dengan nama dan karakter sebagai Miya.
Tren ini berisi konten perubahan seseorang yang sebelumnya adalah sosok wanita salihah yaitu menjaga pergaulan, penampilan serta gambaran seorang ukhti, kini berubah penampilan , baik fisik (pakaian) maupun karakter.
Tren ini pun mendapatkan pro dan kontra dari netizen. Ada yang merasa ini adalah hak/pilihan setiap orang, hanya Allah yang berhak menilai perbuatan/ pilihan seseorang. Bahkan mirisnya ada yang mengatakan "be your self" atau pernyataan semisal yang mendukung seseorang yang membuat konten tersebut. Hal ini justru seperti pemakluman bahkan dukungan sehingga pembuat konten mengucapkan terima kasih.
Sementara pihak yang kontra merasa konten semacam ini tidaklah pantas karena tidak sesuai dengan syariat Islam atau norma kebaikan. Kreativitas netizen bermain di sini, dengan munculnya konten balasan yang merupakan kebalikan dari tren tersebut. Tren itu bertema "dulu Miya , sekarang Aminah". Konten ini berisi perjalan hijrah seseorang dari masa jahiliah (jauh dari agama) yang berubah menjadi sosok yang mulai taat syariat.
*Pandangan Islam*
Islam sebagai agama yang sempurna memiliki serangkaian aturan sempurna bagi kehidupan manusia. Mulai dari hal terkecil hingga permasalahan besar. Semua aturan itu dibuat untuk kemaslahatan manusia. Semua itu membutuhkan pemahaman yang benar agar terbentuk pondasi yang kokoh sehingga manusia tidak salah bersikap.
Pemahaman yang benar terhadap syariat Islam tidak akan membuat seseorang labil alias mudah goyah sehingga muncul tren semacam ini.
Perjalanan hidup seseorang memang berliku, tidak ada yang tau bahwa seseorang yang dulunya "Miya" bisa mendapatkan hidayah sehingga berubah menjadi "Aminah" begitu pun sebaliknya. Perjalanan ini juga disertai ujian yang membutuhkan perjuangan untuk menyelesaikannya. Pemahaman yang benar pada syariat akan menuntun seseorang pada jalan yang benar sehingga tidak akan tersesat atau jatuh pada pilihan yang salah.
Pemahaman yang benar akan membuat seseorang tahu apa yang boleh dan tidak boleh untuk dilakukan. Ia akan menjadikan syariat sebagai standar perbuatan, bukan hanya sekadar emosi dan perasaan apalagi logika semata.
Pemahaman yang benar akan membuahkan ketaatan tanpa tapi dan nanti. Ia tidak akan kecewa ketika sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya karena ini merupakan bagian dari kuasa Allah. Manusia bisa berencana, tapi Allah yang kuasa menetapkan sesuatu.
Ujian kehidupan tidak lantas menjadi alasan seseorang berlindung dengan kalimat "be your self". Menjadi diri sendiri itu baik, tapi jauh lebih baik menjadi apa yang Allah mau. Allah mau hambaNya taat karena ketaatan pasti membawa kepada kebaikan, begitu pun sebaliknya.
Jangan sampai tren jadi pembenaran untuk sesuatu yang salah. Bahkan menjadikan kita tidak lagi memperdulikan amar makruf nahi mungkar.
Memang wanita yang menutup aurat sempurna tidak menjamin dirinya salihah, tapi wanita salihah pasti akan menutup auratnya. Jadi, stop mengatakan baik buruknya seorang wanita tidak bisa diukur dari pakaiannya. Menutup aurat dan berprilaku baik adalah dua hal yang berbeda, tetapi keduanya adalah kewajiban. Jangan meninggalkan sesuatu kewajiban hany karena belum bisa melakukan kebaikan yang lainnya. Standar kebaikan dalam Islam itu tidak hanya dari pakaiannya tapi banyak hal lainnya.
Kita tidak pernah tau amalan kita yang mana yang akan diterima Allah. Jadi tetaplah berusaha untuk mentaati semua perintahNya sesuai kemampuan kita.
Istikamah itu berat, tetapi bukan berarti tidak bisa. Cukuplah kematian jadi pengingat bagi kita. Kita tidak pernah tau kapan nyawa kita dicabut? Saat kita jadi Miya atau Aminah?
Menjadi lebih baik dari kita sebelumnya memang butuh perjuangan. Ini adalah ujian keimanan yang harus kita jalani.
Allah SWT berfirman dalam QS Al-Ankabut ayat 2: " Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan ( hanya dengan) berkata, "Kami telah beriman, sedangkan mereka belum diuji?"
Ujian itu bisa dalam bentuk kesempitan harta, dijauhi manusia, diomongin, dihina, difitnah, ekonomi, keluarga, kesehatan dan lainnya. Bahkan ujian bisa datang dari orang terdekat kita, termasuk lingkungan ketika kita mulai hijrah.
Ingatlah syarat ihsanul amal itu hanya dua yaitu niatnya hanya karena Allah serta caranya benar (sesuai tuntunan syariat).
Ketika proses hijrah kita masih penuh aral rintangan, bersabarlah dan tetap istikamah. Carilah lingkungan yang sehat untuk hijrahmu. Bergaulnya dengan sahabat yang menambah ketaatanmu pada Allah SWT.
Bagi yang masih labil antara mau jadi Miya atau Aminah? Yuk belajar lagi, pahami Islam dengan baik. Jangan lelah berproses menjadi lebih baik. Memilih mundur atau kembali jahiliah bukan pilihan.
Lebih baik kita terpaksa dalam kebaikan/ ketaatan, dari pada suka rela melakukan keburukan. Teruslah berproses jadi lebih baik dari diri kita yang sebelumnya.
Wallahua'lam bishawab.