| 162 Views
Tradisi Harga Melangit, Hidup Rakyat makin Sulit

Oleh : Fahma Zaidah
Ramadhan 2024 telah tiba, seharusnya ini adalah sebuah momentum yang ditunggu seluruh kaum muslimin khususnya, terutama di Indonesia sebagai wilayah dengan jumlah muslim terbesar. Namun ada kenyataan yang cukup membuat resah setiap bulan suci tiba, yaitu seolah tradisi : kenaikan harga pangan di pasar. BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat pada bulan Februari 2024, inflasi sebesar 0,37 % secara bulanan. Penyumbang inflasi terbesar adalah beras, yang menyebabkan inflasi serta kenaikan harga pada komoditas pangan yang lain seperti daging ras, telur, dan cabai. (https://kumparan.com/1 Maret 2024)
Mengapa disebut tradisi? Karena fakta inilah yang terjadi. Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M.Habibullah menyampaikan dalam konferensi pers Indek Harga Konsumen di kantornya, Jumat, (1/3/2024 bahwa mengacu pada data historis pada momen Ramadhan harga beberapa komoditas diperkirakan meningkat. Ini disebabkan permintaan yang meningkat pada bulan Ramadhan. Adapun komoditas yang berpotensi naik diantaranya, beras,daging ayam, minyak goreng, bawang putih, bawang merah, dan gula pasir. https://www.cnbcindonesia.com/1 Maret 2024)
Tentu realita ini sangat memberatkan masyarakat, mengingat bahwa mayoritas masyarakat Indonesia tergolong masyarakat dengan penghasilan menengah ke bawah. Dengan naiknya harga komoditas kebutuhan pokok semisal beras, daging ayam, gula pasir dan sebagainya tentu akan sangat berpengaruh pada tingkat pengeluaran. Karena kebutuhan mereka tidak hanya kebutuhan pokok namun masih banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi, membayar listrik yang juga kian mahal, membayar berbagai pajak yang wajib, membayar sekolah, kebutuhan berobat jika sakit, dan lain sebagainya. Tentu ini sangat menyusahkan.
Tidak hanya masyarakat selaku pembeli kebutuhan pokok yang mengeluhkan kenaikan harga-harga ini. Pedagang pun mengeluhkan hal yang sama. Disaat harga masih stabil, pembeli saja sudah sepi, mengalami penurunan, apalagi ketika harga naik, penurunan jumlah pembeli semakin turun drastis. Sehingga ini sangat berpengaruh pada tingkat penghasilan pedagang.
Lagi-lagi di saat momentum Ramadhan yang seharusnya menjadi bulan penuh berkah, sedekah dan khusyuk beribadah, harus dibebani dengan persoalan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Tak bisa dielakkan ini menjadi pemikiran utama dan penting terutama bagi masyarakat kalangan bawah yang paling merasakan imbasnya kenaikan harga ini.
Apa penyebabnya dan Upaya Mengatasinya?
Diantara sekian banyak penyebab naiknya harga pangan pokok, maka salah satunya adalah karena naiknya permintaan terhadap bahan atau barang tersebut. Misal : beras. Seperti yang juga telah disampaikan oleh Habibullah di atas, naiknya harga pangan disebabkan oleh naiknya permintaan. Ini dipicu oleh sebagian pihak yang memanfaatkan untuk meraup keuntungan banyak. Dengan semangat sedekah, terutama di bulan suci Ramadhan misalnya. Disisi lain, terdapat kesalahpahaman bagaimana seharusnya beribadah dan beramal shalih selama bulan Ramadhan sehingga berimbas pada naiknya permintaan.
Penyebab kuat juga atas naiknya bahan pokok adalah karena faktor cuaca. Namun ini bisa diterima untuk bawang putih, bawang merah, dan cabai. Sedangkan untuk kebutuhan lain seperti beras, minyak goreng, dan ayam seharusnya tidak berpengaruh. Negara yaitu dalam hal ini pemerintah seharusnya sudah menantisipasi dengan fluktuatif perubahan cuaca dengan banyak melakukan penelitian, sehingga dengan penelitian itu dihasilkan bibit unggul yang bisa tahan dengan cuaca, bisa subur dengan pupuk yang baik, sehingga tanaman pangan bisa produktif secara kualitas dan kuantitas. Masyarakatpun bisa mendapat atau membeli dengan harga terjangkau karena hasil yang melimpah, banyaknya permintaan tidak akan mempengaruhi harga bahan pangan tersebut.
Jka penyebabnya karena distribusi barang, seharusnya pemerintah bisa memperpendek jalur distribusi dari produsen ke konsumen. Selama ini jalur distribusi dan penyebaran barang produksi dan produsen ke konsumen cukup panjang, sehingga biaya produksi dan biaya transportasi dijumlahkan untuk menjadi harga konsumen. Dan ini membuat kenaikan harga pangan yang diproduksi tersebut siginifikan kenaikannya.
Belum lagi permainan pengusaha swasta yang banyak memanfaatkan kebutuhan pangan pokok semisal beras, gula, minyak dan lain sebagainya. Ini menjadi sasaran bagi mereka. Pengusaha dengan modal yang besar membeli dengan harga murah pada petani, kemudian mengolah dan menjual kembali dengan harga tinggi dan berkali lipat dari harga padi. Denga modal besar yang mereka miliki akan mengalahkan pengusaha dengan modal kecil. Dan untuk hal ini pemerintah belum memiliki mekanisme khusus untuk mencegah monopoli pengusah bermodal besar ini untuk emmainkan harga di pasar.
Bagaimana Seharusnya?
Solusi persoalan ini tidak akan didapatkan secara paripurna jika negara tetap dan terus menerapkan kapitalisme. Dalam system ini negara bukan pelayan rakyat. Negara hanya regulator kebijakan yang bisa dimanfaatkan dan diarahkan oleh pengusaha pemilik modal besar. Pengusaha ini yang akanmengatuir. Orintasi kapitalisme adalah materi bukan pelayan rakyat.
Selama negara dan pemerintah patuh dan mengikuti pasar bebas, maka kebutuhan pangan pokok dalam negeri yang dianggap langka disolusi dengan impor. Ini terkait dengan perjanjian perdagangan pasar bebas. Jika negara tidak mandiri dan punya kekuatan penuh mencukupi kebutuhan pangan pokok dalam negeri, sudah dipastikan ini meruipakan hal yang mustahil untuk bisa membuat rakyat sejahtera. Persoalan kenaikan harga ini pun kan terus berulang dan seolah menjadi tradisi yang tak berujung.
Sudah seharusnya Islam menjadi solusi. Islam dengan aqidah Islamnya, menyeru pemimpin menjadi pelayan umat dan pelayan rakyat. Mereka diseru menjadi pemimpin yang amanah dengan kepemimpinannya karena semua bentuk kepemimpinannya akan dimintai pertangujawaban dihadapan Allah SWT. Dalam Islam, sistem pengelolaan keuangan dalam memenuhi kebutuhan dasar dan tambahan rakyat adalah dengan Baitul Mal. Kelangkaan bahan pangan tidak diatasi dengan impor tapi dengan swadaya biaya dari baitul mal untuk membiayainya, semisal riset untuk mempebanyak jumlah bahan pangan dari hasil pertanian, laut, ataupun ternak.
Islam juga punya sistem sanksi yang tegas pada pihak pihak yang mencoba melakukan manipulatisi harga di pasardan yang melanggar kebijakan negara, negara tidak membiarkan para oligarki hidup dan menyengsarakan masyarakat dengan menaikkan harga. Ini membuat rantai atau jalur distribusi secara alami akan pendek, terkendali, dan kenaikan harga tidak besar di pasar.
Belum lagi mekanisme pemerataan kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan pokok dalam Islam dengan mekanisme zakat. Islam menggolongkan 8 kelompok yang berhak menerima zakat. Sehingga mereka yang tidak mampu ini tetap bisa menjalani kehidupan karena kebutuhan pokoknya tercukupi. Ditambah dengan penyediaan lapangan kerja yang luas dan penyediaan modal bagi mereka yang membutuhkan. Kembali semua diatur dalam kebijakan pengelolaan keuangan di baitul mal.
Inilah beberapa kebijakan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan pangan pokok masyarakat dalam Islam. Semua ini bisa terwujud denganmenjadikan Islam sebagai dasar dalam kehidupan berbagsa dan bernegara.