| 90 Views

Sulitnya Pendidikan, Kesehatan, Dan Kemiskinan Membutuhkan Solusi Nyata, Bukan Sekedar Retorika

Oleh : Dewi yuliani

Pernyataan bahwa pendidikan dan kesehatan berpengaruh dalam pengentasan kemiskinan adalah pernyataan yang tepat. Harapan muncul ketika dinyatakan akan adanya peningkatan anggaran untuk dua bidang tersebut. Sayangnya pernyataan tersebut belum didukung dengan kebijakan yang sejalan. Bahkan adanya kebijakan yang membuat hidup rakyat makin sulit termasuk dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan.

Pendidikan dan Kesehatan Jalan Keluar dari Kemiskinan pada hari Rabu, 11 Desember 2024 - 07:28 WIB Oleh : Ahmad Farhan Faris, Edwin Firdaus  Presiden Prabowo Subianto Luncurkan Katalog Elektronik LKPP Versi 6.0 (Doc: Setpres) Dikutib dari Sumber : VIVA.co.id/Natania Longdong Share : Jakarta, VIVA – Presiden RI, Prabowo Subianto menyinggung perbedaan fokus alokasi anggaran terbesar Indonesia dengan India dan Amerika Serikat. Rencana Pilkada Bisa Diwakili DPRD, Alasannya Tak Hanya soal Biaya Mahal Beli Galaxy A06 & dapatkan total bonus hingga Rp575.000 Di Indonesia, kata Prabowo, terbesar disalurkan untuk pendidikan. Sementara, India dan AS justru mengalokasikan anggarannya untuk pertahanan. Indonesia alokasi terbesar adalah pendidikan," kata Prabowo saat menghadiri Penyerahan Secara Digital Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) 2025, di Istana Negara, Jakarta, pada Selasa, 10 Desember 2024. 

Apalagi dalam sistem kapitalisme, kapitalisasi pendidikan dan kesehatan adalah sesuatu yang tak terelakkan. Belum lagi berbagai pungutan pajak jelas memberatkan rakyat, dan turunnya anggaran MBG. Semua adalah konsekuensi penerapan sistem kapitalisme, sistem ini mendukung terwujudnya penguasa populis penuh pencitraan.

Hidup di bawah kepemimpinan sekuler (memisahkan agama dari kehidupan) sudah terbukti sangat menyengsarakan dan memunculkan banyak permasalahan. Wajar saja sistem ini tidak mampu memberikan jawaban kesejahteraan. Pasalnya, semua aturan dan kebijakan yang diterapkan meniadakan aturan agama, lebih tepatnya menghilangkan peran Islam dalam kehidupan. Padahal, risalah Islam berasal dari Allah Swt., Sang Pencipta manusia dan seluruh makhluk, Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa atas segala sesuatu. Aturan Islamlah yang menjamin terwujudnya kesejahteraan dan kebahagiaan bagi umat manusia.

Islam menetapkan bahwa layanan pendidikan dan kesehatan adalah kebutuhan pokok rakyat dan menjadi hak seluruh rakyat yang wajib dipenuhi oleh penguasa. Penguasa dalam Islam memiliki kewajiban mengurus rakyat dengan baik dan tidak menimbulkan kesusahan pada rakyat. Islam memiliki mekanisme untuk menjamin pemenuhan kebutuhan pokok tersebut, termasuk sumber daya alam  yang banyak sesuai dengan sistem ekonomi Islam.

Sosok pemimpin Islam tidak berhenti pada diri Rasulullah ﷺ, para pemimpin negara setelah beliau pun terus melanjutkan konsep kepemimpinan beliau. Di antaranya pemimpin Umar bin Khaththab, sosok pemimpin yang peduli dan sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.

Imam Jalaluddin as-Suyuti dalam Tarikhul Khulafa mengisahkan bahwa Khalifah Umar adalah orang yang pertama kali membuat lumbung-lumbung cadangan makanan (seperti tepung gandum, kurma, kismis, dan air) di antara Kota Makkah dan Madinah. Tujuannya adalah agar para pedagang, musafir, atau bahkan yang pergi haji/umrah tidak kelaparan jika persediaan bekal mereka habis. Makanan-makanan ini dibagikan secara gratis bagi mereka yang membutuhkannya.

Pemimpin Umar pula yang menetapkan kebijakan untuk tidak membagikan tanah Irak, Syam, dan Mesir. Berdasarkan pemahaman beliau terhadap ayat-ayat fai, harta tersebut tidak dibagi-bagikan kepada pasukan yang ikut berperang, tetapi dimasukkan ke dalam sumber pendapatan yang bersifat tetap dan pasti untuk berbagai pembiayaan.

Dari sumber tersebut, dibiayai seluruh kemaslahatan negara, baik untuk tentara, makanan, orang-orang fakir dan miskin, anak yatim, para janda, juga untuk mewujudkan kemaslahatan kaum muslim. Demikianlah yang disampaikan oleh Syekh Abdul Qadim Zallum dalam kitab Al-Amwal fii Daulah al-Khilafah.

Kehidupan akan terus terpuruk bahkan berujung kehancuran jika sistem kepemimpinan sekuler tetap bertahan. Satu-satunya cara untuk menyelamatkannya adalah dengan menghadirkan kepemimpinan Islam yang dibimbing oleh wahyu Allah Swt. dan dicontohkan oleh baginda Rasulullah ﷺ, serta para khalifah setelah beliau.

Wallahualam bissawab.


Share this article via

54 Shares

0 Comment