| 60 Views

Sistem Kapitalis Menciptakan Negara sebagai Pebisnis

Oleh : Lestia Ningsih S.Pd

Sudah menjadi agenda tahunan, saat menjelang hari Raya idul Fitri harga tiket transportasi naik menjadi mahal dan hal ini terus berulang terjadi setiap tahunnya. Bukankah transportasi merupakan kebutuhan yang sangat diperlukan untuk umat saat mudik! Maka sudah menjadi suatu keharusan bagi negara untuk memfasilitasinya dengan sarana dan prasarana yang murah, aman, nyaman dan berkualitas sebagai bentuk maksimal negara dalam melayani rakyatnya.

Pemerintah sedang melakukan antisipasi agar tidak terjadi pelonjakan terhadap harga tiket pesawat yang hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Ketua KPPU, Franshurullah Asa meminta maskapai untuk melapor terlebih dulu sebelum memutuskan untuk menaikkan harga tiket kepada konsumen. Maskapai diminta untuk tidak membuat harga tiket pesawat mahal tanpa alasan rasional. Adapun, hal tersebut mengacu pada Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor 1811 K/Pdt.Sus-KPPU/2022 pada 2023. (Ekonomi.bisnis.com, 16/3/2024).

Berbagai upaya tentu sudah dilakukan. Namun, mengingat kenaikan harga tiket naik menjulang  tinggi sudah seperti rutinitas tahunan menjadi terkesan upaya negara masih kurang optimal. Tentu ada sebab akibat mengapa hal ini bisa terus terjadi dan harus mencari akar masalahnya dan menentukan solusi tuntas untuk masalah tersebut.

Jangan lupa, bahwa negara ini telah hidup dengan menggunakan sistem kapitalisme yang dianutnya. Maka tidak cukup hanya teguran namun perlu sanksi yang tegas dan pemantauan yang benar karena mengingat maskapai penerbangan nasional di negeri ini merupakan berkepemilikan atau saham dari badan swasta maka negara harus lebih ketat mengawasinya agar tidak terjadi kezaliman karena membebani rakyat. 

Di sistem kapitalisme menjadi hal yang wajar jika harga tiket mahal disaat umat sangat memerlukannya, para elit kapital telah menguasai sarana umum yang menjadi hajat orang banyak jadi mustahil untuk bisa mendapatkan harga tiket murah dan pelayanan terbaik sebab yang berlaku adalah bisnis dengan meraih untung sebesar-besarnya. Dan negara telah didikte oleh sistem rusak ini menjadi mental pebisnis melenggangkan para korporat menguasai kebutuhan yang bersifat vital bagi umat hanya demi mendapatkan beberapa lembar uang dari hasil pajakbatau malah sebagai pemasukan bagi kantong-kantong pribadi mereka.

Sulit rasanya untuk mendapatkan kesejahteraan di dalam sistem kapitalisme sebab yang kaya semakin kaya dan yang miskin menjadi lebih miskin. Tidak ada yang gratis dalam sistem bobrok ini semua dikendalikan oleh uang sebab materi merupakan tujuan dari kebahagiaan sistem rusak ini. Maka masihkah kita ingin terus hidup  dalam sistem kapitalisme saat ini?

Jika akar masalah tiket pesawat yang mahal dan tiket transportasi lainnya juga ikut naik adalah sistem bobrok kapitalisme saat ini tentu kita perlu menggantinya dengan sistem yang paripurna mampu menyelesaikan seluruh problematika umat manusia.

Islam telah mencontohkan selama lebih dari tiga belas abad lebih memimpin dunia sebagai sistem kehidupan yang berhasil mengurai semua problematika manusia yang sesuai dengan fitrahnya, memutuskan akal dan menentramkan jiwa. Sistem pemerintahan yang berdaulat hanya pada hukum syariat semata memaparkan betapa luar biasanya Islam mampu mengayomi dan meri'ayah umat.

Hal ini terjadi sebab Islam berpandangan bahwa transportasi  merupakan kepemilikan umum yang wajib dikelola negara untuk kepentingan umat. Sama halnya dengan bandara, jembatan, pelabuhan, jalan tol dan termasuk alat-alat transportasi merupakan kepemilikan umum yang wajib bagi negara menyediakan dan merawat fasilitas umum tersebut. Dan haram bagi negara Islam untuk melenggangkan badan swasta menguasai yang merupakan kepemilikan umum tersebut.

Jika Islam berhasil kembali diterapkan dalam sebuah institusi negara maka mampu memberikan harga yang murah bahkan gratis sebab ekonomi dalam sistem Islam lebih mandiri tanpa ada intervensi dari pihak luar sama sekali. Maka mari bersama-sama kita kembalikan Islam sebagai sistem kehidupan dunia dalam naungan daulah khilafah Islamiyyah. Allahu 'alam bishowab


Share this article via

68 Shares

0 Comment