| 149 Views

Sistem Islam Melahirkan Pemimpin Dambaan Umat

Oleh : Risma Ummu Medinah

Nasib malang dialami nenek berusia 70 tahun penjual kopi di Kecamatan Cikajang Garut. Seorang wanita muda yang awalnya memesan kopi, menjalankan aksinya dengan berpura-pura izin ke kamar mandi.

Kemudian melakukan penganiayaan dengan memukul nenek itu dengan batu bata sampai pingsan. Setelah itu, wanita muda asal Garut tersebut menggondol perhiasan dan uang senilai belasan juta rupiah. (detikjabar, 30-09-2024)

Kejahatan dan kriminalitas hari ini semakin beragam modus dalam menjalankan aksinya. Bahkan hari ini pelaku kejahatan bukan hanya dilakukan laki-laki, namun perempuan pun sudah berani melakukannya. Bukan tanpa sebab ia tega menganiaya, pelaku sudah putus asa seolah tidak ada cara lain yang halal.

Tuntutan kebutuhan ekonomi menjadi dorongan nomor satu yang dihadapi oleh pelaku. Hal itu menegaskan bahwa hari ini masyarakat semakin susah untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.

Para suami dihadapkan pada kondisi yang sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Meski  sudah tahu kewajiban memberi nafkah, namun tidak sedikit posisi tulang punggung beralih kepada seorang istri. Alhasil, seorang istri pun harus ikut memikirkan cara untuk mendapatkan uang.

Sementara penguasa tidak peduli akan nasib rakyat jelata. Tidak memastikan apakah setiap individu dari keluarga mempunyai makanan atau tidak untuk dimakan setiap harinya. Keberadaan para wakil rakyat pun tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan setelah duduk di tampuk kekuasaan.

Padahal sebelum jadi penguasa, mereka telah memohon sumbangan suara di pilkada. Dengan janji bahwa rakyat akan diperhatikan dan diutamakan untuk kesejahteraan dan keadilan.

Nyatanya semua hanya tinggal janji. Para wakil rakyat baik daerah atau pusat sudah lupa dan  rakyat pun tidak diprioritaskan. Hal ini lumrah terjadi ketika hari ini kita dapatkan penguasa yang pembohong dan tidak meriayah, karena lahir dari produk sistem yang rusak yaitu demokrasi. Hal ini tidak ditentukan oleh siapa yang memangku kebijakan, apakah laki-laki atau perempuan.

Kondisi hari ini pun menunjukkan ada pengaturan yang salah dalam kehidupan. Karena aturan yang diterapkan hari ini adalah sistem demokrasi. Sistem yang memisahkan agama dari urusan dunia dan pengaturan negara. Di mana semuanya bersumber dari pikiran manusia yang terbatas.

Agama sama sekali tidak diberikan tempat dalam pengaturan alias dijauhkan dalam melahirkan kebijakan (sekularisme). Kebijakan didasarkan pada pragmatisme, hukum positif atau norma sosial yang terus berubah. Bukan halal haram yang seharusnya jadi landasan.

Pemimpin yang di mana kekuasaannya hanya untuk meraih keuntungan pribadi, bukan memelihara umat. Alhasil, kehidupan kita hari ini tidak merasakan kesejahteraan, keamanan, dan ketenteraman. Justru kita lihat semakin banyak kejahatan yang akhirnya bisa menyeret perempuan terjerumus dalam aktivitas yang menghinakan.

Lalu apakah masih mengharapkan sistem demokrasi sekuler ini dipertahankan? Dan apakah kondisi perempuan hari ini akan berubah ketika yang memangku kebijakan terwakili dari pemimpin perempuan?

Tentu sebagai seorang muslim ada konsekuensi logis dari keimanan kita untuk senantiasa ada dalam pengaturan Sang Pencipta. Allah Swt. sebagai Pencipta (Al-Khaliq) dan Pengatur (Al-Mudabbir) telah menyiapkan aturan yang lengkap untuk diterapkan manusia dalam kehidupannya.

Sebagaimana Allah berfirman dalam QS.Al-Maidah ayat 50,
اَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُوْنَۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ

"Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?"

Terlebih dalam Islam perempuan tidak boleh atau haram berada di posisi pemangku kebijakan.
 «لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً» (رواه البخارى فى الجامع الصحيح

"Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada seorang perempuan."

Siapa pun yang memimpin, selama aturan yang diterapkan masih sistem demokrasi sekuler, maka tidak akan membawa kepada kesejahteraan dan keadilan.

Pemimpin yang diharapkan hari ini adalah pemimpin yang menerapkan syariat Islam dalam level individu, masyarakat, dan negara. Pemimpin yang memenuhi kepentingan dan kebutuhan umat. Pemimpin yang beriman dan bertakwa kepada Allah dan RasulNya. Sebenar-benar pemimpin yang hanya takut kepada Allah dan amanah dalam kepemimpinannya.

Pemimpin seperti itu hanya lahir dalam sistem pemerintahan Islam (baca: khilafah). Yang akan menerapkan Islam secara kafah dalam setiap aspek kehidupan.

Pemimpin yang akan memastikan tidak ada yang terzalimi dari kepemimpinannya. Karena semuanya didekasikan sepenuhnya untuk melayani umat sesuai perintah dan larangan Allah Swt.. Menjadikan syariat Islam sebagai sumber lahirnya kebijakan. Maka tidaklah kita rindu pemimpin seperti itu?

Saatnya kita campakkan sistem demokrasi sekuler dan beralih kepada sistem Islam yang pastinya akan lahir karakter pemimpin yang didambakan umat. Wallahu a’alam bishawab.


Share this article via

140 Shares

0 Comment