| 194 Views
Sampai Kapan Dunia Abai Pada Gaza?

Oleh : Dewi Yuliani
Penerapan ideologi Kapitalisme telah membunuh jutaan jiwa diseluruh Dunia dengan berbagai cara. Dan ini menjadi bukti sistem dunia hari ini sistem yang jahat. Para pemimpin muslim tidak peduli, bahkan menjadi antek musuh Islam. Ini mencerminkan rusaknya kepemimpinan dunia islam
Genosida di Gaza adalah perang ideologi. Sayangnya ideologi Islam baru diemban oleh individu dan belum diemban oleh negara.
Kota Gaza, Palestina , Sekitar 60 persen obat-obatan esensial dan 83 persen pasokan medis di Gaza yang terkepung telah habis akibat perang yang terus berkecamuk serta kontrol dan penutupan perbatasan oleh Israel, kata Kementerian Kesehatan Gaza pada Sabtu. Dalam sebuah pernyataan, kementerian memperingatkan krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam hal obat-obatan dan pasokan medis, serta mengutuk dampak parahnya terhadap kehidupan pasien dan korban luka.
"Rumah sakit dan pusat kesehatan menghadapi kekurangan obat-obatan dan pasokan medis yang sangat akut," kata pernyataan tersebut. Kehabisan sumber daya ini bisa "mengakibatkan penghentian total layanan medis kritis, termasuk perawatan darurat, operasi, perawatan intensif, dialisis, layanan kesehatan primer, dan layanan kesehatan mental," pernyataan itu memperingatkan.
Pernyataan itu menyerukan kepada organisasi internasional dan yang berafiliasi dengan PBB untuk "segera campur tangan dan menyediakan obat-obatan serta pasokan medis yang diperlukan."
Sejak pecahnya perang pada 7 Oktober lalu, Israel telah memutus pasokan listrik ke Gaza, menghentikan pengiriman bahan bakar yang diperlukan untuk mengoperasikan satu-satunya pembangkit listrik di wilayah itu, serta menghentikan pasokan air, komunikasi, makanan, dan bantuan medis, sambil juga menutup perbatasan.
Saat ini, hanya pasokan medis dan bantuan internasional dalam jumlah terbatas yang masuk ke Gaza melalui Israel, yang jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang berjuang menghadapi kondisi kemanusiaan dan kesehatan yang mengerikan.
Israel terus melancarkan serangan di Jalur Gaza sejak dimulainya operasi setelah serangan oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Serangan tersebut telah menyebabkan lebih dari 40.300 kematian warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, serta lebih dari 93.300 luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat. Blokade yang berlangsung di Gaza telah menyebabkan kekurangan parah makanan, air bersih, dan obat-obatan,dan meninggalkan sebagian besar wilayah dalam kondisi hancur.
Israel menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional, yang telah memerintahkan penghentian operasi militer di kota Rafah bagian selatan, di mana lebih dari satu juta warga Palestina berlindung sebelum daerah tersebut diserang pada 6 Mei.
Israel hanya menyisakan 9,5 persen wilayah Gaza untuk zona aman warga
Arsip foto - Pasukan Israel memasuki sisi Gaza di penyeberangan Rafah, Selasa (7/5/2024). ANTARA/Handout DF via Xinhua/am.
Kota Gaza (ANTARA) - Pasukan Israel mengubah "zona kemanusiaan aman" di Jalur Gaza menjadi tumpukan puing-puing dan abu, menyisakan hanya 9,5 persen wilayah yang disebut "zona aman" bagi warga sipil yang mengungsi, kata Pertahanan Sipil Palestina di Gaza,
Menurut pernyataan yang dirilis otoritas tersebut, pada awal invasi darat Israel ke Gaza awal November 2023, pasukan Israel mengusir ratusan ribu warga sipil dari Gaza utara ke Gaza selatan, mengeklaim area tersebut sebagai "zona kemanusiaan yang aman."
Awalnya, zona tersebut meliputi 230 kilometer persegi atau 63 persen dari total wilayah Gaza, termasuk lahan pertanian dan fasilitas komersial, ekonomi, dan layanan yang tersebar di wilayah seluas 120 kilometer persegi.
Ketika serangan militer Israel berlanjut, ukuran zona aman tersebut menyusut drastis, kata pernyataan itu. Otoritas tersebut menjelaskan bahwa pada awal Desember 2023, menyusul serangan Israel ke Khan Younis di Gaza selatan, wilayah kemanusiaan yang ditetapkan telah dikurangi menjadi 140 kilometer persegi, yang mencakup 38,3 persen total wilayah Gaza.
Wilayah ini mencakup beberapa lahan pertanian, serta bangunan ekonomi, komersial dan jasa. Pengurangan lebih lanjut terjadi pada Mei 2024, selama serangan Israel ke Rafah, ketika zona kemanusiaan menyusut menjadi 79 kilometer persegi, atau 20 persen dari total wilayah Gaza, tambah pernyataan itu.
Pada pertengahan Juni 2024, zona tersebut diperkecil menjadi menjadi 60 kilometer persegi, yang hanya mencakup 16,4 persen dari total wilayah Gaza. Wilayah tersebut meliputi jalanan biasa, jalan raya, area layanan, dan bahkan pemakaman, yang tidak satu pun dapat dianggap sebagai tempat berlindung yang benar-benar aman bagi warga sipil yang mengungsi, katanya. Israel menghadapi tudingan melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang memerintahkan penghentian operasi militer di kota selatan Rafah, di mana lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum wilayah itu diserang pada 6 Mei.
Di kutib dari CNBC Indonesia - Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) kembali mengabarkan perkembangan terkini di Gaza, Palestina, setelah wilayah itu masih terus menjadi sasaran serangan Israel. Pembaruan kembali disampaikan pada Kamis (22/8/2024).
Mengutip Associated Press, pejabat tinggi kemanusiaan PBB untuk wilayah Palestina menyebutkan bahwa saat ini perintah evakuasi Israel telah mengungsikan 90% dari 2,1 juta penduduk.
"Perintah evakuasi Israel yang berturut-turut di Gaza, termasuk 12 perintah pada bulan Agustus saja, telah mengungsikan 90% dari 2,1 juta penduduknya sejak perang Israel-Hamas dimulai pada bulan Oktober lalu," kata pejabat itu.
Karna itu yang melawan adalah muslim palestina dan individu yang berideologi islam
Perang ini adalah perang melawan negara, sehingga membutuhkan tegaknya negara berideologi islam, yaitu khilafah yang akan mendorong adanya jihad. Tegaknya Khilafah membutuhkan kesadaran yang sama, di tengah umat. Keberadaan kelompok dakwah ideologis sangat dibutuhkan.
Untuk itu, keberadaan khalifah yang tentunya disertai dengan tegaknya Khilafah harus menjadi kesadaran umum dan opini umum di tengah-tengah umat. Ini karena tegaknya Khilafah tidak bisa instan dalam sekejap mata. Penegakannya membutuhkan keikhlasan, kesungguhan, dan air mata perjuangan.
Inilah urgensi keberadaan kelompok dakwah yang tegak atas landasan ideologi Islam. Ia berperan mencerdaskan umat dengan ideologi Islam hingga mampu mewujudkan kesadaran umum dan opini umum di tengah-tengah umat terkait dengan penerapan Islam sebagai ideologi negara.
Sesungguhnya kekuatan pemikiran Islam yang bersanding dengan thariqah-nya cukup untuk mendirikan Daulah Islam dan mewujudkan kehidupan yang islami. Jika pemikiran ini telah meresap ke dalam hati, merasuk dalam jiwa, dan menyatu di dalam tubuh kaum muslim, selanjutnya Islam bisa dipraktikkan dalam kehidupan.
Demikianlah yang Rasulullah saw. contohkan saat membina para sahabat, yakni dengan memastikan kekuatan pola pikir (akliah) dan pola sikap (nafsiah) mereka sejak proses pembinaan (tatsqif) di Darul Arqam. Kemudian beliau mengajak penduduk Makkah dan seluruh bangsa Arab pada musim haji sehingga dakwahnya tersebar ke seluruh penjuru jazirah.
Melalui dakwah itu, beliau seakan-akan menciptakan bara di bawah masyarakat Arab yang mampu membangkitkan panas di seluruh bangsa Arab. Tenaga panas itu berubah menjadi gerakan melalui dakwah yang bersifat praktis dalam bentuk politis yang difokuskan pada aktivitas-aktivitas nyata di satu wilayah atau beberapa wilayah yang menjadi cikal bakal aktivitas dakwah. Kemudian dakwah bertolak menuju seluruh bagian dunia Islam lainnya dan setelah itu satu wilayah atau beberapa wilayah dijadikan titik sentral, yaitu tempat yang di dalamnya dapat didirikan Daulah Islam, saat itu adalah Madinah.
Dari titik sentral itulah terjadi perkembangan dalam pembentukan Daulah Islam yang besar yang akan mengemban risalah Islam ke seluruh dunia seperti yang pernah Rasulullah saw. lakukan, yakni beliau menyampaikan dakwahnya kepada seluruh umat manusia
Para penguasa muslim melihat kekuatan yang luar biasa dari umat Islam, Tetapi mereka tidak memperhitungkannya karena menyadari bahwa kekuatan itu tidak berdaya. “Lalu mereka menoleh ke kiri, hanya melihat mitra dan pendukungnya yang dipimpin Amerika yang lebih kriminal dari mereka (penguasa negeri muslim) penentang Islam yang paling sengit. Bukankah sudah waktunya bagi umat Islam, ketika semua kejahatan telah terulang puluhan kali dalam perang brutal ini, begitu pula dengan seruan bantuan, perkataan, dan pertumpahan darah, untuk bertawakal kepada Tuhannya dan tidakkah kamu mengambil wakil selain-Nya, agar penyebab ketidak berdayaan kaum muslim dapat dihilangkan dengan menyingkirkan penguasa-penguasa yang pengecut dari belakangnya?” katanya
Ia mengingatkan kaum muslim semestinya melihat sejarah masa lalu. “Pernahkah kalian melihat sejarah atau masa lalu, bagaimana para tiran melarikan diri dengan ketakutan seperti tikus, jika mereka melihat kemarahan atau ketangguhan kaum muslim? Bukankah sudah waktunya bagi mereka yang mempunyai kekuasaan dan kemampuan untuk mengambil tindakan serius dan pada tingkat peristiwa dan pertumpahan darah, untuk menghentikan tragedi dan mengakhiri pembantaian?” tanyanya.
Menurutnya, kehormatan wanita muslim, anak-anak, para syuhada, dan jemaah subuh mempunyai hak besar yang mengharuskan mereka bergerak dan berbaris hingga Zionis musnah dari Tanah yang Diberkahi. Ada pahala yang besar, lanjutnya, kepada orang-orang yang memiliki pendirian dan berpegang teguh kepada Islam dalam menuntaskan masalah di Palestina. Tidak ada solusi lain menghadapi Zionis, ungkapnya, kecuali dengan mengumpulkan kekuatan dalam bingkai Khilafah.
“Apakah ada solusi lain selain menghadapi kekuatan dengan kekuatan dan tentara dengan tentara serta semua hambatan yang menghalangi, termasuk para penguasa? Bukankah sudah menjadi kewajiban besar untuk membantu kaum tertindas dan dosa besar jika mengabaikannya? Apa Anda masih merasa ketakutan dan khawatir? Bukankah kemenangan Tuhan sudah dekat? Ya Sesungguhnya kemenangan Allah sudah dekat,” wallahu' Allam bishawab