| 421 Views
Pemimpin Baru, Harapan Baru

Oleh : Meilani Afifah
Ibu Rumah Tangga dan Aktivis Dakwah
Akhirnya Presiden dan Wakil Presiden RI terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka telah resmi dilantik pada hari Minggu 20/10/2024 di Gedung Nusantara, kompleks Parlemen (MPR/DPR/DPRD) Senayan Jakarta.
Dengan terpilihnya pemimpin baru ini sebagian rakyat berharap akan membawa angin segar, memberikan perubahan, membawa visi misi yang baru dan mampu menjawab dan menyelesaikan berbagai persoalan yang melanda negeri ini. Mulai dari ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan hingga isu lingkungan.
Sebagian rakyat menganggap dengan adanya pergantian kepemimpinan akan memberikan harapan baru yakni menjadikan Indonesia ke arah yang lebih baik. Hal demikian bisa dikatakan wajar saja bagi sebagian mereka yang melihat keberhasilan hanya pada aspek individu pemimpin.
Padahal jika kita cermati, dari awal negeri ini merdeka hingga hari ini Indonesia sudah memiliki 14 orang pemimpin dengan karakter dan latar belakang yang berbeda. Mulai dari seorang politikus, militer, ilmuwan, Agamawan, wanita hingga pribadi yang diklaim pro rakyat dan wong cilik. Namun dengan berganti dan banyaknya pemimpin tetap saja rakyatnya masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan, masih tidak bisa terlepas dari cengkraman penjajahan politik dan ekonomi oleh para kapital Barat dan Timur.
Persoalan negeri ini pun semakin menggunung tinggi, kemiskinan terus melanda, biaya pendidikan dan kesehatan semakin mahal, pajak semakin menjulang, biaya rumah semakin tak terbeli, lapangan pekerjaan semakin sempit, PHK ada dimana-mana, kriminalitas semakin merajalela, kenakalan remaja semakin tak terkendali, persoalan lingkungan dan sampah belum bisa teratasi, politik dinasti semakin menjadi jadi, politik balas budi tak pernah berhenti. Inilah sekelumit bukti gagalnya sosok pemimpin negeri ini dalam menyelesaikan persoalan bangsa, dan menjadi bukti penjajahan politik dan ekonomi negeri ini masih eksis.
Dengan ini, rakyat harus sadar bahwa keberhasilan kepemimpinan tidak hanya terletak pada sosok individu/person pemimpin saja melainkan juga terletak pada sistem/aturan yang berlaku dan diterapkan.
Sistem yang diterapkan hari ini adalah sistem politik Demokrasi Kapitalisme. Padahal sistem ini adalah yang sistem bathil dan rusak karena bukan berasal dari Al Khaliq Al Mudabbir Allah SWT.
Sistem ini berasal dari Yunani yang memberikan kedaulatan hukum ada di tangan manusia, sehingga manusia berhak membuat hukum dan mengatur kehidupannya sendiri. Sistem ini menjamin penjajahan ekonomi oleh para kapital melalui Undang-undang. Sebagaimana disahkannya berbagai RUU yang notabene ditolak oleh rakyat, seperti RUU Cipta kerja, UU IKN dan RUU pilkada yang tetap disahkan demi kepentingan para oligarki.
Jadi selama sistem ini yang digunakan, walaupun berganti wajah baru kepemimpinan niscaya rakyat tetap hidup dalam kesengsaraan dan penderitaan.
Berbeda dengan Islam, Islam mengatur masalah kepemimpinan untuk mendatangkan kebaikan di dunia dan di akhirat. Kualifikasi pemimpin dalam Islam harus memenuhi 7 syarat, yaitu: 1. Muslim, 2. Laki-laki, 3. Baligh, 4. Berakal, 5. Merdeka (bukan budak/berada dalam kekuasaan pihak lain), 6. Adil (bukan fasik/ahli maksiat), 7. Mampu (punya kapasitas untuk memimpin). Dijelaskan dalam kitab ajhizah halaman 22-27, karya syaikh Taqiyuddin an Nabhani.
Tugas utama pemimpin adalah menerapkan syariat Islam secara kaffah bukan hukum/sistem yang lain atau yang bertentangan dengan Islam.
Sebagaimana firman Allah dalam surah Al maidah ayat 49 :
وَاَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ اَنْ يَّفْتِنُوْكَ عَنْۢ بَعْضِ مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ اِلَيْكَۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ اَنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّصِيْبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوْبِهِمْ ۗوَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِ لَفٰسِقُوْنَ
" Dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka. Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memperdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sungguh, kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik".(TQS Al Maidah:49).
Dan juga firman Allah surah An Nisa ayat 65:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُوْنَ حَتّٰى يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوْا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
"Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya".
Kehadiran pemimpin dalam Islam adalah sebagai raa'in (pengurus) dan junnah (pelindung) bagi rakyatnya.
Harapan baru yang diidamkan rakyat menjadikan Indonesia menjadi lebih baik, terjaminnya kebahagiaan rakyat dunia dan akhirat hanyalah dengan terwujudnya kriteria pemimpin sesuai dengan Islam dan sistem yang diterapkan berasal dari Allah Ta'ala. Sistem Islam ini dalam bahasa fikih disebut dengan sistem Khilafah.
Hanya dengan sistem ini keberkahan dan kesejahteraan hidup akan terpenuhi.
Wallahu a'lam bi ashhowab.