| 79 Views
Palestina Masih Membara, Di Mana Tentara Muslim Sedunia?

Oleh : Hamsina Ummu Ghaziyah
Pemerhati Masalah Umat
Serangan udara Israel pada Sabtu malam telah membantai 73 warga Palestina di pemukiman di Beirut Lahia, Gaza Utara. Parahnya, negara-negara Arab tidak berkomentar atas serangan brutal tersebut. Kantor media pemerintah Gaza mengonfirmasi serangan udara zionis Israel menghantam pemukiman padat penduduk sehingga korban meninggal begitu banyak, termasuk wanita dan anak-anak (Sindonews.com,20/10/2024)
Menyikapi pemberitaan tersebut, utusan perdamaian PBB untuk Timur Tengah pada Ahad, mengutuk serangan yang terus berlanjut terhadap warga sipil Palestina. Terhitung semenjak Sabtu malam setelah Israel melakukan serangan udara di Beit Lahiya di Gaza jumlah korban yang tewas mencapai 87 orang.
Menyikapi hal demikian, Tor Wennesland selaku Koordinator PBB untuk proses perdamaian Timur Tengah mengungkapkan hal ini terjadi setelah berminggu-minggu pasca operasi intensif Israel yang mengakibatkan banyak korban jiwa dari warga sipil dan hampir tidak ada bantuan kemanusiaan yang menjangkau masyarakat di wilayah Utara. Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza menambahkan, 40 orang lainnya terluka dalam serangan di Beit Lahiya, yang merupakan salah satu target pertama invasi darat Israel sejak setahun yang lalu.
Kengerian yang terjadi di Palestina ditandai dengan krisis kemanusiaan serta menjadikan Palestina sebagai wilayah yang terjajah mengisyaratkan bahwa apa yang terjadi di wilayah Timur Tengah tersebut sungguh di luar batas kemanusiaan. Kejahatan perang yang dilakukan zionis Israel kian menggila menjadikan Palestina porak-poranda, hingga puluhan ribu warga sipilnya tewas dan terluka.
Kejahatan zionis Israel ini seharusnya mendapatkan tindakan tegas berupa sanksi hukum dari Mahkamah Pidana Internasional. Namun, jangankan untuk menyeret Zionis Israel, menyatakan perang terhadap mereka saja tidak dilakukan oleh PBB sebagai badan perdamaian dunia. PBB hanya menyerukan kecaman tanpa tindakan nyata untuk menghentikan kejahatan zionis Israel. Demikian halnya pemimpin-pemimpin negeri muslim, bahkan parahnya pula ada yang memilih bungkam.
Sungguh ini adalah penghianatan terbesar yang dilakukan terhadap saudara sesama muslim. Padahal, dalam sebuah hadits telah dijelaskan bahwa Rasulullah saw. bersabda,
" Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)." (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini sudah cukup menggambarkan bahwa seluruh kaum muslimin adalah bersaudara dan dia tidak akan membiarkan saudaranya itu tersakiti. Namun fakta demikian tidak pada sistem demokrasi saat ini yang menjadikan nasionalisme sebagai tembok penghalang bagi pemimpin negeri muslim untuk bergerak nyata membela Palestina. Padahal, mereka memiliki tentara yang kuat dengan persenjataan yang lengkap yang seharusnya mampu melakukan jihad defensif untuk menghentikan kejahatan zionis Israel.
Untuk itu, tidak ada harapan bagi Palestina untuk mendapatkan pembelaan baik dari PBB maupun pemimpin negeri muslim karena pada faktanya pemimpin negeri muslim ini masih terlena dengan hausnya kekuasaan dan jabatan sehingga membuat mereka mati rasa terhadap saudara muslimnya. Karenanya, harapan satu-satunya untuk membela dan membebaskan Palestina dari jajahan zionis Israel adalah dengan membangun kesadaran umat untuk siap bergerak nyata dan terus menyuarakan, menuntut pemimpin muslim untuk mengirimkan bala tentaranya ke tanah Palestina untuk berjihad.
Terpenting, perlu diingat kembali bahwa Yahudi adalah penjajah, perampas, dan perampok tanah Palestina. Tidak ada yang pantas bagi mereka kecuali mengusir mereka dari bumi Palestina . Hal ini tentunya dapat dilakukan jika militer umat siap bergerak. Bukankah Allah Swt. berfirman,
وَاقْتُلُوْهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوْهُمْ وَاَخْرِجُوْهُمْ مِّنْ حَيْثُ اَخْرَجُوْكُمْ
"Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian (QS al-Baqarah [2]: 191).
Oleh karena itu, sudah sepantasnya para pemimpin muslim bergerak mengirimkan tentara terkuat mereka untuk berjihad bersama para Mujahidin Palestina untuk melawan dan mengusir kaum Yahudi yang telah menjajah bumi Palestina. Sungguh, inilah amalan yang begitu luar biasa besar pahalanya ketika berjihad memperjuangkan dan membela Palestina sebagai negeri Syam yang diberkahi Allah Swt.
Maka sungguh, apa yang terjadi di Palestina sudah sepatutnya menyadarkan kita sebagai umat Islam untuk bersatu dan bergerak dan tentunya harus memiliki satu pemimpin yang berjuang dalam satu komando kepemimpinan yaitu Khalifah. Di bawah payung Khilafah sebagai sistem pemerintahan Islam, kaum muslim akan terjaga dan terlindungi kemuliaan dan kehormatannya. Khalifah adalah perisai umat dan dia sebagai pemimpin kaum muslim sedunia.
Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda,
إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
" Imam adalah perisai, di belakang dia kaum Muslim berperang dan berlindung". (HR al-Bukhari Muslim).
Walhasil, hanya dengan Khilafah umat Islam termasuk muslim Palestina akan terlindungi dari penjajahan kaum Yahudi (Zionis Israel) serta antek-anteknya. Untuk itu, dibutuhkan pula kelompok dakwah yang konsisten dalam mendakwahkan umat, menyadarkan umat betapa pentingnya memperjuangkan kembali Khilafah dengan syariat Islamnya. Hal ini sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. dalam mendirikan dan menegakkan daulah Islam dengan menerapkan Islam secara kaffah dan seluruh kaum muslim wajib meneladaninya.
Wallahu A'lam Bishshowab