| 174 Views

Pajak Naik Kok Bangga, Dimana Nalarnya?

Oleh : Eny Rf 
Bogor

Penerapan sekularisme kapitalisme membuat rakyat bertambah penderitaannya, sudahlah keadaan ekonomi carut marut, pendapatan menurun pengeluaran untuk konsumsi kebutuhan pokok melambung tinggi dengan meroket nya harga-harga pangan, biaya pendidikan, kesehatan dan jasa lainnya, masih aja negara membebani dengan mewajibkan rakyatnya dengan berbagai jenis pungutan pajak. Negara sangat kreatif mencari-cari celah agar semua lini dari semua aktivitas bisa dikenai pajak.

Dimana rasa empati pemerintah? Dimana hati nuraninya?

Tidakkah bisa merasakan jeritan rakyat yang sudah tak berdaya dan hanya bisa pasrah dengan keadaan. 
Angka kemiskinan semakin tinggi, gizi buruk terjadi dimana-mana, dan berbagai permasalaha.
Tapi Menkeu Sri Mulyani malah bangga dengan peningkatan pungutan pajak atas rakyat, sungguh ironis dan sangat dzolim. Dimana nalarnya?

Dalam sistem ekonomi kapitalisme adalah suatu keharusan sumber pemasukan negara terbesar untuk pembiayaan pembangunan adalah dari pajak selain dari berhutang. 
Maka tidaklah heran jika negara mencari-cari celah agar di semua aktivitas bisa dipungut pajak tanpa memperdulikan keadaan kemampuan rakyatnya.

Ini membuktikan bahwa negara tidak berperan sebagai pengurus rakyat dan penjamin kesejahteraan rakyat. Negara hanya sebagai fasilitator dan regulator dalam menentukan tata Kelola urusan negara. 
Lumrah karena selama sistem sekularisme kapitalisme ini masih  diterapkan ditengah masyarakat.

Lain halnya jika negara memakai aturan dari Ilahi, rakyat tidak akan terbebani dengan berbagai pungutan pajak kalaupun mendesak karena kas negara kosong dan tidak adanya pemasukan lagi dari sumber yang lain untuk pembiayaan yang sangat mendesak maka jalan terakhir adalah memungut pajak, dan itupun tidak dari seluruh rakyat melainkan hanya diambil dari orang yang benar-benar mampu saja atau kaya, dan sifatnya temporer, dan jumlahnya tidak boleh melebihi dari kadar yang diperlukan.

Sebenarnya ada banyak sumber penerimaan negara, dan jumlahnya sangat besar. Salah satunya adalah dari sumber daya alam, begitu berlimpahnya kekayaan yang ada, dari isi lautnya, dalam tanahnya, lihat saja kandungan emas, batu bara, nikel dan masih banyak lagi macamnya, kalau itu dikelolah oleh negara dan tidak diserahkan oleh swasta atau asing maka kekayaan yang dikaruniakan oleh Allah lebih dari cukup untuk pembiayaan negara dan untuk kebutuhan rakyatnya sehingga kesejahteraan bisa dirasakan, tidak perlu lagi mengandalkan pemasukan dari pajak.

Sayang seribu sayang negara tidak memakai dari aturan Ilahi. Maka yang terjadi sudahlah rakyat dibuat menderita dan juga menimbulkan berbagai permasalahan. Maka saatnya negara beralih dari aturan kapitalisme yang sumbernya dari akal manusia menuju aturan Ilahi.

Wallahu'alam


Share this article via

64 Shares

0 Comment