| 21 Views

Nasionalisme, Rasa Kemanusiaan Tidak Cukup

Oleh: Tasnim Alimah

Pembantaian Palestina bukan lagi kabar yang mengejutkan sekaligus mengenakan, terutama di wilayah Gaza. Sudah berpuluh bahkan beribu berita yang menjelaskan bagaimana kejam serta sadisnya Israel dalam menjajah tanah Palestina yang dibacking oleh negara adidaya yaitu Amerika. Ini membuat hampir seluruh orang dibelahan merasakan hati nurani mereka memanggil untuk menolong setidaknya sedikit saja dari penderitaan mereka, namun kembali lagi ini di dasari dari rasa hati nurani dan kemanusiaan yang mana hanya sebatas donasi, makanan, pakaian, atau dari pemimpinnya sendiri hanya mengecam, memberikan peringatan atau membuat sebatas perjanjian antara kedua belah pihak dengan solusi yang tidak akan pernah terjadi sebab Israel hanya mengenal kata membunuh dan menjajah bukan kata perdamaian seperti solusi gencatan senjata atau two station ( pembagian menjadi 2 negara).

Sebagaimana yang baru terjadi aksi Global March to Gaza yang menjadi sorotan dunia internasional sebagai bentuk estafet nurani kolektif yang menolak diam atas krisis kemanusiaan di Palestina. Aksi ini melibatkan ribuan orang dari berbagai negara, dan mereka hadir bukan sebagai perwakilan diplomatic resmi melainkan sebagai reprentasi moral dan kemanusiaan. Dikutip dari REPUBLIKA.Co.ID, Jakarta- Ali Amril yang menjadi Chairman Aliansi Kemanusiaan Indonesia (Aksi) menyebut aksi ini sebagai ‘’diplomasi jalanan ‘’ tanpa podium, tanpa protokol, dan tanpa basa-basi yang menandai pergeseran cara dunia merespons tragedi kemanusiaan.

Ini adalah bentuk nyata bahwa hati nurani mana yang sanggup melihat kebiadaban Israel dalam membunuh serta membantai habis warga Palestina, tidak hanya dengan donasi atau yang dilakukan pemimpin-pemimpin negara di dunia bahkan di Arab, mereka ingin adanya pergerakan aksi nyata yang mampu menuntaskan permasalahan yang terjadi di Palestina. Namun nyatanya aksi tersebut ditolak mentah-mentah oleh pemerintah Mesir. Dikutip dari KAIRO,KOMPAS.TV- Otoritas Mesir dilaporkan mendeportasi puluhan aktivis yang berencana mengikuti konvoi kemanusiaan dengan tujuan melawan blokade Israel dijalur Gaza. Mereka juga menahan para peserta aksi yang sudah berada di Gerbang Rafah yang menyerukan dibukanya untuk akses kemanusiaan.

Jelas sudah bahwa munculnya gerakan Global March to Gaza (GMTA) menunjukkan kemarahan umat manusia khususnya umat muslim yang sangat besar, dimana mereka sudah muak dengan omong kosong lembaga-lembaga internasional dan terkhusus para pemimpin-pemimpin di negeri muslim. Dan tertahannya mereka dipintu Rafah justru semakin menunjukkan bahwa gerakan kemanusiaan apapun tidak akan pernah bisa membantu menyelesaikan persoalan Palestina sebab ada tirai pintu yang tak kasat mata yang menjadi penghalang muslim dengan muslim dibelahan bumi lainnya yang berhasil dibangun penjajah di negeri-negeri muslim yaitu nasionalisme dan konsep negara bangsa. Paham ini telah memupus hati nurani para pemimpin muslim serta tentara mereka hingga rela membiarkan saudaranya dibantai di hadapan mata bahkan ikut menjaga kepentingan pembantai hanya demi meraih keridhoan negara adikuasa yang menjadi tumpuan kekuasaan mereka yakni Amerika.

Maka umat Islam harus paham akan bahayanya nasionalisme dan konsep negara bangs ini baik dilihat dari sisi pemikiran dan sejarahnya keduanya justru digunakan musuh sebagai media untuk mecraiberaikan umat Islam di seluruh negeri serta meruntuhkan daulah Islam yang sudah berdiri beribu abad lamanya. Umat Islam juga harus paham bahwa arah pergerakan mereka untuk menyolusi konflik Palestina harus bersifat politik yaitu fokus membongkar sekat negara bangsa dan mewujudkan satu kepemimpinan politik Islam di dunia yakni khilafah.

Wallahu a’lam


Share this article via

28 Shares

0 Comment