| 91 Views
Nasib Pilu Rakyat Dikala Beras Mahal

Oleh : Susi Ummu Musa
Berbulan bahkan tahun nasib rakyat menghadapi gejolak tingginya harga beras yang kian merangkak naik, kalaupun turun hanya sebentar dan tidak tau prediksinya.
Rakyat yang secara umum menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok utama masih harus meghela napas panjang agar dirasa semua aman dan baik baik saja,
Pasalnya bukan hanya memikirkan beras saja namun masih harus dengan kebutuhan yang lain.
Cukup menyedihkan sebagai negara agraris tapi masih harus dihantui dengan harga beras yang tinggi bahkan menimpa para petani nasib mereka juga masih tanda tanya.
Meski harga beras mahal dipasaran bukan berarti petani makmur justru mereka hanya bisa gigit jari karena negara tidak berpihak kepadanya.
Dilansir dari KOMPAS.com - Bank Dunia mengungkapkan bahwa harga beras di Indonesia 20 persen lebih mahal daripada harga beras di pasar global. Bahkan saat ini harga beras dalam negeri konsisten tertinggi di kawasan ASEAN.
Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Carolyn Turk menilai tingginya harga beras ini terjadi karena beberapa hal, seperti kebijakan pemerintah terkait pembatasan impor dan kenaikan biaya produksi hingga pengetatan tata niaga melalui non tarif.
"Kebijakan yang mendistorsi harga ini menaikkan harga produk dan mengurangi daya saing pertanian,” ucap Carolyn dalam Indonesia International Rice Conference (IIRC) 2024 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, Jumat (20/9/2024).
Situasi ini juga yang membuat harga beras mahal sehingga menyulitkan rakyat entah bagaimana nantinya jika ini tidak diatasi dengan cepat.
Dilansir "CNBC Indonesia - Direktur Bank Dunia (World Bank) menyebut harga beras di Indonesia disebut jadi yang termahal di ASEAN. Di sisi lain, pendapatan petani di RI juga jadi sorotan karena hanya sekitar Rp5 juta/ tahun.
Pernyataan Bank Dunia itu pun direspons Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurut Jokowi, untuk membandingkan harga beras, harus dilihat dari harga yang dibayarkan
"Panel Harga Badan Pangan menunjukkan, harga rata-rata harian nasional turun Rp20 ke Rp15.500 per kg beras premium, sedangkan medium bertengger di Rp13.590 per kg.
Tercatat, harga beras di tingkat eceran tahun 2024 lebih mahal dibandingkan tahun 2023.
Secara rata-rata eceran bulanan, harga beras premium di bulan September 2024 ini tercatat di Rp15.520 per kg, masih di atas harga September 2023 yang mencapai Rp14.470 per kg untuk jenis premium.
Sedangkan untuk jenis medium, harga rata-rata di bulan September 2024 ada di Rp13.570 per kg, juga lebih mahal dibandingkan September 2023 yang di Rp12.840 per kg."
Oligarki Dibalik Mahalnya Harga Beras
Harga beras tinggi karena biaya produksi tinggi hal ini disebabkan sektor pertanian dikuasai oligarki dari Hulu hingga hilir sementara negara tidak memberikan bantuan kepada petani terutama petani yang minim modal.
Disisi lain negara sedang melakukan pembatasan impor beras sehingga ketersediaan beras lebih sedikit akhirnya harga beras makin mahal. Apalagi Danta ritel ritel yang menguasai bisnis beras yang sesukanya menaikkan harga.
Maka ini yang mendorong dibukanya keran impor beras yang akan menguntungkan oligarki dan menyengsarakan rakyat.
Ini terjadi karena konsep kapitalisme yang berpihak ke oligarki.
Yang diuntungkan adalah mereka bahkan mereka tidak pernah merasa iba akan nasib rakyat bawah yang susahnya setengah mati untuk cari makan.
Jika pemerintah peka dan mengerti akan solusi yang tepat apakah cocok jika solusi yang ditawarkan malah tidak pas
Salah satunya pernah membuat ide dengan menjual beras sasetan.KOMPAS.com - Lini masa media sosial ramai memperbincangkan produk beras saset 200 gram dengan harga Rp 2.500 per kemasan. Informasi tersebut salah satunya diunggah di media sosial TikTok oleh akun @zamandahulu24, Sabtu 24-02-2024.
Apakah yang makan hanya satu orang dalam keluarga? Tentu tidak bisa seperti itu solusinya,
Rakyat butuh kepastian yang jelas tentang masalah pangan ini. Sehingga tidak ada lagi yang menjerit sembari menahan perihnya rasa lapar saat tidak mampu membeli beras.
Bahkan ada rakyat yang terpaksa mengganti makanan pokok merek dengan ubi atau jagung karena tidak sanggup membeli beras yang lebih miris ada yang makan tanah untuk dijadikan bahan makanan pengganti beras atau bahan pokok.
Dikutip Citizen6, Jakarta Makanan dari tanah, mungkinkah? Banyak orang yang tidak percaya tanah bisa dijadikan makanan cemilan teman teh atau kopi pagi hari. Namun di beberapa tempat makanan dari tanah memang benar-benar ada. Di Indonesia, khususnya Tuban dan Brebes, konon ada kerupuk yang berasal dari tanah, namanya kerupuk ampo.
Tak hanya di wilayah itu, di Haiti, sampai sekarang masih banyak yang memanfaatkan lumpur untuk bahan makanan. Mereka melakukan itu karena terbelit kemiskinan. Haiti negeri di kepualuan Karibia ini bahan pangannya sangat tergantung Amerika, sehingga makanan hanya bisa dijangkau oleh sebagian besar penduduk.
Menurut kabar, pulau-pulau kecil di sekitar Haiti sampai sekarang masih mempunyai kebiasan makan kue lumpur agar bisa bertahan hidup. Mereka membuat resep sangat sederhana. Mereka membuat kuer dengan mencampur lumpur, garam dan sedikit mentega, nyaris tak ada gizinya, hanya sekadar untuk mempertahan populasi.
Kue-kue tersebut hanya dipakai untuk menyembuhkan rasa lapar, termasuk perempuan-perempuan hamil. Mereka hanya mengdandalkan kue tak bergizi tersebut untuk memperoleh kalsium dan nutrisi lain selama bertahun-tahun.
Ini adalah fakta bahwa setiap rakyat yang tinggal dimanapun butuh perhatian dan periayahan dari pemerintah karena sebuah negara akan dikatakan berhasil jika mampu mengurusi rakyatnya apalagi untuk urusan perut. Namun hal ini wajar terjadi karena konsep kapitalisme sekuler memang rusak tidak selalu berpihak kepada rakyat, dalam hal ini hanya beralih dan berharap kepada satu satunya sistem yang telah terbukti mampu mensejahterakan rakyat disegala penjuru yaitu sistem islam Sistem yang pernah berjaya berabad abad lamanya dan atas izin Allah sistem itu (khilafah) akan tegak kembali dimuka bumi.
Sebagaimana hadis mengatakan:
"Periode kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya. Setelah itu datang periode khilafah aala minhaj nubuwwah (kekhilafahan sesuai manhaj kenabian), selama beberapa masa hingga Allah ta’ala mengangkatnya. Kemudian datang periode mulkan aadhdhan (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa. Selanjutnya datang periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah ta’ala. Setelah itu akan terulang kembali periode khilafah ‘ala minhaj nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam.” (HR Ahmad; Shahih).
Wallahu a lam bissawab