| 132 Views

Momentum Hari Santri: Generasi Makin Tak Terkendali

Oleh : Feni Rosfiani
Aktivis Dakwah

"Suasana di kota santri, asyik senangkan hati. Tiap pagi dan sore hari, muda-mudi berbusana rapi, menyandang kitab suci." Penggalan lirik lagi dari Nasida Ria yang berjudul kota Santri ini sangat populer pada masanya sekitar tahun 1982. Selain enak didengar, lagu ini pun menggambarkan suasana di lingkungan kota santri yang begitu khidmat dan menyejukkan hati. Berbanding terbalik dengan keadaan "kota santri" atau pondok pesantren saat ini bukan?

Dikutip dari sumber Ketik.co.id (21/10/2024), Pada perhelatan akbar Hari Santri Nasional (HSN) tahun ini yang menjadi tuan rumah adalah Kabupaten Bandung tepatnya.di lapangan Upakarti Soreang dan Dome Bale Rame Soreang. Ketua HSN PWNU (pengurus wilayah Nahdatul Ulama) Jabar, Arif Rahman menjelaskan bahwa momentum HSN ini diharapkan dapat memperkuat kontribusi santri dalan tantangan global dan juga santri dapat lebih aktif dalam pembangunan bangsa melalui pendidikan, dakwah moderat, dan inovasi.

Fakta yang mencengangkan sekaligus menyedihkan justru terjadi menjelang hari santri ini dari mulai pelecehan, perundungan hingga pembunuhan di berbagai pondok pesantren. Selain itu, tantangan terbaru yang muncul adalah adanya program IMMB (Inisiator Muda Moderasi Beragama) yang dibentuk sejak tahun 2021 dan dilaksanakan setiap tahun. IMMB merupakan program tahunan Kemenag dalam upaya mencerdaskan opini moderasi beragama dengan target pesertanya dari kalangan generasi muda khususnya Gen Z. Program ini pun sengaja diluncurkan lewat platform media sosial yang memang Gen Z terbiasa memakainya

Banyak faktor penyebab terjadinya fakta rusak ini, diantaranya sudah mendarah daging ide kapitalisme-sekularisme di tengah masyarakat termasuk salah satunya di pesantren. Kapitalisasi sengaja memisahkan agama dari kehidupan agar hidup bebas tidak diatur oleh hukum-hukum syarak.

Hari santri sejatinya harus menjadi spirit untuk membangun kebangkitan Islam kembali. Santri adalah kader ulama yang harus bervisi surga, meneruskan aktivitas para nabi serta membangkitkan umat untuk memperjuangkan tegaknya peradaban Islam.

Dalam sejarahnya, Islam pernah memiliki pondok pesantren di daerah Baghdad yaitu pesantren Nizhamiyah pada masa kekhilafahan Abbasiyah yang dikelola penuh oleh negara yang berhasil melahirkan ulama-ulama panutan hingga saat ini dan menjadi pusat peradaban Islam.

Dalam sistem Islam, para generasi muda atau santri-santri dibekali tsaqafah Islam sepenuhnya. Sekaligus dengan sarana dan prasarana yang sangat memadai tanpa membebani para orangtua, mengenai masalah biayanya. Negara sepenuhnya yang mengatur administrasi seluruh layanan untuk masyarakat baik itu pendidikan, kesehatan, dan lainnya.

Sehingga para santri hanya fokus untuk tolabul Ilmi tanpa dibebani apa-apa yang tidak seharusnya dipikirkan oleh mereka. Para santri senantiasa akan memahami Islam kaffah dan mengambil perannya juga dalam dakwah. Sehingga terciptalah penerus peradaban terbaik seperti dalam firman-Nya:

"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya akhlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik." (QS. Ali Imran:110)

Maka tidak ada alasan lagi untuk kita terus berdiam diri demi perubahan yang baik. Sudah saatnya mengembalikan fungsi pesantren dengan berbagai kurikulum yang sesuai syariat Islam dan meningkatkan kualitas para guru dan ulama sebagai pendidikannya yang mampu mencetak para santri pejuang Islam kaffah. Allahu Akbar.


Share this article via

19 Shares

0 Comment