| 119 Views

Menghentikan Penderitaan Anak Gaza Butuh Tentara dan Negara

Oleh : Ummu Alvin
Aktivis Muslimah

Kondisi Gaza saat ini sangat mengenaskan, terutama anak-anak, banyak yang menjadi korban serangan Israel.Menurut Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Selasa (24/12/2024), setiap jam, satu anak tewas di Jalur Gaza akibat serangan brutal Israel. "Setiap jam, satu anak tewas. Ini bukan sekadar angka. Ini adalah banyak nyawa yang terputus," ungkap UNRWA dalam sebuah pernyataan, dilansir Antara, Rabu (25/12/2024). Setidaknya 14.500 anak Palestina telah meninggal dunia dalam serangan Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza sejak 2023.  "Membunuh anak-anak Palestina di Gaza tidak dapat dibenarkan. Mereka yang selamat pun terluka secara fisik dan emosional," lanjut pernyataan itu.

 Tanpa akses ke pendidikan, menurut UNRWA, anak-anak Palestina di Gaza terpaksa mengais-ngais puing-puing bangunan. "Waktu terus berjalan bagi anak-anak ini. Mereka kehilangan nyawa, masa depan, dan terutama harapan," tambah pernyataan tersebut. Israel terus melancarkan serangan dan genosida di Jalur Gaza sejak Hamas pada 7 Oktober tahun lalu melakukan perlawanan. Padahal, Dewan Keamanan PBB telah menyerukan gencatan senjata. Lebih 45.300 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak, telah tewas dan lebih 107.700 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.( Beritasatu.com)

Komisaris Jenderal Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan bahwa anak-anak di Gaza menghadapi risiko kematian akibat cuaca dingin karena ketiadaan tempat tinggal yang memadai. Tiga anak Palestina meninggal di kamp pengungsian karena kedinginan. Kiriman bantuan berupa perlengkapan musim dingin seperti selimut dan kasur tertahan selama berbulan-bulan, menunggu persetujuan entitas Israel untuk memasuki Gaza.

Kebrutalan Israel telah menjadikan rumah sakit sebagai objek vital yang tak luput menjadi target sasaran. Serangan Israel terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan menjadi tanda hancurnya fasilitas kesehatan utama yang masih beroperasi di Gaza Utara. WHO mengatakan serangan Israel yang tak kunjung berhenti itu sangat mengganggu upaya WHO untuk memastikan fasilitas kesehatan di Gaza Utara masih berfungsi, bahkan secara minimal.

Walaupun Israel telah melanggar semua peraturan perang di Jalur Gaza, yaitu menyerang sekolah dan rumah sakit hal itu telah menjadi biasa.Akan tetapi dunia tidak boleh diam terhadap hal ini. Setiap pelanggaran harus dikenakan tindakan yang tegas, PBB yang menjadi polisi dunia juga tidak melakukan tindakan nyata untuk memberikan perdamaian bagi anak-anak Gaza, begitupula dengan dengan Mahkamah Pidana Internasional ( ICC) hanya mampu mengeluarkan surat penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Israel,Yoav Gallant dengan tuduhan sebagai penjahat perang di Palestina, namun sampai saat ini keduanya masih bebas berkeliaran.

Senada dengan apa yang dilakukan oleh ICC, UNRWA juga hanya sekadar menyerukan gencatan senjata. Apalagi WHO yang hanya sebatas memastikan faskes di Gaza berfungsi atau tidak. Semua upaya itu sudah pasti tidak akan membawa Palestina keluar dari penderitaan yang telah diciptakan oleh Israel yang dilindungi oleh AS dan sekutunya atas nama PBB. Sementara itu negara-negara tetangga, bahkan penguasa negeri-negeri muslim selama ini hanya sebatas melakukan pembahasan di forum-forum Internasional. Dengan hasil berupa kecaman belaka atau mengikuti arahan PBB dengan solusi dua negara. Ini sungguh menyakitkan.

Kaum muslim tidak bisa berharap pada dunia internasional, termasuk para pemimpin mereka yang kerap menjadikan isu Palestina hanya untuk pencitraan dan justru mengambil solusi dua negara arahan Barat (pengusung kapitalisme) yang jelas tidak bisa menyelesaikan perang ideologi ini.Tidak ada keadilan dalam sistem Kapitalisme, bahkan sistem inilah yang telah memberikan jalan pada penjajah Zionis untuk membantai anak-anak Gaza.

Jelaslah bahwa untuk menyelesaikan konflik di Palestina maupun di belahan dunia lain tidak bisa berharap pada PBB, dan karena konflik yang telah menimbulkan penderitaan ini sesungguhnya adalah konflik ideologi, kapitalisme vs Islam. Maka solusi atas konflik Palestina adalah merebut kembali tanah dan rumah warga Palestina dari tangan Yahudi. Untuk merebutnya, maka dibutuhkan aktivitas jihad serta pengiriman bantuan militer dari negeri-negeri muslim, terutama dari negeri-negeri muslim terdekat Palestina. Namun sayangnya negeri-negeri muslim itu saat ini malah menormalisasi hubungan dengan Yahudi.

Sebagaimana diketahui, status tanah Palestina adalah tanah kharajiah yang menjadi milik kaum muslim hingga hari kiamat. Maka tidak layak jika Palestina diserahkan dan dikuasai oleh kafir Yahudi. Oleh karena itu, kaum muslim harus punya metode sendiri untuk membebaskan penderitaan kaum muslim di Palestina khususnya dan di seluruh dunia umumnya. Metode besar yang harus dijalani itu tidak lain adalah menyatukan pemikiran dan perasaan seluruh dunia Islam. Selain itu juga membangkitkan pemikiran dan kebutuhan mereka akan penerapan syariat Islam secara kaffah melalui tegaknya Daulah Khilafah ‘ala Minhaj an-Nubuwah.

Semua itu hanya bisa dilakukan oleh partai politik Islam ideologis. Parta yang akan memimpin umat dan melakukan pembinaan kepada para pemuda dengan tsaqafah Islam. Partai ini pula yang akan memberikan pemahaman Islam politik sehingga menjadikan mereka sosok-sosok yang berkepribadian Islam. Melalui pembinaan inilah akan lahir kader-kader dakwah yang tangguh yang akan mengantarkan umat menuju perubahan hakiki. Perubahan yang dimaksud adalah diterapkannya sistem Islam dalam seluruh kehidupan serta menggantikan sistem kapitalisme yang telah menyebabkan penderitaan. Hanya sistem Islam yang dipimpin oleh seorang Khalifah ini yang akan melindungi setiap jengkal tanah kaum muslim dari tangan-tangan jahat para penjajah. Khalifa sebagai junnah (perisai) bagi umatnya. Khalifah pula yang akan memimpin kaum muslim mengirimkan tentaranya untuk membebaskan Palestina. 

Wallahu a'lam bish showwab.


Share this article via

31 Shares

0 Comment