| 146 Views

Mendulang Kesejahteraan di Sektor Pariwisata, Akankah Bisa?

Oleh : Ummu Ara
Boyolali

Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Boyolali mencatat jumlah kunjungan wisata di Boyolali hingga sejak Januari hingga November 2024 menyentuh angka sekitar 1,4 juta wisatawan. Angka tersebut naik dibanding 2023 yang sebanyak 665.000 wisatawan. Hal tersebut diungkapkan Kepala Disporapar Boyolali, Budi Prasetyaningsih, saat kunjungan press tour di Desa Wisata Kemasan, Sawit, Sabtu (30/11/2024). “Jumlah wisatawan tahun kemarin [2023] kurang lebih 665.000, tahun ini [2024] sampai pertengahan November sudah sekitar 1,4 juta wisatawan,” kata dia. Disporapar Boyolali juga melakukan pendampingan ke desa wisata dan pelaku wisata. Tak hanya itu, desa wisata juga dicarikan bantuan dari pemerintah pusat atau provinsi. “Contohnya Desa Wisata Kemasan juga mendapatkan bantuan dari provinsi,” kata dia. Sementara itu, pengurus Bumdes Kemasan Sawit, Muhammad Khairul Rais, mengatakan Desa Wisata Kemasan atau Dewa Emas menjadi salah satu unit usaha sejak 2016. Pada 2024 ini Bumdesnya mendapatkan bantuan keuangan dari Provinsi Jawa Tengah senilai Rp500 juta. (Espos Minggu 1/12/2024)

Ditengah lambatnya pertumbuhan ekonomi, menurunnya ekspor dan besarnya tekanan ekonomi global. Pariwisata daerah dan desa dianggap sebagai sektor baru dalam meraih cuan. Sektor pariwisata dapat menjadi sumber kemakmuran, meningkatkan pendapatan dan memperluas lapangan kerja. Seolah pariwisata adalah solusi untuk kemunduran ekonomi saat ini bahkan digadang gadangkan sebagai sumber pemasukan ekonomi jangka panjang. Untuk itu, semua pihak didorong untuk menyukseskan program program serta kebijakan kebijakan demi menggenjot pembangunan pariwisata.

Daya tarik pariwisata ini bukan hanya pada keindahan alam, keramahan penduduk, kelezatan makanan namun juga pada atraksi dan budaya yang mereka sebut dengan 'budaya dan kearifan lokal'.
Yang mana atraksi dan budaya tersebut sudah lama ditinggalkan oleh masyarakat karena tidak mengandung nilai manfaat dan melanggar nilai norma dan agama yang mengandung kesyirikan justru dihidupkan kembali. Salah satu contohnya adalah melumuri lantai dengan kotoran hewan agar dapat menangkis keburukan keburukan.hal tersebut dapat menggerus aqidah umat, maka wajar saja jika masyarakat masih jauh dari ketaqwaan. Dan apabila pariwisata dilabeli dengan agama semisal halal food, wisata religi tidak lain hal tersebut hanya untuk menarik perhatian konsumen muslim.

Dalam kehidupan sekuler sah sah saja kesyirikan dikapitalisasi dan label agama dijual demi mendatangkan cuan. Jauhnya Kesejahteraan yang diimpikan hari ini bukan karena kurangnya sumber pemasukan, melainkan karena kesalahan dalam memilih sistem ekonomi untuk mengatur pengelolaan sumber daya alam maupun sumber daya lain.

Hari ini sistem ekonomi kapitalis liberal telah membutakan penguasa pasalnya dengan merujuk pada sistem ekonomi kapitalis liberal menyebabkan makin buruknya kondisi ekonomi bangsa ini. Sistem ini tidak mengenal kepemilikan sebagaimana sistem ekonomi dalam islam. 

Islam mampu mensejahterakan masyarakatnya bukan dengan memfokuskan diri pada sumber pendapatan yang baru yaitu sektor pariwisata. Salah kaprah apabila mengentaskan kemiskinan melalui sektor pariwisata yang banyak menabrak nilai agama, harus ada pemahaman kepada masyarakat akar dari persoalan kemiskinan bangsa dan solusinya.

Islam merupakan agama yang komprehensif didalamnya mengatur urusan ekonomi. Dalam islam salah satu sumber pendapatan negara didapatkan dari pengelolaan sumber daya alam, Sumber daya alam merupakan kepemilikan umum yang dikelola langsung oleh negara sehingga hasilnya dapat dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk fasilitas, tunjangan, keamanan serta kesejahteraan dll.
Sebagaimana hadis Rosulullah
اَلْمُسْلِمُوْنَ شُرَكَاءُ في ثلَاَثٍ فِي الْكَلَإِ وَالْماَءِ وَالنَّارِ

“Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api.” (HR Abu Dawud dan Ahmad).

Maka sudah sepantasnya umat meninggalkan sistem ekonomi kapitalis liberal karena akan menimbulkan banyak kemadhorotan dari pada kesejahteraan, sudah saatnya Umat beralih kepada sistem islam yang menjamin kesejahteraan masyarakat.


Share this article via

84 Shares

0 Comment