| 62 Views
Melonku Sukar Karena Distribusi Kapitalis Mengakar

Oleh : Mulyaningsih
Pemerhati Masalah Anak & Keluarga
Sedih sekaligus miris melihat kebijakan demi kebijakan yang menzalimi masyarakat. Belum tuntas satu persoalan terselesaikan, kini muncul lagi yang baru. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa si melon, kini tak boleh berada di eceran lagi. Emak-emak harus rela mengantri demi mendapatkan si melon. Bahkan hampir di setiap wilayah belum tentu dalma waktu sehari bisa mendapatkan gas idaman para emak tersebut. Belum lagi pasokan yang belum tahu kapan akan datang. Hal tersebut menambah beban pikiran para emak. Bagaimana bisa dapur tetap mengepul? Sedangkan gas saja sulit dicari.
Alasan langkanya si melon karena distribusinya diatur dalam keputusan Menteri ESDM Nomor 37 tahun 2023 tentang petunjuk teknis pendistribusian isi ulang Liquefied Petroleum Gas (LPG) tertentu tepat sasaran. Hal ini disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM, Bahlil L.), pemerintah sedang menata pengelolaannya agar tidak ada oknum yang menaikkan harga. (tribunnews.com, 02/02/2025)
Dari kebijakan di atas, bahwa pendistribusian melon hanya boleh dipangkalan saja. Ini mengkonfirmasi kepada kita bahwa pemerintah tak lagi serius dalam hal mengurusi urusan umat (baca: masyarakat). Mengapa demikian? Karena umat di suruh antri ke pangkalan untuk bisa mendapatkan si melon. Tak hanya itu, mereka juga disuruh membawa kartu yang nantinya menandakan bahwa boleh membeli gas melon. Pemerintah tak memperhatikan sejauh apa pangkalan yang ada di daerah-daerah, apakah terjangkau oleh masyarakat? Pasalnya, masyarakat akan menenteng gas melon yang beratnya lumayan. Kemudian yang mengantri belum tentu sehat atau masih memiliki stamina yang kuat. Karena ada kasus di satu wilayah, setelah mengantri untuk membeli si melon ada nenek yang kelelahan dan menghembuskan nafas terakhir. Walaupun kita tidak bisa menjust bahwa beliau meninggal karena mengantri gas, namun dengan kelelahan yang luar biasa menjadi jalan pada kondisi si nenek yang tidak stabil. Ini adalah kasus yang bisa kita jadikan pelajaran berharga. Belum lagi di wilayah yang lain. Artinya bahwa sebenarnya penjual di tingkat pengecer begitu masyarakat butuhkan, walaupun harganya lebih mahal. Namun setidaknya ini cukup membantu para emak dan pengusaha kecil yang begitu sangat memerlukan kehadiran si melon untuk kelanjutan usahanya.
Melihat kebijakan ini patut diduga bahwa negara lebih berpihak hanya kepada pebisnis besar. Sebab pendistribusian melon diambil alih oleh para korporasi. Negara hanya menjadi regulator saja tanpa bisa berbuat lebih untuk masyarakat. Inilah wajah kapitalis sesungguhnya, hanya menguntungkan pada sebagian orang saja. Tentunya yang mempunyai modal besar saja yang akan menguasai hajat kehidupan masyarakat. Belum lagi dalam kapitalis selalu merujuk pada keuntungan semata dan manfaat. Lebih dalam lagi bahwa asas manfaat dijadikan sebagai standar kebijakan yang diterapkan bukan kemaslahatan umat.
Akan sangat berbeda ketika Islam diterapkan dalma kehidupan manusia. Tak hanya mengatur silap ibadah saja, setiap lini kehidupan Islam ada tata aturannya. Termasuk persoalan kebutuhan umat, yaitu kebutuhan pokok seperti gas. Maka negara bertanggung jawab penuh akan hal tersebut. Karena gas merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia dan harus terpenuhi. Sehingga negara bertanggung jawab akan penyediaan serta pendistribusian agar semua mendapatkannya.
Gas sendiri masuk dalam sala satu kepemilikan umum. Artinya, negara yang mengatur dan mengelolanya untuk kemudian disebar kepada umat. Dengan biaya nol alias gratis. Kaapun membayar, maka degan biaya minim atau murah. Haya membayar biaya operasionalnya saja.
Alhasil, begitulah seharusnya yang dilakukan pemerintah saat ini. Hanya mengatur persoalan umat tanpa memikirkan keuntungan pribadi atau golongan. Semua itu bisa terjadi ketika Islam benar-benar diterapkan dalam kehidupan manusia. Dalam sebuah institusi yang menerapkan Islam secara kaffah, yaitu Daulah Islam. Dengan begitu, maka insyaAllah segala persoalan yang ada akan dengan mudah diatasi. Termasuk keberkahan akan datang dari dalam bumi dan turun dari langit. Serta rida Allah bisa kita dapatkan. Wallahu ‘alam bishowab.