| 12 Views

Masjid Al-Aqsha dalam Kontrol Zionis, Umat Islam Tidak Boleh Diam

Oleh: Siti Zulaikha, S.Pd
Aktivis Muslimah dan Pegiat Literasi

Sebagai bentuk perlawanan atas pendudukan Israel, kelompok Hamas mengajak warga Palestina beribadah di Masjid Al Aqsa selama bulan Ramadan ini.

Dilansir Antara, Sabtu (1/3/2025), sebuah pernyataan disampaikan oleh Hamas, “Jadikan hari-hari dan malam-malam Ramadan yang penuh berkah didedikasikan untuk ibadah, keteguhan hati, dan perlawanan terhadap musuh dan pemukim (ilegal), serta untuk mempertahankan Yerusalem dan Al Aqsa sampai terbebas dari pendudukan.” nomorsatukaltim.disway.id, 1/3/2025

Sementara itu akses ke masjid Al-Aqsha diduga dibatasi oleh otoritas Zionis dengan alasan keamanan, melalui pembatasan wilayah. Hal ini disampaikan oleh khotib Masjid Al-Aqsha, Sheikh Ekrima Sabri pada Jumat malam (28/2/2025). Antaranews.com

Pembatasan ini bisa berupa pembatasan usia bagi mereka yang diperbolehkan masuk, dengan seringkali hanya memberikan izin kepada pria dan wanita berusia tertentu atau membatasi jumlah jamaah. Selain pembatasan jumlah jamaah, di beberapa titik otoritas Zionis juga menambah penjagaan ketat dengan memasang penghalang fisik di sekitar Masjid Al Aqsa, mengirimkan pasukan keamanan untuk menjaga area tersebut, serta melakukan pemeriksaan identitas terhadap para pengunjung.

Pembatasan akses warga Palestina ke Masjid Al-Aqsha di Yerusalem Timur dilakukan oleh otoritas Zionis hampir setiap Romadhon setiap tahun. Warga Palestina melihat pembatasan ini sebagai bagian dari kebijakan Zionis yang lebih besar untuk "mengubah" Yerusalem Timur, termasuk Masjid Al Aqsha dengan menghilangkan identitas Arab dan Islam disana.

Fakta pembatasan salat jamaah di Masjid Al Aqsha yang masih terjadi hingga Romadhan tahun ini menunjukkan wilayah ini masih dalam penjajahan, sebab keamanan kaum muslimin berada di tangan orang-orang kafir. Pembatasan ini tentu tidak adil bagi kaum muslimin, sebab umat Islam hendak melaksanakan salat jamaah di masjid sebagai tempat ibadah kaum muslimin. Fakta ini semakin menunjukkan bahwa Zionis mengontrol muslim Palestina, baik di tepi barat maupun Gaza secara menyeluruh.

Bagi kaum Muslimin, Masjid Al-Aqsha memiliki banyak arti. Pertama, Masjid Al-Aqsha pernah menjadi kiblat pertama kaum muslim dalam menunaikan salat selama 16 bulan. Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengubah kiblat mereka ke arah Mekkah setelah turun Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 144.

Kedua, Masjid Al-Aqsah dan Syam Palestina adalah wilayah yang diberkahi Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam Al Qur'an surat Al-Isra' ayat 1
"Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar Kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sungguh Dia Maha Mendengar lagi Maha tahu." (QS. Al-Isra':1)

Selain itu, tanah Palestina yang di atasnya berdiri Masjid Al-Aqsha adalah tanah suci yang telah Allah berkahi dengan banyaknya Nabi yang diutus ke sana. Syariat yang mereka bawa telah menyebar ke seluruh dunia. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga mendorong kaum muslim untuk beribadah di masjid Al-Aqsha karena besarnya keutamaan yang Allah Subhanahu Wa Ta'ala limpahkan.

"Janganlah mengencangkan pelana (untuk melakukan suatu perjalanan), kecuali menuju 3 Masjid yaitu Masjidil Haram (di Mekkah), Masjidku (Masjid Nabawi di Madinah) dan masjid Al-Aqsha (di Palestina)." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Kemuliaan dan keberkahan yang Allah limpahkan tersebut berlaku hingga hari kiamat. Sayang, hari ini Masjid Al-Aqsha berada dalam penjajahan kaum Zionis Yahudi. Mereka telah sering mengotori dan menistakan masjid Al-Aqsah. Mereka pun telah puluhan tahun melakukan berbagai kekejaman dan kekejian terhadap Kaum Muslim di sekitar Masjid Al Aqsa dan Palestina secara umum.

Tidak hanya itu, di tengah kesepakatan senjata dan bulan Ramadan kaum Zionis Yahudi dibatasi Kaum Muslim Palestina melakukan ibadah di rumah Allah ini. Umat Islam di belahan dunia lain tentu tidak boleh diam dengan kondisi ini, sebab Islam mewajibkan umatnya mengasihi dan menyayangi sesamanya, apalagi Umat Islam diibaratkan satu tubuh.

Zionis Yahudi sangat memahami meskipun di selatan senjata telah disepakati, Umat Islam masih menyimpan potensi perlawanan. Sehingga mereka merasa harus menggunakan cara politik dan militer untuk melakukan penekanan, termasuk di Masjid Al Aqsha dan Al- Quds. Kaum Muslim Palestina tidak boleh gentar menghadapi kejahatan Zionis yang dibekingi Amerika Serikat serta didukung oleh para pemimpin penghianat Kaum Muslim.

Ramadhan semestinya digunakan untuk menguatkan azzam dalam perjuangan melenyapkan penjajahan. Demikian pula Umat Islam di belahan dunia lain, harus memahami bahwa jihad dan Khilafah adalah solusi hakiki atas persoalan Palestina. Mereka tidak boleh lagi berharap pada solusi-solusi yang datang dari barat dan narasi-narasi sesat soal perdamaian. Sebab barat justru menginginkan umat Islam kalah dan semakin terpuruk.

Barat sangat takut akan kebangkitan Islam, sebab hadirnya kepemimpinan islam yakni Khilafah yang telah runtuh tahun 1924 akan mengakhiri segala bentuk penjajahan yang dilakukan di negeri-negeri Muslim, termasuk Palestina. Hadirnya Khilafah yang kedua akan menghancurkan entitas Zionis yang merupakan hariban fi'lan yang wajib diperangi secara nyata melalui jihad fisabilillah. Sungguh, penegakkan kembali Khilafah adalah Qadliyah mashiriyah (masalah paling penting) yang wajib menjadi agenda utama umat Islam.

Wallahualam bissawab


Share this article via

16 Shares

0 Comment