| 136 Views
Masa Depan Suram, Bukti Eksistensi Kapitalisme

Oleh : Feni Rosfiani
Aktivis Dakwah
"Kecil-kecil cabe rawit" mungkin peribahasa ini yang pantas untuk para pelaku kejahatan anak-anak yang sedang viral itu. Tetapi bermakna konotasi negatif bukan positif atau kebanggaan dalam prestasi.
Miris sekali, di awal bulan September ini masyarakat dikejutkan dengan pemberitaan tentang kasus pembunuhan seorang siswi remaja smp berinisial AA (13thn) di Palembang. Jasadnya ditemukan di sebuah pemakaman Tionghoa dengan keadaan yang sangat nahas. Terdapat sejumlah luka lebam juga kekerasan pada alat vitalnya. Hasil visum juga menunjukkan bahwa korban tewas akibat kekurangan oksigen dan terjadi rudapaksa juga. Pihak kepolisian setempat langsung melakukan pencarian pelaku tindak kejahatan tersebut. Tak perlu waktu lama, kurang dari 3x24 jam polisi berhasil membekuk 4 orang tersangka dan yang lebih mencengangkan lagi, semua pelaku adalah anak yang masih dibawah umur.
Dilansir dari Liputan6.com (6/9/2024), Kasus pembunuh dan rudapaksa kepada AA (13thn), ini terjadi pada tanggal 31 Agustus 2024 sekitar pukul 16.00 WIB Salah satu pelakunya adalah pacar korban sendiri yaitu IS (16thn), sedangkan 3 lainnya yaitu MZ (13thn), MS (12thn) dan AS (12thn) adalah teman pacar korban. Diketahui bahwa motif para tersangka adalah karena ingin menyalurkan hasrat seksualnya setelah mereka menonton video porno. Sebagai buktinya, di handphone tersangka utama IS tersimpan banyak sekali video tidak senonoh yang disimpannya.
Sungguh miris, betapa bobroknya perilaku remaja saat ini. Generasi muda yang seharusnya menjadi para penerus peradaban ini, semakin jauh dari masa depan cerah. Potret buram kehidupan ini tidak lain karena sistem kapitalisme yang semakin melebarkan sayapnya untuk menjauhkan agama dari seluruh aspek kehidupan. Hingga saat ini sudah menyasar pada anak-anak.
Penyebab lain dari kasus seperti ini adalah karena penggunaan media sosial yang kian bebas berbagai umur. Tidak adanya upaya pemerintah untuk membatasi atau memblokir semua situs-situs pornografi. Sehingga anak-anak pun bebas mengaksesnya. Selain itu, peran orang tua yang seharusnya bisa mengontrol penggunaan gadget kepada anak pun sepertinya tidak efektif, karena orang tua cenderung sibuk bekerja baik ayah ataupun ibu. Agar anak anteng atau tidak rewel, akhirnya diberikan gadget dan tidak ada pengontrolan dari orang tua. Sehingga terbentuklah generasi yang liberal yaitu bertindak semaunya tanpa memikirkan akibat, Apalagi mengaitkannya dengan urusan akhirat.
Para generasi yang seharusnya sibuk dalam mencari ilmu sebanyak-banyaknya agar meraih cita-cita, kini hanya memikirkan kesenangan saja. Maka, Bagaimana mereka bisa menjadi pencetak peradaban selanjutnya kelak? Jika akhlak dan akidahnya sudah rusak seperti sekarang.
Berbeda dengan keadaan generasi dalam sistem Islam, negara tentu akan mewajibkan seluruh masyarakat menerapkan aturan Islam. Baik itu pendidikan Islam, media Islam, pergaulan Islam dan sanksi juga. Negara diamanahi untuk memberikan Pendidikan dan Tsaqafah Islam kepada seluruh rakyatnya tanpa terkecuali. Upaya ini dilakukan agar terhindarnya para generasi dalam melakukan kemaksiatan, kejahatan juga penyimpangan agama yang lain. Karena di dalam sistem Islam, seluruh masyarakat akan senantiasa menyadari bahwa tugasnya di dunia hanyalah untuk beribadah kepada Allah Swt. sehingga rasa takut dalam berbuat maksiat dan senantiasa berhati-hati dalam bertindak agar tidak terjerumus pada pelanggaran hukum syarak.
Semua itu juga akan didukung dengan Kurikulum Pendidikan yang berlandaskan Islam, media sosial yang ditujukan hanya untuk dakwah, konten-konten yang ditonton tidak lain hanya bertujuan untuk amar ma'ruf nahi munkar. Maka akan dihasilkan akidah Islam yang kuat dan selalu dalam ketakwaan kepada para calon penerus peradaban mulia.
Wallahualam bissawab.