| 296 Views

Kriminalitas dan Kesehatan Mental Remaja

Oleh : Hanum Hanindita, S.Si

Belum lama ini, aksi kriminal berupa kejahatan pembunuhan dilakukan oleh remaja.  Korbannya pun dari kalangan pelajar. Motif pembunuhannya adalah  penolakan cinta yang memicu pelaku melakukan kekerasan hingga menghilangkan nyawa korban. Kasus ini terjadi di daerah Jawa Timur. 

Korban adalah FPR (16), seorang pelajar SMK yang dibunuh oleh teman dekatnya sendiri. Mayat korban ditemukan di warung kopi di Perumahan Made Great Residence, Lamongan, Jawa Timur. Kasus pelajar bunuh pelajar ini terjadi karena cinta pelaku ditolak korban. Pelaku yang tak terima dan sakit hati nekad membunuh korban di sebuah warung kopi yang sudah lama tutup. (beritasatu.com, 17/01/25)

Perilaku remaja yang tega menghilangkan nyawa orang sudah jelas bukan sekadar kenakalan remaja. Namun ini adalah bentuk tindakan kriminal yan tidak bisa dianggap ringan. Apa yang sebenarnya terjadi dengan kondisi remaja-remaja saat ini hingga bisa begitu agresif? 

Ketika Remaja Sulit Mengendalikan Emosi

Terjadinya kasus pembunuhan oleh pelaku remaja telah membuka suatu fakta bahwa kesehatan mental remaja di Indonesia patut menjadi perhatian. Kesehatan mental ini kerap berkaitan juga dengan pengendalian emosi seseorang. Pada diri remaja yang sulit mengontrol emosi akan mengarahkan mereka bertindak  agresif, dan berpikir pendek. Jika dilihat masalahnya hanya sepele yaitu karena cinta ditolak.

Kemampuan remaja dalam  mengelola emosi bukanlah suatu hal yang terjadi secara tiba-tiba. Namun ini merupakan sebuah proses yang telah mengalami perjalanan panjang dan banyak dipengaruhi oleh berbagai hal. Apa saja yang biasanya memengaruhi gejolak emosi remaja?

Pertama, fluktuasi hormon selama masa remaja. Memang benar hal ini bisa membuat remaja lebih labil emosinya dan mudah marah.
Hormon-hormon ini bisa membuat remaja lebih sulit diatur dan  cenderung membantah. Jika tidak mendapatkan penanganan atau pendampingan yang tepat remaja tidak akan mengerti dan tidak nyaman dengan apa yang dirasakannya.

Kedua, minimnya pendidikan moral. Umum kita ketahui, saat ini pendidikan hanya berfokus untuk meraih nilai-nilai akademis. Kalaupun ada pendidikan moral, bukan menjadi prioritas dan porsinya masih sedikit. Itu pun tidak menjamin menghasilkan siswa yang terpuji akhlaknya.

Ketiga,  pengabaian terhadap kesehatan mental di kalangan remaja. Karena proses pendidikan mengutamakan mencapai target nilai akademis, maka masalah kesehatan atau kestabilan mental remaja dianggap sepele. Bahkan cenderung dianggap bukan urusan sekolah, tapi  ranah pendidikan orang tua di rumah. Sementara di rumah pun belum tentu mendapatkan perhatian juga.

Keempat, lingkungan sosial yang kurang mendukung. Misalnya pola asuh orang tua, circle pertemanan atau lingkungan masyarakat. Lingkungan sosial yang tidak kondusif untuk tumbuh kembang remaja bisa memperburuk kondisi emosional dan perkembangan mental mereka.

Kelima, pengaruh sosial media. Saat
ini sosmed telah menjadi ‘guru’ generasi yang rendah literasi.  Ini ditunjukkan dari mudahnya para remaja bertindak dengan berstandarkan konten-konten dari dunia maya. Padahal isi tayangan tersebut belum tentu benar dan baik untuk kehidupan mereka.

Berbagai hal-hal yang terjadi merupakan buah dari kehidupan yang diatur dengan sistem sekuler kapitalisme. 
Sekularisme menjadikan kehidupan jauh dari agama, sehingga abai dengan halal dan haram.  Di sisi lain, kapitalisme membuat ukuran kebahagiaan hanya dari materi atau terpenuhinya keinginan seseorang. Sehingga akhirnya  menghalalkan segala cara demi memenuhi keinginan. Termasuk di dalamnya melampiaskan emosi yang menggebu  dengan menuruti hawa nafsu. Akibatnya remaja yang kebingungan saat emosinya meledak, namun di sisi lain juga tidak ada kekuatan iman yang membentengi maupun support lingkungan yang kondusif, menjadi beringas dan nekad dalam bertindak. Ia tidak peduli meskipun tindakannya membahayakan dirinya maupun orang lain.

Islam Solusi Masalah Remaja

Sekularisme jelas telah menjadi akar masalah dari terbentuknya mental-mental generasi yang berujung pada perbuatan kriminal. Sekularisme pun tidak mampu memberikan solusi yang menuntaskan semua problem generasi, justru malah memperburuk.

Maka, berbagai persoalan generasi jelas membutuhkan sistem yang mampu memberikan solusi secara sempurna dan komprehensif. Sistem ini adalah sistem Islam yang berasal dari Allah Swt. sebagai pencipta manusia, alam semesta dan kehidupan. Maka sudah pasti, apa yang berasal dari Allah dan lahir dari sistem Islam adalah hal yang mampu menyelesaikan problem manusia beserta kehidupannya.

Langkah-langkah yang ada dalam sistem Islam akan menciptakan generasi yang kokoh imannya, sehat mentalnya, kuat jiwa pemimpinnya dan mampu menjadi problem solver di kehidupan. Langkah-langkah itu diterapkan dengan cara sebagai berikut.

Pertama, menerapkan sistem pendidikan Islam di aspek keluarga dan masyarakat. Serta menerapkan kurikulum berbasis akidah  Islam dalam penyelenggaraan pendidikan di dalam negara. Negara menjadikan pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek akademis, tetapi juga pada pembentukan akhlak mulia, pengendalian diri, dan pemahaman yang benar terhadap hubungan antar manusia, atau dengan kata lain membentuk kepribadian Islam.

Kedua, menerapkan sistem sosial Islam yang akan menjaga pergaulan sesuai dengan tuntunan syarak. Islam juga memiliki aturan yang jelas terkait pergaulan laki-laki dan perempuan untuk mencegah timbulnya fitnah dan perilaku yang melampaui batas. Dengan aturan ini, hubungan remaja laki-laki dan perempuan diarahkan agar tetap dalam batas yang wajar. Ini semuda dilakukan dalam rangka mencegah terjadinya hubungan yang merusak moral atau memicu konflik emosional. 

Ketiga, melakukan filter terhadap konten-konten sosial media. Islam akan memastikan bahwa konten-konten yang dikonsumsi masyarakat hanyalah konten yang dapat membangun keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.

Inilah beberapa hal yang  bisa dilakukan dengan solusi Islam dalam mengatasi masalah remaja sekaligus mendampingi mereka agar melalui fase tumbuh kembang yang tepat. Tentunya aturan ini tidak berjalan sendiri, namun dijalankan oleh penguasa yang menerapkan Islam dalam konstitusi negara (Khilafah).

Dengan dukungan penerapan syariat Islam oleh Khilafah dalam berbagai bidang lainnya (secara menyeluruh) kasus tragis seperti ini dapat dicegah sejak akar permasalahannya. 

Pelajar dapat mengoptimalkan potensinya untuk kebaikan dan amal saleh, sehingga menjadi generasi idaman yang taat syariat dan paham ilmu yang dipelajari. Di masa depan nantinya merekalah yang akan mengisi peradaban dengan sepak terjang mereka demi kemaslahatan umat dan kejayaan Islam. Wallahua'lam bishowab


Share this article via

108 Shares

0 Comment