| 288 Views
Ketika Idhul Fitri Kehilangan Esensi

Oleh : Ummu Bisyarah
Hari ini seluruh kaum muslim tengah berbahagia. Hari raya Idhul Fitri yang lama ditunggu sudah tampak hilalnya. Setelah berpuasa di bulan ramadhan yang mulia, kini saatnya menyambut hari raya dengan penuh suka cita. Kaum muslim kembali ke takwa, tak lagi berada dalam kubangan dosa. Kaum muslim kembali ke fitrahnya, yakni kembali tunduk pada penciptanya. Begitulah seharusnya. Momen lebaran ini menjadi ajang kembali kepada visi misi diciptakannya manusia, yakni menghamba.
Namun Idhul Fitri kali ini berbeda, sangat berbeda. Pasalnya puasa bukan lagi ajang untuk kembali takwa. Namun hanya seremonial belaka. Kumandang takbir tak mengartikan manusia mengagungkan Tuhannya, namun hanya perayaan pesta satu tahunan dengan ikhtilath, khalwat dan maksiat lain didalamnya.
Idhul Fitri harusnya jadi ajang silaturahmi, berkumpul dengan sanak saudara yang jarang kita temui. Memupuk rindu yang lama dipisahkan oleh jarak dan waktu. Ajang birulwalidain kepada orang tua yang sudah lama kita lupa karena terlena oleh kebutuhan dunia.
Namun, Idhul Fitri kali ini sudah kehilangan esensi. Silaturahmi jadi ajang mencari cuan bagi para orang tua yang memiliki buah hati. Tak segan mereka memamerkan "pendapatan" anaknya, hasil dari keliling ke sanak saudara. Anak yang harusnya menjadi penyejuk hati, malah jadi ajang Investasi saat Idhul Fitri. Bahkan hal ini sedang menjadi trend di TikTok ketika para orang tua menyebut anak mereka sebagai "investor lebaran".
Trend ini menunjukkan kepada kita bahwa standar perbuatan manusia telah bergeser menjadi "materialisme". Segala sesuatu selalu diukur dari sisi materi, untung rugi saja. Sehingga esensi dari suatu perbuatan tak lagi bermakna. Berpolitik yang harusnya menjadi ajang mengurusi urusan masyarakat bergeser menjadi ajang mencari keuntungan rupiah sebanyak-banyaknya, beribadah jadi ajang konten mencari cuan belaka, termasuk idhul Fitri dengan berbagai kemuliaannya tak luput dari ajang mencari rupiah. Beginilah jika kita hidup di dalam sistem kapitalisme. Kapitalisme memisahkan agama dari kehidupan, sehingga agama tak ada esensinya dalam kehidupan manusia. Tolak ukur perbuatannya adalah materialisme sebagaimana kita saksikan dalam tatanan masyarakat kita hari ini. Sungguh sistem ini telah rusak dan merusak masyarakat!