| 121 Views

Kemiskinan Menurun, Apa Benar?

Oleh : Iven Cahayati Putri
Pemerhati Sosial

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengumumkan angka kemiskinan di Indonesia menurun 9,03%, sementara itu kemiskinan ekstrem turun 0,83% (beritasatu, 9-7-2024).

Angka di atas dinilai sebagai keberhasilan Presiden Joko Widodo beserta jajarannya dalam menumpas kemiskinan yang telah membudaya di negeri ini. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Wakil presiden Ma'ruf Amin, bahwa mereka memiliki misi untuk membasmi kemiskinan, yakni 6,5% - 7,5% dan 0% untuk kemiskinan ekstrem dalam kurun waktu 2020-2024.

Jelas mengejutkan jika data yang ada melaporkan tingkat kemiskinan menurun. Sementara di sisi lain banyak masyarakat yang mengeluh akibat pemasukan yang sedikit bahkan cenderung tidak ada. Bersamaan dengan itu, pengeluaran pun tinggi akibat harga-harga yang meningkat. Maka menuai tanya, sebenarnya seperti apa tolok ukur kemiskinan menurun tersebut?

Secara sajian angka, tingkat kemiskinan di Indonesia mungkin saja menurun. Datanya, selama 10 tahun yakni Maret 2014-Maret 2024, kemiskinan mengalami penurunan dari 28,3 juta orang yang terkategori miskin menjadi 25,22 juta orang. Artinya ada 3 juta orang miskin yang berkurang. Hanya saja fakta di lapangan menunjukkan fakta yang berbeda. Realitanya semakin banyak rakyat yang terseok-seok sekadar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Ternyata, standar miskin atau tidaknya seseorang, negeri ini menggunakan pendapatan perkapita. Di Indonesia, batas standar kemiskinan adalah jika pengeluaran per kapita perbulan sekitar Rp601.871. Artinya, seseorang yang memiliki pengeluaran di atas angka tersebut, maka tidak terkategori penduduk miskin. Maka wajar jika secara angka, kemiskinan menurun di tengah meroketnya harga nyaris di seluruh kebutuhan hidup. Belum lagi biaya kesehatan, listrik, pendidikan, dan sebagainya. Sehingga jika melihat secara menyeluruh, angka kemiskinan masih menyelimuti negeri ini. 

Fakta tersebut menunjukkan bahwa sejatinya pemerintah sebagai pihak yang bertanggungjawab mengurusi urusan seluruh rakyatnya tidak sungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya. Terkhusus masalah kemiskinan, yang selalu diperbarui sebatas angka-angka, sementara upaya nyata dalam menyejahterakan rakyat tak kunjung terlihat. Lapangan pekerjaan terbatas, sehingga pengangguran tersebar dimana-mana. Selanjutnya pengelolaan kekayaan alam dalam negeri justru diserahkan kepada swasta, dan lebih lengkap dengan peran negara yang hanya menjadi regulator dalam memuluskan kepentingan segelintir pihak, yang keberadaannya justru merugikan rakyat.

Itu semua terjadi karena membiarkan negeri ini diatur dengan sistem kapitalisme, yang orientasinya hanya keuntungan dan kepentingan. Sistem inilah yang melahirkan orang-orang yang materialistik dalam segala hal.

Namun berbeda halnya dengan sistem Islam yang berlandaskan syariat Islam. Keberadaannya untuk menjalankan seluruh perintah Allah SWT dalam institusi negara. Termasuk implementasinya tertuang dalam kebijakan-kebijakan yang mengatur kehidupan rakyatnya.

Berkaitan dengan kemiskinan, sistem Islam memiliki solusi yang khas. Pertama, jaminan kesejahteraan rakyat merupakan tugas negara. Islam menetapkan pemerintah sebagai pelayan rakyat yang wajib memenuhi kebutuhan mereka dengan kebijakannya yang benar. 

Negara juga mengupayakan agar kebutuhan dasar itu terpenuhi dengan mewajibkan laki-laki untuk bekerja bagi yang mampu. Jika tidak mampu karena sakit ataupun cacat fisik, maka dibebankan kepada walinya, dan jika tak mampu juga, maka negaralah yang menanggung langsung kebutuhannya. 

Kepemilikan pun diatur dengan baik. Khususnya kepemilikan umum tidak boleh diprivatisasi oleh segelintir orang. Melainkan pengelolaannya dilakukan oleh negara, kemudian hasilnya dikembalikan kepada rakyat. Sistem Islam pun memiliki ekonomi dan politik yang mandiri sehingga dapat berdiri sendiri dan tidak ada bergantung pada pihak lain. 

Negara Islam pula mengupayakan pendidikan terbaik. Sehingga masyarakat memiliki keahlian. Karena tidak bisa dimungkiri salah satu kesulitan pencari pekerjaan yang layak akibat kurangnya pendidikan. 

Dari sini, Islam memang memiliki metode tersendiri untuk menurunkan bahkan menghilanhkan tingkat kemiskinan. Tentu saja, bukan hanya menurun secara angka-angka tanpa bukti nyata dalam kehidupan rakyat. Kehidupan tersebut hanya akan terwujud jika negara mengambil Islam sebagai aturan kehidupan dan menerapkannya pada seluruh lini. Wallahu'alam bisshowwab.


Share this article via

35 Shares

0 Comment