| 61 Views
Kelas Menengah Turun Kasta, Efek Salah Kelola Ekonomi

Oleh : Ainul Mizan
Peneliti LANSKAP
Menurut data BPS, sepanjang tahun 2019-2024 kelas ekonomi menengah mengalami penurunan jumlah. 9,48 juta orang kelas menengah jatuh menjadi rentan miskin. Artinya jumlah kelas menengah yang sebelumnya sekitar 21,45 persen dari penduduk Indonesia sekarang berkisar di 17 persen.
Sedangkan definisi kelas menengah Bank Dunia adalah kelas ekonomi yang pengeluarannya di antara Rp 2,04 juta hingga Rp 9,9 juta per kapita. Menilik definisi Bank Dunia tersebut maka kelas menengah di Indonesia mediannya berada di batas bawah, sekitar Rp 2,8 juta per kapita. Dengan demikian kelas menengah Indonesia sangat rentan untuk jatuh miskin. Apalagi kebijakan negara yang menaikkan harga BBM sejak 3 September 2023 telah memukul banyak sektor ekonomi dan pendidikan. Belum lagi harga beras yang melambung tinggi, gas melon yang ikut merangkak naik dengan stok yang naik turun, dan lain sebagainya.
Maka kelas ekonomi menengah dan menuju kelas menengah yang jumlahnya mencapai 66 persen lebih merupakan bantalan ekonomi dalam Kapitalisme. Bahkan kedua kelas tersebut adalah merupakan roda penggerak ekonomi Kapitalisme, terutama kelas menengah. Konsumsi rumah tangga dan kebutuhan sehari-hari hingga di sektor properti banyak dilakukan oleh kelas menengah. Kelas menengah ini mempunyai penghasilan tetap dan bekerja di sektor formal.
Memang paradoks bila di satu sisi dikatakan bahwa kelas menengah adalah roda utama ekonomi negara, tapi di sisi lain, negara melepas kebutuhan hidupnya melalui mekanisme ekonomi. Yang terjadi banyak kelas menengah atau kelas pekerja yang makin menderita. Ekonomi Kapitalisme dihegemoni oleh Oligarki. Oligarki memainkan perekonomian dengan pola pikir untung rugi.
Ingin mengentaskan kemiskinan, akan tetapi biaya hidup semakin mahal. Pada tahun 2022, total pendapatan keluarga dalam sebulan adalah sekitar Rp 8,3 juta. Akan tetapi kebutuhan pengeluaran mencapai Rp 9,5 juta untuk 3-5 anggota keluarga. Di Jawa Timur, tahun 2023 total pengeluaran sebulan paling murah adalah Rp 3,3 juta untuk 4 anggota keluarga. Sedangkan UMR/UMK Jatim berkisar Rp 3,5-4,5 juta.
Saat ini kondisi ekonomi rakyat melemah dengan ditandai daya belinya melemah. Alih-alih pemerintah mengentaskan kemiskinan justru menciptakan kemiskinan yang baru. Contoh paling kongkrit adalah fenomena Chilean Paradoks yang berujung pada revolusi kelas pekerja.
Revolusi yang sengaja didesain untuk selalu memperbaiki dan menambal kebobrokan Kapitalisme. Revolusi yang tidak menghasilkan perubahan menuju sejahtera. Tentunya hanya untuk membangunkan kepedulian pemerintah pada kelas menengah sehingga kelas menengah bisa dipertahankan populasinya apalagi di tengah bonus demografi. Dengan populasi kelas menengah minimal stabil maka roda perekonomian Kapitalisme akan bergerak dengan baik dan stabil.
Sistem Ekonomi Islam yang Bisa Menyejahterakan
Sistem Ekonomi Islam bertumpu kepada pemenuhan kehidupan yang layak bagi setiap individu. Bila ada satu individu yang tidak bisa memenuhi salah satu atau lebih dari kebutuhan sandang, pangan dan papannya, maka individu itu bisa disebut fakir dan atau miskin.
Jadi negara memastikan setiap individu rakyat bisa memenuhi kebutuhan pokoknya dengan layak. Disebut layak sesuai dengan standar kelayakan hidup di daerahnya. Kalaupun penghasilannya bekerja belum bisa mengkover kebutuhan pokoknya, maka negara akan bertanggung jawab memberikan bantuan.
Bantuan negara ini bisa melalui mekanisme ekonomi maupun non ekonomi. Bantuan negara melalui mekanisme ekonomi, negara akan mengintervensi pasar dengan mendatangkan stok lebih banyak pada komoditas yang mengalami inflasi. Dengan demikian harga bisa menjadi stabil dan daya beli masyarakat bisa terjangkau.
Adapun bantuan negara yang tidak melalui mekanisme ekonomi adalah bersifat cuma-cuma. Negara memberikan bantuan ekonomi langsung kepada orang tua, keluarga miskin, orang yang tidak punya modal dan terhalang bekerja karena cacat. Bantuan langsung ini tidak bersifat pemanis belaka, pelipur lara. Akan tetapi bantuannya yang bisa mencukupi kebutuhan hidup mereka. Ambil contoh Rasulullah Saw pernah memberikan tanah garapan kepada salah seorang sahabatnya guna bisa memenuhi kebutuhannya. Khalifah Umar Ra pernah membebaskan seorang tua Yahudi dari membayar jizyah. Khalifah Umar menetapkan agar negara memberikan santunan yang layak untuk hidupnya sehari-hari.
Mengenai kebutuhan akan pendidikan, keamanan, dan kesehatan, menjadi kewajiban negara untuk menyediakannya dengan murah bahkan gratis. Tentunya pola berpikir Islam adalah tidak ada bahaya dan membahayakan dalam Islam. Oleh karena itu, negara akan memberikan layanan kesehatan, pendidikan dan keamanan dengan sebaik-baiknya, berkualitas dan gratis.
Walhasil sistem Ekonomi Islam tidak mengenal pembagian kelas ekonomi masyarakat. Rakyat yang terkategori kelas menengah hanya dijadikan sapi perahan Kapitalisme. Mereka adalah masyarakat yang konsumtif.
Sistem Ekonomi Islam akan mewujudkan kesejahteraan yang merata. Semua orang akan diberikan fasilitas yang sama untuk bisa menjadi sejahtera. Tidak ada gap antar masyarakat kaya dan miskin. Demikianlah Sistem Ekonomi Islam yang diterapkan oleh Khilafah Islam.