| 32 Views
Kekuasaan Hanya Untuk Islam dan Melayani Rakyat

Oleh : Wulan Noviyanti
Dua oknum Calon Anggota Legislatif (caleg) ditangkap pada Minggu (3/3/2024) malam bersama 3 orang anggota Tim Suksesnya di Dusun Banjarsari, Desa Banjarsari, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa barat. Dua oknum caleg DPRD Ciamis dan tiga orang tim suksesnya tersebut diciduk polisi karena kedapatan sedang berpesta narkoba di dalam rumah pribadi salah satu caleg.
Kasat Narkoba Polres Ciamis, Iptu RE Budhi, membenarkan bahwa pihaknya telah mengamankan lima orang di Banjarsari terkait dugaan pesta narkoba, dan kini mereka sudah direhab di Panti Rehabilitasi yang ada di Bandung (Tribunnews.com/08/03/2024).
Sungguh miris apa telah dilakukan oleh dua oknum caleg dan tiga orang tim suksesnya tersebut, mereka melakukan hal yang terlarang dan sudah jelas keharamannya itu hanya untuk merasakan ketenangan jiwa yang sesaat, akibat dari kegagalannya untuk mendapatkan kursi kekuasaan dalam pemerintahan yang diatur oleh sistem Sekuler-kapitalis Demokrasi ini.
Perlu kita ketahui bahwan sistem Sekulerisme merupakan sistem yang dimana nilai-nilai agama tidak boleh ikut campur dalam kehidupan bermasyarakat termasuk ke dalam per-politikan. Akibatnya para penguasa dan kebanyakan masyarakat bebas melakukan hal apapun tanpa memandang hukum syariat. Sedangkan dalam Kapitalisme materi adalah di atas segala-galanya.
Sehingga inilah apa yang dirasakan oleh kedua oknum caleg di atas, mereka sudah mengeluarkan begitu banyak dana untuk berkampanye dan berusaha dengan melakukan segala cara agar bisa meraih kursi kekuasaan yang diinginkan. Namun ternyata, ada yang lebih memiliki modal dan akhirnya dua oknum caleg tersebut harus menerima kenyataan bahwa mereka telah gagal.
Pada akhirnya mereka lebih memilih jalan pintas untuk bisa menenangkan jiwa dengan mengkonsumsi obat terlarang, ini merupakan buah dari sekulerisme-kapitalis. Orang-orang dengan mudah bertindak melanggar syariat seolah mereka tak memiliki aturan. Obat-obatan terlarang yang sudah jelas keharamannya mudah untuk didapatkan, serta hukuman yang tidak memiliki efek jera.
Dalam pandangan Islam, kekuasaan adalah Amanah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah swt. Seorang muslim yang menyadari hal ini tidak akan menjadikan kekuasaan sebagai obsesi yang bila tidak diraih menimbulkan sebuah kekecewaan yang berat. Kekuasaan dalam Islam digunakan untuk menegakkan syariat Islam dan mengurus kepentingan rakyat. Tidak akan ada ambisi pribadi dalam meraih kekuasaan.
Imam Ghozali dalam kitabnya al Iqtishod fi al I’tiqod mengatakan agama dan kekuasaan adalah dua saudara kembar. Agama adalah fondasi dan kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu yang tidak berpondasi (tidak didasarkan pada agama) niscaya akan runtuh. Segala sesuatu yang tidak memiliki penjaga (tidak ada khilafah) niscaya akan hilang atau lenyap.
Pemimpin yang menggunakan kekuasaan hanya untuk Islam dan mengurus kepentingan rakyat tidak akan lahir dalam sistem demokrasi. Hanya dengan menerapkan Islam secara menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam bernegara maka sosok pemimpin itu akan dilahirkan. Sistem Islam akan melahirkan individu-individu yang bertakwa dan menutup celah kemungkinan menggunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi.
Saatnya umat kembali pada Islam secara keseluruhan, untuk menegakkan Islam dan untuk mengurus kepentingan rakyat dengan syariat Islam. Semua dilakukan sebagai wujud keimanan kepada Allah swt. Allah swt berfirman,
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al. A’raf ; 96)
Wallahu a'lam bishawwab..