| 124 Views
Kekerasan Anak Semakin Miris, Buah Sistem Kapitalis

Oleh : Feni Rosfiani
Aktivis Muslimah
Pada akhir Maret, masyarakat dikejutkan oleh kasus kekerasan seorang anak AJP (3) selebgram bernama Emyaghnia yang dilakukan oleh baby sitternya IPS (27). Sontak kasus ini menjadi viral terutama di jagad maya dan menuai berbagai komentar positif maupun negatif dari para netizen. Motif pelaku ternyata karena AJP tidak mau diberi obat dan juga diduga mental pelaku yang sedang tidak stabil akibat ada keluarganya yang sedang sakit. IPS tidak bisa mengelak atas perbuatannya tersebut karena diperkuat bukti rekaman cctv di kamar AJP. Pelaku membabi-buta menganiaya AJP hingga meninggalkan banyak luka lebam disekujur tubuhnya terutama di bagian mata.
Kejadian ini sungguh membuat setiap orang terutama yang sudah menjadi ibu menjadi sangat sedih dan geram terhadap perbuatan pelaku. Namun, kejadian ini bukan yang pertama kali terjadi di Indonesia, tetapi semakin banyak dan terus berulang. Baik itu dilakukan orang luar ataupun oleh keluarga sendiri.
Dilansir dari DataIndonesia.id (23/3/24), kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) melaporkan bahwa selama tahun 2023 tercatat ada 20.025 kasus kekerasan anak yang terjadi di negeri ini.
Kekerasan ini meliputi berbagai macam bukan hanya kekerasan fisik saja tapi juga kekerasan seksual, psikis, mental, perdagangan manusia, penelantaran hingga eksploitasi anak. Dilihat dari bagan, yang paling banyak terjadi adalah kekerasan seksual pada anak yang mencapai angka 8.828 kasus.
Dari data di atas menunjukkan bahwa betapa minimnya perlindungan dan jaminan keamanan terhadap anak di negeri ini. Apakah ada upaya pemerintah untuk menanggulangi kasus ini agar tidak terulang dan terus berulang?
Dalam sistem kapitalis, peran ayah dan ibu dalam melindungi anak-anaknya semakin tergeser karena bergantinya peran orang tua. Hal ini disebabkan oleh bergantinya peran ibu yang seharusnya menjadi Ummu warobatul bait atau pencetak generasi menjadi pencari nafkah. Sedangkan Ayah yang justru tidak mempunyai pekerjaan. Hal ini disebabkan oleh minimnya lapangan kerja bagi Laki-laki. Apalagi di zaman sekarang, terhimpit kebutuhan pokok yang semakin melambung tinggi ditambah mahalnya biaya pendidikan, listrik dan lainnya.
Dalam sistem Islam, Pemimpin akan sangat memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya terutama anak-anak. Karena anak-anak adalah penerus generasi masa depan yang jelas harus di didik oleh akidah Islam. Salah satu caranya adalah dengan menyediakan lapangan pekerjaan yang dikhususkan oleh para lelaki. Sehingga kaum perempuan bisa melakukannya kewajibannya untuk mengurus anak dan rumah tangga yang sesuai syariat Islam. Selain itu, negara juga akan menjamin pendidikan dan juga kesehatan setiap anak secara gratis. Sehingga akan tercetak generasi yang memiliki tsaqofah Islam, dan berakhlak baik. Maka tidak ada alasan lagi bagi kita untuk berleha-leha tidak ikut serta memperjuangkan kembalinya kehidupan Islam yang dulu pernah berjaya. Karena hanya sistem Islam yang mampu menyelesaikan semua permasalahan di dunia ini.
Wallahu’alam bissawab.