| 140 Views
Ironi PHK Menjelang Bonus Demografi

Oleh : Isromiyah SH
Pemerhati Generasi
Gelombang PHK pada 2024 dinegeri ini masih melanda, bahkan diperkirakan lebih tinggi dari tahun kemarin. Sepanjang Januari hingga 26 September 2024 Kementerian Ketenagakerjaan menyampaikan datanya mencapai 52.993 tenaga kerja(Finance.detik.com).
Penyumbang angka PHK paling banyak terjadi di Jawa Tengah (14.767), Jakarta (7.469), dan Banten (9.114). Di Jawa Tengah banyak terjadi di sektor manufaktur, tekstil , hingga pengolahan. Di Jakarta kebanyakan di sektor jasa seperti restoran dan kafe. SedangkanBanten PHK banyak terjadi pada industri petrokimia.
Sebagai negara yang menduduki posisi keempat penduduk terbanyak di dunia, jumlah angkatan kerja tiap tahun akan meningkat. Dari 280 juta jiwa, pada bulan Februari 2024 usia kerja mencapai 214 juta orang dengan angkatan kerja 69,80% atau 149,38 juta dari jumlah penduduk usia kerja. Sejalan dengan prediksi Indonesia akan menghadapi era bonus demografi, era penduduk usia produktif mengalami peningkatan, tepatnya pada 2030 hingga 2040 mendatang.
Menghadapi badai PHK dan agar bonus demografi mendatang tidak sia-sia, Kemnaker berupaya menekan dengan melakukan mitigasi seperti mempertemukan manajemen dengan pekerja untuk berunding, juga membuka lowongan pekerjaan lewat bursa kerja nasional. Namun melihat penyebab gelombang PHK yang tiap bulan terus meningkat, upaya Kemnaker sepertinya akan pupus. Penyebabnya antara lain:
- Mulai banyak perusahaan dinyatakan pailit, atau pindah ke daerah lain yang upah minimumnya lebih kecil. Sejumlah perusahaan bahkan memilih menyimpan modalnya daripada membuka usaha baru.
- UU Cipta Kerja
Sejak UU ini diberlakukan pada 2020, nyaris tidak ada lapangan kerja baru skala besar tercipta. Kalaupun ada, dari sektor padat modal seperti tambang. Yang terjadi justru para pengusaha diuntungkan karena bisa menekan pengeluaran melalui keringanan membayar hak-hak pekerja dan bisa semaunya mengontrak pekerja. UU ini bahkan memudahkan PHK.
- Daya beli masyarakat yang turun
Serbuan produk cina menjadi keluhan utama pengusaha tekstil dan garmen menyebabkan pasar domestik sepi, sementar pasar global lumpuh akibat konflik geopolitik di Ukraina dan Rusia. As, Eropa dan Jepang dulu adalah pasar ekspor Indonesia, namun mereka mengalami masalah yang sama dengan Negeri ini, banjir produk China.
Angka PHK bisa melampaui tahun sebelumnya bila faktor pemicunya tidak segera diselesaikan.
Solusi Ekonomi Islam
Dalam sistem ekonomi Islam, kesejahteraan diukur berdasarkan prinsip terpenuhinya kebutuhan setiap individu masyarakat. Mekanisme Islam dalam menyelesaikan persoalan PHK:
Pertama, mengatur kepemilikan harta, yaitu kepemilikan individu, umum, dan negara. Dengan kejelasan status kepemilikan harta, negara mengelola harta milik umum untuk kemaslahatan rakyat semata. Dengan aturan ini pula, negara dapat membangun industri strategis, seperti pengilangan minyak, pengelolaan tambang, alutsista, pertanian, dan sebagainya yang memungkinkan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Penyediaan lapangan kerja dalam industri strategis akan mendorong masyarakat meningkatkan keterampilan dan kemampuannya.
Kedua, mendorong individu bekerja. Negara dapat memberikan modal atau insentif agar rakyat dapat memulai usahanya. Negara juga akan memberikan fasilitas berupa pelatihan dan keterampilan agar mereka dapat bekerja pada beragam jenis industri dan pekerjaan. Dalam Islam tidak ada istilah orang menganggur. Dalam hal ini bonus demografi bukan sesuatu hal yang meresahkan lagi, tapi menjadi keuntungan luar biasa karena semua individu terlatih dengan beragam ketrampilan dan kemampuan yang terjamin terserap dalam setiap bidang pekerjaan.
Ketiga, menetapkan standar gaji buruh berdasarkan manfaat tenaga (manfa’at al-juhd) yang diberikan oleh buruh di pasar, bukan biaya hidup (living cost) terendah. Dengan begitu, tidak akan terjadi eksploitasi buruh oleh para pengusaha.
Tidak ada penetapan upah minimum regional (UMR). Dengan penerapan sistem Islam, badai PHK dapat dicegah dan diatasi dengan baik dan tepat.
WallahuA’lam.