| 85 Views
Indonesia Emas 2045: Masa Depan Cerah atau Gizi Anak Terabaikan?

Oleh : Ummu balqis
Aktivis Muslimah
Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi tantangan besar di Indonesia hingga saat ini. Kondisi ini terjadi akibat kurangnya asupan gizi yang memadai dalam jangka waktu yang panjang, sehingga menyebabkan gangguan pada pertumbuhan anak, baik secara fisik maupun perkembangan kognitifnya. Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki postur tubuh lebih pendek dibandingkan anak seusianya dan berisiko mengalami keterlambatan perkembangan otak, yang pada akhirnya dapat memengaruhi kemampuan belajar serta produktivitas di masa depan.
Data dari Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia masih tergolong tinggi, meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah. Presiden terpilih kita mempunya program yang bagus, yaitu makan siang gratis di sekolah sekolah. Permasa jabatannya di akhir oktober kemarin, program ini sudah berjalan di beberapa sekolah di Indonesia.
Memang reaksinya beragam. Ada yang setuju, ada yang merasa senang, dan semacamnya. Anak-anak sekolah itu sendiri banyak yang mengeluh, terkhusus di perkotaan karena makannya kurang enak. Ada yang tidak dimakan atau bahkan dibuang. Tentu ini menimbulakn berbagai reaksi dari masyarakat, bahkan influencer. Sebagai contoh, influencer berinisial D.C mengatakan bahwa anak-anak itu kurang bersyukur karena telah berkomentar bahwa makanan dari program makan siang gratis itu tidak enak.
Menu makanan yang dikonsumsi terdiri terdiri dari ayam tepung, nasi putih, sayur cah wortel tahu, buah naga, dan susu. Siswa melaporkan bau basi dari ayam tepung. (tirto.id)
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang baru berjalan kurang lebih 1 bulan banyak menuai masalah, mulai dari dana yang harus dikeluarkan untuk program ini, belum lagi makanan tidak berkualitas yang menyebabkan siswa keracunan. Program ini juga berdampak tidak baik pada UMKM warga.
Kebijakan ini bukanlah solusi dari akar masalahnya. Kebijakan ini hanyalah daya tarik terhadap simpati dan meraih suara rakyat saja, tanpa pemikiran yang matang.
Hal ini menunjukkan ketidakseriusan negara dalam mengurus rakyat, mulai dari pemenuhan kebutuhan pokok, juga pemenuhan gizi yang baik untuk generasi.
Bagaimana generasi kita bisa unggul dan maju apabila pemenuhan gizinya tidak terpenuhi? Makanan merupakan sumber nutrisi baik yang diperlukan tubuh. Ini menjadi tanggung jawab negara.
Belum selesai di situ, warga kembali dihebohkan dengan usul Wakil Ketua DPR kalau pendaanaan program makan siang gratis dari dana diambilkan dari zakat. Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Sultan Najamudin tengah disorot setelah mengusulkan agar dana zakat digunakan untuk membiayai program makan bergizi gratis. Sultan menyampaikan usulan tersebut usai menghadiri Sidang Paripurna Ke-10 DPD RI Masa Sidang III Tahun 2024–2025 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. (Kompas.com, 14/1/2025).
Kendati demikian, ide supaya zakat dialokasikan untuk makan siang gratis tersebut tidak langsung diterima semua pihak, termasuk Istana dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Usulan ini menuai banyak diskusi, terutama dari sudut pandang syariat Islam. Dalam Islam, penggunaan dana zakat memiliki aturan yang sangat jelas, yaitu hanya boleh diberikan kepada delapan golongan penerima yang disebutkan dalam Al-Qur’an (mustahiq zakat), seperti fakir, miskin, amil zakat, mualaf, budak yang ingin memerdekakan diri, orang yang terlilit utang, fisabilillah, dan ibnu sabil. Sementara, program makan siang gratis ditujukan untuk masyarakat umum, termasuk anak-anak dari berbagai latar belakang ekonomi, tidak termasuk dalam kategori ini, sehingga penggunaan dana zakat untuk tujuan tersebut tidak dibenarkan secara syariat.
Masih ada berbagai tantangan yang muncul dari implementasi program makan siang gratis ini jika dilihat dari perspektif Islam. Dalam Islam, pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pangan adalah tanggung jawab utama pemerintah.
Pemerintah diharapkan menciptakan sistem yang tidak hanya bersifat sementara, tetapi mampu memastikan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
Program ini, meskipun bertujuan mulia, tetapi mempertontonkan adanya celah dalam sistem yang seharusnya mampu menjamin kebutuhan dasar rakyat, tanpa bergantung pada subsidi langsung.
Jelas sudah, bahwa program MBG ini tidak ubahnya upaya tambal sulam kapitalisme dalam menyelesaikan problem generasi. Upaya pemerintah dalam mewujudkan SDM Indonesia yang sehat dan berkualitas tidak cukup dengan kebijakan program makan gratis yang sifatnya populis dengan menelan biaya besar yang hanya jadi ajang bagi-bagi jatah pengusaha dan penguasa yang berkuasa . Sejatinya negara bertanggung jawab besar dalam mengurus setiap urusan rakyatnya, memenuhi semua kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Sementara untuk memenuhi gizi generasi menjadi tanggung jawab orang tua, dan negara berkewajiban menyediakan lapangan pekerjaan untuk para kepala rumah tangga dan memudahkan segala yang berkaitan dengan kebutuhan setiap rumah tangga.
Rosulullah SAW bersabda “Siapa dari kalian yang bangun pagi dalam keadaan hatinya aman/damai, sehat badannya, dan memiliki makan hariannya maka seolah-olah telah dikumpulkan untuk dirinya dunia dengan seluruh isinya.” (HR. Tirmidzi)
Atas dasar ini, Islam menetapkan sejumlah mekanisme untuk memenuhi kebutuhan rakyat, di antaranya dengan memenuhi kebutuhan pokok/primer, menyediakan layanan keamanan, pendidikan, dan kesehatan yang seluruh pelayanan yang diberikan negara bersumber dari dana baitulmal. Semua itu diterapkan melalui sistem ekonomi Islam oleh seorang pemimpin yang memiliki kesadaran bahwa kepemimpinannya itu adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat. Pemimpin amanah adalah kunci terwujudnya kesejahteraan hakiki.
Wallahu’alam bishshawab.