| 62 Views
Impor Susu Meningkat, Peternak Sapi Makin Melarat

Oleh : Ummu Alvin
Puluhan peternak sapi di Boyolali, Jawa Tengah sedang mengalami krisis serius, ratusan ton susu yang mereka hasilkan terpaksa di buang karena industri pengelolaan susu(IPS) menolak menerima pasokan susu dari peternak.Hal serupa juga terjadi di Pasuruan, Jawa Timur, para peternak sapi beramai-ramai membuang susu hasil produksinya.
Adapun mengutip detikjatim, para peternak sapi perah asal Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur melakukan aksi buang susu segar karena industri pengolahan susu membatasi penyerapan dari peternak lokal seiring dengan adanya impor susu sapi yang marak dilakukan belakangan ini.Sebelum ada pembatasan, pengiriman susu per hari bisa mencapai 100 ton-200 ton. Akan tetapi, saat ini hanya sekitar 40 ton.
Dewan Persusuan Nasional (DPN) mencatat ada 200 ton susu segar per hari yang dibuang. Ketua DPN Teguh Boediyana menjelaskan bahwa aksi tersebut dilakukan lantaran industri pengolah susu membatasi penyerapan susu yang dihasilkan peternak sapi perah. "Tindakan tidak menyerap susu segar dari peternak sapi perah adalah sebagai akibat tidak adanya peraturan perundang-undangan yang melindungi usaha peternak sapi perah rakyat dan menjamin kepastian pasar dari susu segar yang di hasilkan," katanya dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (10/11/2024).
Oleh karena itu Teguh meminta pemerintah menerbitkan peraturan presiden atau instruksi presiden untuk melindungi keberadaan usaha peternak sapi perah. Peraturan ini dapat menjadi pengganti Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 1985 Tentang Koordinasi Pembinaan dan Pengembangan Persusuan Nasional yang dicabut pada awal tahun 1998 karena mengikuti Letter of Intent antara pemerintah RI dengan IMF.
Sungguh miris nasib peternak susu, kebijakan pemerintah pun ternyata tidak memihak kepada mereka, Indonesia sangat ketergantungan dengan susu impor karena kebutuhan konsumsi susu terus meningkat setiap tahunnya dan susu produksi peternak dalam negeri dianggap tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan kualitasnya juga dianggap kurang baik.
Ironi memang, tapi itulah yang terjadi di sistem saat ini, nasib para peternak susu tidak dijamin. Tidak ada kebijakan pemerintah yang bisa melindungi dan berpihak pada mereka. Usaha para peternak susu tersebut dibiarkan begitu saja, karena kebijakan impor dianggap lebih efektif. Padahal, jika pemerintah serius dan bisa mengoptimalkan terhadap usaha para peternak susu tersebut hasil susunya bisa memenuhi kebutuhan susu nasional dan tak kalah saing dengan susu impor.
Sejatinya, jika memang pemerintah serius untuk mengurus urusan rakyatnya, pemerintah seharusnya fokus dalam merevitalisasi dan menguatkan produksi susu nasional dari peternak dan sumber daya lokal, tanpa harus mengundang investor, apalagi asing. Aksi buang susu menegaskan bahwa ketersediaan susu dari peternak lokal melimpah. Klaim bahwa 80% kebutuhan susu nasional harus dipenuhi dari impor sejatinya membuktikan bahwa pemerintah enggan mengakomodasi sektor peternakan sapi maupun produksi susu lokal dengan sebaik-baiknya.
Ini membuktikan bahwa kebijakan pemerintah selama ini tidak pernah berpihak pada kepentingan rakyatnya, akan tetapi melayani para kapitalis dan asing yang berkepentingan didalamnya, mengikuti pesanan dan arahan dari para pemburu rente.Sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan negara telah menunjukkan watak aslinya.
Susu merupakan minuman yang sangat diminati semua kalangan masyarakat, baik dari anak-anak sampai orang dewasa, susu juga menyehatkan tubuh karena mengandung protein dan kalsium yang dibutuhkan tubuh.Susu adalah karunia Allah Taala sebagaimana dalam ayat, “Dan sungguh, pada hewan ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minuman dari apa yang ada dalam perutnya (berupa) susu murni antara kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang yang meminumnya.” (QS An-Nahl [16]: 66).
Islam memiliki sistem dan politik ekonomi yang akan memberikan jaminan dan perlindungan bagi para peternak sapi agar jerih payah mereka bisa dinikmati oleh masyarakat luas.Sistem ekonomi Islam ini akan efektif jika diterapkan oleh negara Islam/ Khilafah. Inilah satu-satunya sistem yang tepat untuk mengelola sektor produksi susu.
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Imam/khalifah itu laksana penggembala (ra’in) dan hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap gembalaannya.” (HR Bukhari dan Muslim). Juga dalam hadis, “Imam adalah perisai, di belakangnya umat berperang dan kepadanya umat melindungi diri. Jika ia menyuruh untuk bertakwa kepada Allah dan ia berbuat adil, dengan itu ia berhak mendapatkan pahala. Sebaliknya, jika menyuruh selain itu, ia menanggung dosanya.” (HR Muslim).
Khilafah akan menjamin usaha setiap rakyatnya. Tak hanya usaha kalangan atas, para pengusaha kecil dan menengah pun akan diberdayakan dan dioptimalkan dengan seluruh potensi yang ada. Termasuk juga para peternak susu , mereka akan mudah untuk menjual susu perah yang dihasilkan kepada industri pengolahan susu yang tersedia. Susu yang dihasilkan pun akan dijamin mutu dan kualitasnya.
Dengan begitu, rakyat bisa dijauhkan dari kerawanan pangan, stunting dan kelaparan. Demikianlah gambaran langkah serius Khilafah yang sangat peduli akan terpenuhinya kebutuhan rakyat, bahkan selalu berpikir untuk menyejahterakan mereka, demi terwujudnya kemaslahatan umat.
Wallahu a'lam bish showwab.