| 30 Views
Generasi Sadis, Buah Penerapan Sistem Sekuler

Oleh : Siti Aisyah
Aktivis Dakwah
Kasus anak membunuh orang tua yang akhir-akhir ini mencuat ke permukaan bukanlah fenomena baru, melainkan bagian dari masalah yang terus berulang. Fenomena ini mencerminkan adanya kerusakan sistemik yang memengaruhi individu dan masyarakat secara keseluruhan. Tidak dapat disangkal, permasalahan ini memiliki akar yang dalam pada penerapan sistem sekuler yang merusak fitrah manusia.
Kejadian tragis kembali terjadi di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, di mana seorang remaja berusia 14 tahun tega membunuh ayah dan neneknya serta melukai ibu kandungnya dengan tusukan senjata tajam. Peristiwa ini menyoroti adanya degradasi moral dan mental pada generasi muda. Kasus ini bermula ketika pelaku terlibat perselisihan dengan sang ayah, yang berujung pada aksi sadis tersebut. Polisi masih mendalami motif tindakan keji yang dilakukan oleh remaja tersebut (Beritasatu.com, 30/11/2024).
Kasus kekerasan oleh anak terhadap orang tua tidak hanya terjadi kali ini saja. Sebelumnya, berbagai kasus serupa juga mencuat, menandakan adanya fenomena yang lebih dalam daripada sekadar insiden individual. Fenomena ini menandai adanya persoalan sistemis yang merusak tatanan masyarakat, terutama generasi muda, dan memicu munculnya karakter sadis serta perilaku yang melampaui batas norma sosial (Suara.com, 30/11/2024).
Penyebab Munculnya Generasi Sadis
Banyak faktor pemicu yang memengaruhi generasi hari ini hingga berperilaku tidak manusiawi dengan tingkat kebengisan yang semakin mengerikan. Dan Munculnya perilaku sadis nan bengis pada generasi tidak terjadi secara tiba-tiba Di antara faktor tersebut ialah:
Sistem pendidikan yang berlaku saat ini juga tidak mampu membentuk kepribadian yang kuat dan sehat pada generasi muda. Visi pendidikan sekuler hanya berfokus pada pencapaian akademik tanpa memperhatikan pembentukan karakter dan kesehatan mental. Kurangnya penanaman nilai-nilai moral dan spiritual membuat anak-anak rentan terpengaruh oleh budaya kekerasan yang marak di media massa maupun lingkungan sosial.
Lingkungan sosial juga memainkan peran besar. Budaya kekerasan yang ditampilkan di media, baik melalui film, game, maupun konten daring, secara tidak langsung membentuk masyarakat yang terbiasa dengan kekerasan sebagai solusi konflik. Anak-anak yang sering terpapar hal ini cenderung meniru perilaku yang sama, terutama jika tidak mendapatkan arahan moral yang benar dari keluarga atau lingkungan pendidikan.
Negara juga memiliki andil besar dalam masalah ini. Fungsi negara sebagai pelindung rakyatnya dan pengatur kehidupan bermasyarakat tidak berjalan dengan baik. Pemerintah gagal menyediakan sistem yang membina kepribadian rakyat, termasuk generasi muda. Minimnya perhatian terhadap kesehatan mental, kurangnya pengawasan media, serta lemahnya kontrol terhadap konten berbahaya membuat masyarakat, terutama anak-anak, tumbuh dalam lingkungan yang tidak kondusif.
Di sisi lain, tergerusnya peran keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama turut memperparah kondisi ini. Keluarga sering kali abai dalam mendidik anak dengan nilai-nilai agama dan moral yang kokoh. Ditambah lagi, tekanan ekonomi dan sosial yang tinggi membuat banyak orang tua tidak mampu memberikan perhatian penuh pada perkembangan anak-anak mereka.
Bagaimana Solusi Dalam Islam?
Kondisi ini diperparah dengan negara yang tidak menjalankan fungsinya termasuk dalam menyelenggarakan sistem pendidikan yang memiliki visi membina kepribadian dan menjaga Kesehatan mental generasi Islam menjadikan pemimpin sebagai raa’in, yang bertanggung jawab atas rakyatnya termasuk membangun generasi. Kepemimpinan Islam memiliki tanggung jawab untuk melahirkan generasi cemerlang yang berkualitas, melalui penerapan berbagai sistem kehidupan sesuai dengan Islam.
Kepemimpinan ini mengharuskan negara membangun sistem pendidikan yang berasas akidah Islam dan menghasilkan generasi yang beriman dan bertakwa, menguasai iptek, berjiwa pemimpin Sejarah panjang penerapan Islam telah membuktikan lahirnya banyak sosok ilmuwan yang juga menguasai ilmu agama dan optimal berkiprah dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Wallahu a'lam bissawab.