| 82 Views
Generasi Sadis Buah dari Sistem Kapitalis

Oleh : Ummu Fauzi
Member Penulis Mustanir
Saat ini media masa tengah diramaikan deng an berita seorang remaja yang membantai satu keluarga yang merupakan tetangganya sendiri hanya karena dendam. Kejadian ini terjadi di kecamatan Babulu Penajam Paser Utara (PPU) Kalimantan Timur. Usianya baru 16 tahun, melakukan aksinya dibawah pengaruh minuman keras. Selain membunuh dengan teganya dia melakukan pemerkosaan kepada ke dua korban anak dan ibunya yang sudah tidak bernyawa. Atas tindakannya ini pelaku terancam hukuman mati atau hukuman seumur hidup berdasarkan pada KUHP pasal 340 subs pasal338 KUHP subs pasal 365 KUHP Jo Pasal 80 ayat (3) Jo Pasal 76 c tentang perlindungn Anak. (REPUBLIKA. CO.ID, Jakarta 8/2/2024)
Kasus ini menambah deretan panjang kebobrokan generasi di bawah asuhan sistem sekulerisme dan menunjukan kegagalannya. Saat ini kaum remaja memang tidak sedang baik-baik saja. Moral dan akhlak mereka jauh dari tuntunan agama. Gampang tersulut emosi, nyawa seseorang bisa dengan mudah melayang hanya karena masalah sepele. Apalagi ketika berada dalam pengaruh alkohol perbuatan sadis pun mampu dilakukan.
Keberingasan dan kekejian yang dilakukan remaja bukanlah bersifat kasuistik tetapi sistemik. Sistem kapitalisme sekuler yang diterapkan negeri ini, menjadi penyebab dasar dan utama. Sebab menjungjung tinggi nilai kebebasan dan kepuasan jasmani. Para remaja banyak berpikir pragmatis, bertindak berdsasarkan azas manfaat. Yang penting menguntungkan, memuaskan tanpa berpikir panjang terhadap dampak, baik bagi dirinya sendiri terlebih orang lain.
Negara adalah pihak yang paling berperan untuk menyelamatkan generasi, melalui berbagai kebijakan. Baik buruknya generasi ada ditangan pemegang kebijakan. Namun sayang kurikulum pendidikannya berbasis sekuler, yang menjauhkan agama dari pengaturan kehidupan. Maka tak heran jika yang dihasilkan adalah generasi berakhlak tak terpuji, sadis dan keji.
Generasi sekarang berada dan tumbuh dalam era informasi dan digitalisasi. Negara yang menganut kapitalis terbukti gagal membendung derasnya arus pemberitaan yang mengandung konten-konten negatif yang merusak seperti kekerasan, pornografi, sex bebas dll. Tidak adanya pengawasan media membuat mereka bebas mengakses apa yang mereka inginkan. Begitu juga dengan minuman keras yang bisa didapatkan dengan mudah akibat pengawasan yang longgar bahkan tidak sedikit yang dilegalkan.
Masyarakat yang seharusnya berperan mengotrol dan mengawasi perilaku remaja tidak berfungsi. Bahkan tidak sedikit yang cenderung menormalisasi setiap perilaku yang berbenturan dengan aturan agama seperti budaya pacaran, hedonis, konsumtif serta gaya hidup liberal. Bagi sebagian orang hal ini dianggap sebagai kehidupan modern. Mereka cenderung individualis dan tak peduli.
Selain negara dan masyarakat, keluarga sebagai lingkungan terkecil sangat berperan dalam membentuk karakter anak. Keadaan rumah tangga yang kondusif, adanya perhatian orang tua dan pola asuh yang baik akan melahirkan pribadi yang baik pula. Tetapi sayang, hal ini seakan telah terkikis, seiring bergantinya pola pikir orang tua yang juga sekuler.
Pengaruh sistem yang bobrok memang dahsyat. Mempengaruhi pola pikir remaja juga masyarakat pada umumnya. Industri miras, industri pornografi dan kekerasan massif sebab memberi keuntungan, tak peduli merusak generasi. Membentuk generasi berkualitas yang mumpuni di bidang ilmu pengetahuan dan ketaatan hanyalah jargon.
Berkaca dari kasus di atas harus nya ada upaya memperbaiki keadaan, mulai dari menyusun kurikulum dan sistem pendidikan hingga pengawasan digital. Juga ada perubahan dari sisi penetapan sanksi hukum agar mampu menekan dan mengatasi angka kriminal dan kejahatan. Karena selama ini aturan yang dibuat belum memberi efek jera bagi pelaku. Terlebih pelakunya dibawah umur, mereka akan merasa terlindungi. Padahal sebenarnya sudah cukup usia untuk memahami yang benar dan yang salah serta menanggung akibatnya jika melanggar.
Karakter dan kepribadian yang baik berasal dari pola pikir dan pola sikap yang baik pula. Sistem yang mampu membentuknya haruslah sistem terbaik yaitu sistem Islam, karena berasal dari Allah Swt. Islam memberikan solusi mendasar dengan tiga pilar yaitu keluarga, masyarakat dan negara.
Pertama, Ketakwaan individu dalam pendidikan keluarga. Setiap rumah tangga muslim wajib menjadikan akidah Islam sebagai asas dalam mendidik anak. Dengan begitu akan terbentuk keimanan dan ketaatan yang akan mencegah berbuat maksiat. Mereka juga diajarkan setiap perbuatan akan dipertanggungjawabkan sehingga mereka akan menyandarkan segala sesuatunya berdasarkan standar halal dan haram. Kedua, masyarakat yang bertabiat amar makruf nahi mungkar dengan budaya saling menasehati akan menjadi kontrol dan pengawas bagi perilaku remaja. Ketiga, negara akan menerapkan aturan Islam secara menyeluruh di setiap aspek kehidupan. Pendidikan berbasis akidah Islam, begitupun dalam pergaulannya. Masyarakat akan terbina di bawah sistem Islam.
Negara juga berkewajiban menghilangkan berbagai hal yang merusak keimanan dan ketaatan setiap muslim, memblokir dan mengawasi media masa yang menayangkan konten-konten negatif seperti pornografi, kekerasan, mengumbar aurat, perundungan dan lain sebagainya. Juga menutup industri dan peredaran miras. Penguasa pun akan menegakan sanksi hukum Islam sebagai tindakan atas semua pelanggaran syariat.
Dalam bidang penetapan sanksi hukum, Islam tidak mengenal golongan usia. Syariat menetapkan ketika anak sudah memasuki masa balig maka sudah terikat dengan aturan Allah atau sudah menjadi mukalaf yaitu orang yang sudah terbebani hukum. Artinya sudah dapat konsekuensinya ketika berbuat kriminal.
Namun ketiga pilar ini akan berjalan secara optimal ketika aturan Islam diterapkan secara kafah yang telah terbukti selama 13 abad lamanya membawa kesejahteraan dan melahirkan generasi yang cemerlang. Demikianlah semua akan menjadi niscaya ketika kita berpijak kepada hukum Allah Swt. Seperti firman-Nya:
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? Dan siapakah yang lebih baik hukumnya (keputusannya) dari Allah bagi orang-orang yang mereka yakin?” ( TQS. Al-Maidah:50)
Wallahu ‘alam bishswwab