| 93 Views
Gen-Z, Sebuah Kekuatan Diantara Dua Kelemahan

Oleh : Ranita
Generasi muda hari ini diisi oleh Gen-Z, sebuah generasi yang lahir diantara akhir tahun 1990-an dan awal 2000-an. Meski dianggap berbeda dari generasi sebelumnya karena kreativitasnya yang unik dan berbagai persoalan kompleks yang dihadapinya, nyatanya posisi gen-Z secara global mampu menggeser opini dunia dalam memandang persoalan genosida Israel.
Para pemuda dalam pandangan Islam memang memiliki posisi yang spesial. Mereka adalah satu kekuatan diantara dua kelemahan. Allah berfirman dalam QS. Ar-Rum: 24 yang artinya, "Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa."
Sayangnya, potensi pemuda saat ini dimatikan dengan berbagai persoalan. Problem kesehatan mental, gaya hidup FOMO, hingga mahalnya UKT dan tingginya pengangguran, serta politik dinasti di berbagai level dipertontonkan dengan sangat gamblang. Jika sudah begini, bagaimana gen Z mengokohkan dirinya agar mampu menghadapi tantangan dunia?
Akar Persoalan: Kapitalisme Demokrasi
Ibarat gurita dengan delapan lengannya, persoalan yang dihadapi gen Z juga tentu memiliki 'kepala'. Gaya hidup FOMO dan problem kesehatan mental yang dihadapi gen Z, tak lepas dari gaya hidup hedonis-liberal yang terus menerus diaruskan melalui media. Mahalnya UKT dan pengangguran, adalah konsekuensi logis dari penerapan ekonomi kapitalis-liberal yang hanya berpihak pada pemilik modal. Semua hal ini bersumber pada satu hal: penerapan sistem Kapitalisme dalam kehidupan.
Di sisi lain, demokrasi yang diterapkan di negeri-negeri muslim, telah menunjukkan jati dirinya. Demokrasi adalah sistem politik dan pemerintahan yang menganggap kedaulatan ada di tangan rakyat. Secara teori, demokrasi menjadikan rakyat sebagai pembuat hukum. Standar kebenaran adalah apa yang dianggap benar oleh mayoritas rakyat. Karenanya apa yang dianggap benar di masa lalu, belum tentu menjadi kebenaran di masa kini, begitu pun di masa yang akan datang. Karenanya, inkonsistensi politik dan ketidakadilan adalah hal yang wajar terjadi ketika manusia yang memiliki syahwat dibiarkan berdaulat atas manusia lainnya.
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. Ar-Ruum:41).
Ayat tersebut dengan jelas memperingatkan manusia akan konsekuensi mengikuti syahwat manusia lain. Ketidakadilan ekonomi dan rusaknya gaya hidup hari ini tak lain adalah buah dari penerapan kapitalisme demokrasi. Cacat bawaan demokrasi ini secara alamiah akan menarik manusia, termasuk pemuda, kepada kemunduran.
Perubahan Sendirian, Emang Bisa?
Secara alamiah, kondisi yang buruk akan mendorong manusia untuk melakukan perubahan menuju lebih baik. Perubahan ini tentu tak bisa dilakukan secara sendirian. Kondisi yang buruk secara alami mendorong manusia berkelompok dan berpartai untuk melakukan perubahan secara politis agar tercipta sistem hidup yang lebih adil dan manusiawi bagi semua pihak. Dalam sejarah peradaban manusia, pemuda seringkali menjadi aktor utama dalam gerakan perubahan ini.
Perubahan yang sahih jelas tak bisa diharapkan datang dari partai yang tak sahih. Gerakan dan partai politik yang ada sekarang justru tergerus kepentingan para elit parpol. Perubahan dan kebangkitan masyarakat yang mereka cita-citakan di awal pembentukan partai, tersandera oleh berbagai kepentingan. Alih-alih menjadi kelompok yang mengoreksi penguasa, parpol yang ada justru berebut kursi menjadi pendukung kekuasaan dengan membabi-buta. Suara vokal mereka terhenti ketika mereka menduduki jabatan menteri.
Kebangkitan Pemuda dan Parpol Islam Yang Sahih
Perubahan menuju kebangkitan generasi dan perbaikan masyarakat, tentu hanya bisa terjadi jika partai politik yang menggerakkan masyarakat konsisten dengan ideologi Islam sebagaimana yang dulu dilakukan oleh Rasulullah saat membina para sahabat yang bergerak bersama beliau.
Para sahabat Rasulullah yang tak lain para pemuda, menjalani proses tatsqif bersama Rasulullah agar pemikiran dan perasaannya sinkron dengan ideologi Islam yang dibawa Rasulullah. Proses tatsqif ini menjadikan para sahabat selalu terkoneksi dengan ideologi Islam. Ideologi Islam yang telah tertancap kuat menjadikan para pemuda tersebut tidak tenggelam dalam problem pribadi mereka, namun justru bergerak membuat arus perubahan bersama Rasulullah.
Karenanya, potensi gen-Z hari ini akan bisa melejit hanya jika proses tatsqif ideologi Islam ala Rasulullah diaplikasikan dengan cara yang sama oleh parpol Islam yang sahih. Partai yang berlandaskan dan memperjuangkan Islam kaffah. Dengannya para pemuda akan memiliki kepribadian Islam yang kokoh yang mengantarkan pada tegaknya kembali peradaban Islam.