| 200 Views

Fenomena Anak Durhaka Kian Marak, Buah Sistem Yang Rusak

Oleh : Ummu Raffi 
Ibu Rumah Tangga 

Anak merupakan amanah yang diberikan Allah Swt, sekaligus dambaan semua orangtua untuk memiliki keturunan. Mulai dari mengandung, melahirkan, dan merawatnya hingga dewasa dilakukan dengan penuh kasih sayang. Orangtua pun mendidik dan membimbingnya dengan serius, agar menjadi generasi kokoh dan tangguh.

Namun sayang, rasa cinta orangtua terhadap anaknya dibalas dengan air tuba. Seharusnya, seorang anak berbakti kepada kedua orangtuanya. Namun sebaliknya, saat ini banyak perilaku generasi tidak beradab kepada orangtuanya. Seperti kasus yang terjadi baru-baru ini. Seorang anak bernama Yanto, tega membunuh ayah kandungnya menggunakan sebuah batu konblok hingga meninggal. Pelaku diduga mengalami gangguan kejiwaan. Di desa Kedaung Rajeg, kecamatan Sepatan, kabupaten Tangerang. (Antara news, 16/5/2024)

Perilaku menghilangkan nyawa orangtua, sungguh jauh dari tuntunan syariat. Allah Swt berfirman dalam QS Al Isra ayat 33, yang artinya "Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang hak (benar)." Minimnya ilmu agama merupakan pangkal dari semua kejahatan. Alhasil, tak sedikit generasi saat ini tidak bermoral santer diberitakan. Seperti kasus pelecehan, perundungan, tawuran, narkoba, pembunuhan dan lainnya. Kerap kali mewarnai kehidupan remaja saat ini.

Kasus orangtua maupun anak durhaka, marak terjadi di sistem kapitalisme saat ini. Sistem yang memberikan peluang kebebasan (liberalisme) untuk berbuat semaunya, tanpa memikirkan halal haram perbuatan tersebut. Peran agama dijauhkan dari kehidupan, sehingga akal sehat dan naluri mereka tergerus oleh hawa nafsu.

Tak sedikit orangtua yang mengeluh bahkan mengadukan perilaku anaknya yang melampaui batas. Namun banyak pula, anak yang mengadukan orangtuanya pada polisi karena kesal. Ini hanyalah sekelumit kejadian seorang anak yang menghabisi nyawa orangtuanya sendiri. Masih banyak kasus-kasus serupa yang belum terungkap. 

Sungguh miris, inilah realita yang terjadi di sistem saat ini, telah merusak makna hubungan keluarga. Munculnya fenomena anak durhaka tak lain, karena kehidupan yang lebih mencintai materi dan kesenangan semata sebagai tolok ukur mereka. Sehingga, kini banyak anak-anak mengabaikan kewajiban birrul walidain (berbakti kepada kedua orangtua). Hal ini diperparah oleh penerapan sistem pendidikan sekuler yang rusak, menjauhkan manusia dari tujuan penciptaannya yakni sebagai hamba dan khalifah pembawa rahmat bagi semesta alam.

Sistem sekularisme, memisahkan agama dari kehidupan. Agama tidak dijadikan standar dalam setiap perbuatan mereka, berdampak pada pola pikir dan pola sikap yang tidak Islami. Maka tak heran, saat ini banyak ditemukan anak-anak bahkan orangtua yang durhaka dan niradab.

Ditambah, abainya masyarakat dalam melakukan amar makruf nahi mungkar. Sistem ini membentuk sosok-sosok cenderung individualis. Terlebih lemahnya peran negara dalam memperhatikan urusan dan keamanan rakyatnya. Sehingga masyarakat dipaksa berjuang sendiri dalam melindungi keluarganya.

Sangat berbeda dalam Islam. Sistem yang aturannya berasal dari Dzat Sang Maha Pencipta manusia yakni Allah Swt. Aturannya memuaskan akal dan sesuai fitrah manusia. Islam mampu mendidik anak menjadi generasi berkepribadian kokoh dan tangguh.

Oleh karena itu, orangtua muslim harus memahami dengan benar, bagaimana cara Islam dalam mendidik generasinya. Mulai dari memahamkan akidah, membentuk sikap kepatuhan seorang anak pada orangtua, serta mengendalikan emosionalnya. Mendampingi anak, sejak kecil sampai baligh (berakal). Hingga anaknya mampu mencari solusinya sendiri dengan benar sesuai syariat Islam. Orangtua wajib bersikap tegas terhadap perkara akidah. Seperti perintah sholat dan memukul anak, ketika lalai dalam mengerjakannya.

Karena, anak merupakan aset pahala bagi orangtuanya kelak. Doa anak sholeh merupakan salah satu amalan yang tidak akan terputus pahalanya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Nabi bersabda: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang sholeh”. Dengan demikian anak wajib patuh terhadap orangtua. Sebagaimana dalam hadits, “Ridha Allah tergantung ridha kedua orangtuanya dan murka Allah tergantung murka keduanya”. (HR Thabrani).

Namun, semua ini mampu dijalankan ketika adanya peranan negara. Negara akan menjaga akidah dan memberikan edukasi tentang Islam, agar masyarakatnya memiliki pemahaman yang benar sehingga membentuk keluarga bertakwa. Sebab dari ketakwaan, melahirkan generasi berpola pikir dan pola sikap yang Islami sesuai syariat. 

Yakni dengan menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam, yang sudah berhasil diterapkan hingga mencetak generasi kokoh dan cerdas. Serta mengatur media yang ada, agar berfungsi sebagai sumber informasi yang benar mencerdaskan bukan malah sebaliknya.

Kemudian, negara wajib memenuhi kebutuhan pokok, mulai dari sandang, pangan, hingga papan agar masyarakatnya tercukupi dan terhindar dari tindak kriminal. Negara pun memiliki mekanisme dalam menjauhkan generasi dari kemaksiatan dan tindakan kekerasan, yakni dengan menegakkan sistem sanksi yang menjerakan agar dapat mencegah semua bentuk kejahatan termasuk kekerasan anak terhadap orangtuanya.

Dengan demikian, hanya sistem Islam yang mampu atasi beragam fenomena anak durhaka. Didasari keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt, seorang anak akan senantiasa berbakti kepada kedua orangtuanya, sehingga tercetaklah keluarga harmonis dan bertakwa.
Alhasil, baik fenomena anak-anak maupun orangtua durhaka tidak akan didapati dalam sistem ini.

Wallahu'alam bissawab.


Share this article via

82 Shares

0 Comment