| 19 Views
Evakuasi Warga Gaza di Indonesia: Solusi atau Ilusi?

Oleh : Resky Ilmar Rahmadayanti
Mahasiswa UM Buton
Presiden Prabowo Subianto menyatakan Indonesia siap menampung ribuan warga Gaza, Palestina yang menjadi korban kekejaman militer Israel. Prabowo akan mengirim pesawat untuk menjemput mereka.
"Saya lakukan ini karena banyak permintaan terhadap Indonesia untuk lebih aktif berperan mendukung penyelesaian konflik di Gaza," ujar Prabowo di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur menjelang terbang ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab untuk melawat ke sejumlah negara Timur Tengah, Rabu (9/4/2025).
Menurut Prabowo, Pemerintah Indonesia sejak era Presiden Joko Widodo (Jokowi) aktif memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Sebagai tindaklanjut, Prabowo mengungkapkan Indonesia siap menampung warga Palestina yang terluka, mengalami trauma, anak-anak yatim piatu, serta mereka yang membutuhkan perawatan darurat akibat diserang Israel. Menurut Prabowo, relokasi ini bersifat sementara. Para pengungsi akan dikembalikan ke Gaza apabila kondisi di wilayah tersebut sudah membaik.
Presiden Prabowo memberikan “Jika pemerintah Palestina dan pihak terkait ingin mengevakuasi mereka ke Indonesia, kami siap kirim pesawat-pesawat untuk menjemput. Kita perkirakan jumlahnya sekitar 1.000 orang untuk gelombang pertama
Pernyataan Prabowo bahwa para pengungsi akan “dipulangkan” setelah dirawat pun dinilai sebagai hal naif, jika tidak bisa disebut sebagai pengalihan isu. Realitasnya, jutaan warga Palestina yang terusir sejak 1948 hingga kini masih tersebar sebagai pengungsi di Lebanon, Yordania, dan Suriah, tanpa hak untuk kembali ke tanah air mereka. Apakah kita sungguh percaya bahwa Zionis akan membuka gerbangnya untuk menerima kembali warga Gaza yang telah direlokasi ke Indonesia? Tentu tidak. Pengalaman sejarah menunjukkan sebaliknya.
Pernyataan Prabowo bahwa Indonesia siap menerima 1000 warga Gaza, sesungguhnya justru akan memuluskan agenda pengusiran warga Gaza seperti yang diinginkan oleh penjajah.
Sejumlah pengamat menilai bahwa rencana Prabowo mengevakuasi rakyat Gaza ke Indonesia diduga merupakan strategi appeasement untuk membujuk Trump mengurangi tekanan ekonomi yang dihadapi Indonesia akibat tingginya tarif impor yang diberlakukan oleh AS.
Di sisi lain, evakuasi tersebut bisa jadi merupakan bentuk tekanan AS terhadap Indonesia atas kebijakan baru AS menaikkan tarif impor. Keberhasilan upaya Indonesia dalam melakukan negosiasi atas kebijakan tersebut bisa jadi akan digunakan alat untuk menekan Indonesia agar melakukan evakuasi warga Gaza. Inilah buah simalakama bagi negeri yang tergantung pada negara lain.
Jika asumsi ini terbukti benar, tentu ini akan sangat disayangkan. Di permukaan, rencana evakuasi tampak sebagai langkah kemanusiaan sejalan dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia yang mendukung Palestina. Komunitas internasional dapat menganggap bahwa penduduk Gaza diselamatkan melalui evakuasi, padahal mereka berhak atas tanah mereka.
Pernyataan ini justru kontra produktif dengan seruan jihad yang disuarakan oleh banyak pihak hari ini yang menyadari bahwa tidak ada solusi hakiki selain jihad melihat berbagai Upaya yang dilakukan nyatanya tidak menghentikan penjajahan dan genosida. Evakuasi rakyat Gaza jelas makin menjauhkan dari solusi hakiki, karena sejatinya Zionis lah yang melakukan pendudukan bahkan perampasan wilayah. Sudah seharusnya Zionis yang diusir dari tanah Palestina dan bukannya warga Gaza yang dievakuasi.
Rakyat Gaza sama sekali tidak ingin keluar dari Gaza. Bahkan, dengan gagah mereka mengatakan, alasan apa kami harus keluar? kami sudah ditakdirkan oleh Allah hidup di sini sebagai penjaga wilayah ini, wilayah yang diberkati oleh Allah. Dan kalau kami harus mati di sini maka itu adalah kematian yang paling mulia.
Seharusnya jika ada pemikiran relokasi atau penampungan pengungsi di cek terlebih dahulu jangan-jangan tindakan ini justru memuluskan jalan Zionis untuk menguasai lebih luas wilayah Palestina dan hal ini semestinya tidak boleh terjadi.
Pemimpin negeri muslim seharusnya menyambut seruan jihad. Seperti seruan jubir kelompok dakwah ideologis Palestina ia menegaskan, hak penduduk Gaza atas para penguasa muslim dan para tentara adalah menyingkirkan musuh yang telah melakukan pembunuhan terhadap penduduknya, serta memutus jalur pasokan yang melewati negeri-negeri Islam. Ia menegaskan, Para penguasa muslim itu, hendaknya menolak setiap solusi untuk masalah Palestina, kecuali solusi pembebasan karena solusi selain pembebasan Palestina adalah pengkhianatan.
Evakuasi warga Gaza ke Indonesia bukanlah solusi yang tepat untuk menyelesaikan krisis Palestina karena tidak menyentuh akar masalah. Sebuah evakuasi tidak akan mengakhiri konflik Zionis-Palestina, yang berakar pada penjajahan dan okupasi Zionis Yahudi di Palestina, yang didukung penuh oleh negara-negara kafir Barat, khususnya AS. Penjajahan tersebut hanya dapat dihapuskan melalui pengusiran penjajah.
Entitas Zioni sebagai muhariban fi’lan (musuh nyata) Islam dan kaum muslim hanya dapat dihadapi dengan ketegasan dan bahasa perang. Solusi yang benar harus fokus pada pengusiran Zionis dari tanah Palestina, bukan mengevakuasi warga Gaza tanpa jaminan keamanan dan hak-hak mereka, termasuk hak atas tanah Palestina.
Nasionalisme dan rasa takut kehilangan jabatan membuat mereka diam dan enggan membebaskan Palestina, bahkan cenderung berkolaborasi dengan Zionis yang berlumuran darah kaum muslim Gaza. Mereka membiarkan muslim Palestina sendiri menghadapi agresi Zionis.
Karena nasionalisme inilah dan prinsip tak boleh ikut campur urusan negara menjadi penghalang menyambut seruan jihad. Sikap ini menunjukkan pengkhianatan besar pemimpin negeri muslim.
Satu-satunya cara efektif untuk menolong Gaza adalah dengan menggerakkan potensi umat Islam menuju jihad fi sabilillah. Namun, dalam konteks politik saat ini, kita tidak bisa berharap aktivitas mulia ini akan datang dari para penguasa muslim saat ini. Di sinilah urgensi adanya kepemimpinan politik Islam global yang kuat, yaitu Khilafah Islam ‘alaa minhaj an-nubuwwah, yang akan menyatukan umat Islam, menghadapi hegemoni Barat, membebaskan negeri-negeri muslim yang terjajah, melindungi umat dari berbagai ancaman, dan mencampakkan para penguasa muslim yang berkhianat.
Khilafahlah yang akan menggerakkan tentara-tentara di negeri-negeri muslim untuk jihad fi sabilillah mengusir Zionis Yahudi dan membebaskan Palestina. Dengan adanya Khilafah, umat Islam dapat bersatu dan mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi musuh. Khilafah akan menjadi simbol kekuatan dan kejayaan Islam, serta menjadi teladan bagi umat manusia di seluruh dunia.
Negeri Muslim seharusnya menjadi negara adidaya yang memimpin dunia. Khilafah sebagai negara adidaya akan menerapkan syariat Islam sehingga menjadi rahmat bagi seluruh alam dan membela setiap muslim. Sayangnya hari ini Khilafah belum tegak, nasib umat islam pun makin sengsara.
Umat harus terus didorong untuk menolak evakuasi warga Palestina. juga menyeru penguasa untuk mengirimkan tentara demi membela saudaranya muslim Palestina. Pada saat yang sama, Umat juga makin kuat berjuang untuk menegakkan Khilafah. Karena hanya jihad dan tegaknya Khilafah solusi hakiki membebaskan Palestina dari cengkeraman penjajah.
Wallahualam.