| 426 Views
Ekonomi Islam Membawa Keberkahan

Oleh : Ni’mah Fadeli
Ramadhan telah berganti Syawal, suka cita hari raya Idul Fitri atau lebaran juga sudah kita lalui. Rutinitas kesibukan memenuhi kebutuhan hidup telah kembali dijalankan sebagian besar masyarakat. Hidup terus berjalan dan roda ekonomi juga harus selalu berputar. Ramadhan dan Syawal pada setiap tahunnya memang membawa suasana berbeda, bukan hanya dalam ibadah dan sukacita namun juga dalam perputaran roda ekonomi. Hal ini dikarenakan antusias masyarakat dalam menyambut bulan puasa dan hari raya memberi dampak yang positif bagi perputaran ekonomi.
Dilansir dari republika.id (16 April 2024), Eisha Maghfiruha Rachbini, Dosen Ilmu Ekonomi dan Peneliti ITAPS, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB menulis bahwa Bank Indonesia menyiapkan kebutuhan uang layak edar sebesar Rp 197,6 triliun. Hal ini seiring dengan meningkatnya permintaan uang dan kebutuhan penukaran uang menjelang lebaran. Dampak ekonomi Ramadhan dan lebaran akan berpengaruh pada kuartal I dan II 2024. Dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen maka efek musiman Ramadhan dan lebaran akan mendorong pertumbuhan mencapai lebih dari 5 persen. Perputaran nilai ekonomi selama bulan suci Ramadhan dan hari raya Idul Fitri juga mendorong UMKM meraup keuntungan. Peningkatan juga terjadi dengan platform digital yang melayani belanja online. Tentu peran pemerintah dalam menjaga kestabilan harga menjadi krusial. Dukungan terhadap UMKM harus selalu diutamakan agar senantiasa mampu bersaing dan memperluas harga pasar di tengah gempuran barang impor dengan harga lebih murah.
Pergerakan ekonomi yang meningkat di bulan Ramadhan dan momen lebaran yang membawa dampak positif bagi roda perekonomian tidaklah mengherankan mengingat umat Islam memang selalu bersuka cita menyambutnya. Adanya kewajiban zakat dan diobralnya pahala di bulan Ramadhan membuat keinginan berbagi kepada sesama meningkat. Semua sektor mengalami peningkatan, baik itu makanan, pakaian, transportasi hingga pariwisata. Dalam sistem kapitalisme yang memandang segalanya dari segi keuntungan materi maka momen Ramadhan dan lebaran ini tentu sangat menggembirakan karena capaian profit yang didapat sangat signifikan.
Namun Islam tentu memiliki pandangan berbeda. Setiap pergerakan ekonomi yang dilakukan sesuai syariat maka diharapkan membawa kebaikan dan keberkahan. Kewajiban berzakat baik fitrah maupun mal adalah sebagai penyucian harta yang telah diberikan oleh Sang Pencipta. Sedekah yang dilakukan bukan untuk menghamburkan uang namun ikhtiar mengharap ridho Ilahi dan merupakan wujud kepedulian kapada sesama. Islam juga mengajarkan silahturahmi dan saling memberi hadiah.
Segala yang dilakukan umat muslim selama Ramadhan dan Idul Fitri tersebut adalah sebagai wujud pelaksanaan ajaran Islam yang berimbas pada pergerakan positif ekonomi secara global. Islam tidak menghendaki kekayaan hanya ada pada segelintir orang seperti sistem kapitalisme saat ini. Setiap individu dalam Islam berhak memanfaatkan kepemilikan umum dengan mekanisme yang telah diatur sesuai syariat. Islam juga tidak mengenal riba maka kasus jual beli uang baru yang berulang tiap tahun menjelang lebaran sudah pasti dilarang demi penjagaan negara terhadap rakyat akan dosa.
Mekanisme Islam benar-benar melindungi sehingga tidak akan membiarkan negara asing menguasai, termasuk juga dalam ekonominya. Pemanfaatan sumber daya alam adalah benar-benar untuk kemaslahatan rakyat. Produk impor akan sangat sulit ditemui sehingga UMKM dan perusahaan dalam negeri tak sibuk bersaing dengan produk luar. Kesejahteraan rakyat akan benar-benar diperhatikan karena negara bertugas melayani sehingga setiap kebijakan yang dikeluarkan untuk melindungi bukan hanya untuk mencari keuntungan materi.
Wallahu a’lam bishawwab.