| 164 Views
Demokrasi Sistem Delusi

Oleh : Aydina Sadidah
Pemilu serentak yang memilih calon presiden/wakil presiden, DPD, DPR dan anggota DPRD tingkat provinsi serta kabupaten/kota, telah usai pada 14 Februari 2024 lalu. Menyisakan berbagai macam reaksi rakyat yang berbeda-beda. Mereka yang telah terpilih mulai menduduki jabatan-jabatan yang mereka dapat dan mereka yang tergantikan mulai angkat kaki. Segalanya bergulir begitu cepat.
Namun siapalah sangka apabila momen pemilu kemarin justru memunculkan banyak reaksi ketidakpuasan dari rakyat. Berbagai praktik kecurangan, koalisi, dan korupsi pun terungkap satu demi satu pasca pemilu kemarin, menyalakan sumbu ketidakpercayaan rakyat yang sekarang telah terlanjur meledak.
Pun tak luput dari Kota Banjar Patroman, yang mana partai-partai bersaing untuk memperebutkan kursi legislatif sebanyak-banyaknya. Alasannya mudah, sebab perolehan kursi legislatif ini kelak akan menjadi modal untuk pilwilkot (pemilihan walikota) pada pilkada November mendatang.
Namun dalam kenyataannya, di kota Banjar hasil dari pemilu selalu mendapat Golkar dan PDIP dengan suara terbanyak selama 15 tahun. Bahkan dalam pemilu saat ini partai Golkar mendapat 7 kursi dan PDIP 6 kursi di DPRD saat ini.
Pun berlaku juga dengan walikota kota Banjar yang selalu memenangkan pasangan Golkar-PDIP sejak 20 tahun lalu. Mulai dari pasangan H.Herman Sutrisno - H.Akhmad Dimyati (2004-2013) hingga sekarang Hj.Ade Uu Sukaesih - H.Nana Suryana (2018-2023), yang mana selalu diisi dengan Golkar sebagai walikota dan PDIP sebagai Wakil walikota. Maka tak dapat dipungkiri jika banyak pihak yang berasumsi bahwa ada koalisi dibalik pemilu dan pilkada ini.
Menurut mantan Wakil Wali Kota Banjar, H.Darmadji Prawirasetia sendiri, politik itu dinamis dan serba mungkin, tidak ada yang abadi, kecuali kepentingan.
Menurutnya seandainya Golkar dan PDIP berkoalisi, pilwalkot nanti akan menjadi lebih seru, sebab akan muncul figur baru yang potensial dengan semangat perubahan. Dikutip dari (kabarbanjar.pikiran-rakyat.com, 14/3/24)
Berita pun dibanjiri dengan berbagai platform yang mengungkap praktik-praktik tercela yang terjadi dibalik layar. Warga sosmed pun tak kalah serunya, mereka memposting beragam analisis dan berdiskusi jalur online untuk membahas mengenai arah politik saat ini.
Sebenarnya koalisi ini sendiri sudah menjadi hal yang lumrah dalam tatanan pemerintahan perlementer. Faktanya banyak orang yang berlomba-lomba mendapatkan kursi tertinggi dengan berbagai pengorbanan tak masuk akalnya, bahkan dengan cerobohnya menghalalkan segala cara.
Sebagaimana yang dikatakan oleh mantan Wakil Wali Kota Banjar, H.Darmadji Prawirasetia sebelumnya, dalam pemerintahan saat ini tiada yang dapat disebut kawan maupun lawan abadi, semuanya bergerak karena kepentingan. Selama kepentingan mereka masih sama, maka mereka akan diikat dengan ikatan semu kepentingan itu. Kemudian bila telah selesai segala kepentingan, mereka akan berpisah dan bisa jadi dalam keadaan lain mereka berdiri diatas kepentingan yang berbeda dan menjadi musuh
Demikianlah sedikit potret buram dari sistem yang saat ini mengatur kehidupan kita. Tidakkah anda sekalian muak hidup di sistem yang penuh keburaman dan kebobrokan ini? Tidakkah terpikir oleh anda, sebenarnya darimana datangnya akar dari semua ini?
Sebenarnya, dari awal sistem ini telah salah. Bagaimana tidak? Sistem yang dibuat oleh manusia untuk manusia sendiri jelas akan menimbulkan berbagai pertentangan dan perselisihan, sebab jalan berpikir tiap manusia itu berbeda. Maka tak heran bila sistem ini mengalami segala bentuk gagal serta cacat dalam perjalanannya mengatur masyarakat.
Berbeda halnya jika kita menyerahkan urusan sistem kepada Allah SWT, selaku Tuhan dari seluruh alam. Tuhan yang memiliki zat dan kedudukan lebih tinggi dari segala makhluknya jelas lebih mengenal makhluknya. Maka tak akan ada yang namanya pertentangan, perselisihan, bahkan kecacatan didalamnya.
Allah SWT telah mengajarkan politik yang adil kepada umat manusia lewat jalur para Nabi. Politik dalam Islam tidaklah sepicik sistem buatan manusia yang hanya mengejar manfaat, Ia lebih agung dan mulia serta mampu membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Politik dalam Islam adalah 'riayah sunnil ummah' yang artinya melakukan pengurusan, perbaikan, dan pelurusan atas seluruh urusan umat atau dengan kata lain, politik Islam itu mengurus masyarakat dan bukan mengeksploitasinya dalam hierarki pemerintahan.
Agar politik tidak salah arah, Islam menjaga dengan asas berpikir dan berbuatnya. Segalanya harus didasarkan pada Islam dan aturan Sang Pencipta. Dengan asas berpikir Islam yang menancap kuat diiringi dengan perbuatannya, akan menghindarkan pemerintah dari menjalankan sistem seenak diri nya. Sebab Islam telah menentukan batasan yang jelas dalam setiap perbuatan yang halal dan haram. Maka tak akan ada yang namanya kecurangan politik seperti koalisi dan korupsi.
Islam pun akan diterapkan secara menyeluruh dalam kehidupan sehari-hari, tidak menggunakan sistem prasmanan yang plin-plan tapi yang kaffah.
Sudah saatnya Umat sadar akan kebobrokan sistem yang hampir 'collapse' ini serta pentingnya Islam sebagai solusi dalam hidup. Maka dari itu, bangkit dan bawa perubahan. Umat Islam sudah cukup terpuruk dengan berbagai kejahilan yang melanda, ini saatnya kita bangkit dan membawa masa kegemilangan pada umat. Agar umat dapat kembali mendapatkan haknya sebagai rakyat yang dilindungi dan agar seluruh semesta dapat kembali merasakan Rahmat yang dibawa Islam. Jadi tunggu apa lagi? Ayo, kita merapatkan barisan dan kembali berjuang demi mendapatkan kembali hak dan kemuliaan Islam. Allahuakbar![]