| 38 Views
Carut Marut Negara Emas Menjadi Negara Cemas, Islam Satu-Satunya Solusi Tuntas

Oleh : Dewi yuliani
Tahun 2025 hari ini warga Indonesia dikejutkan bukan kepayang yang dimana negara saat ini sedang tidak baik - baik saja. Contohnya saja negara Indonesia adalah negara terkaya diseluruh dunia yang memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah yang dimana rakyat saat ini tidak sedikit pun merasakan kenikmatan kekayaan sumber daya alam di Indonesia.
Contohnya saja kasus pagar laut yang marak diperbincangkan disosial media bahkan di tengah - tengah masyarakat. Kasus pagar laut sungguh tidak ubahnya drama kusut. Belakangan ini diketahui bahwa kasus pagar laut tidak hanya terjadi di Tangerang. Di daerah lain, seperti Bekasi, Surabaya, Bali, dan Makassar juga ditemukan keberadaan pagar bambu serupa yang tertancap di laut. Namun, mencermati hasil pertemuan kelompok nelayan Tangerang dengan pejabat terkait tadi, diduga kuat latar belakang pembangunan maupun pelaku di balik keberadaan pagar laut itu juga sama. Sayangnya meski kasus pagar laut di sejumlah daerah itu menunjukkan adanya pelanggaran hukum, kasus ini tidak segera ditindaklanjuti dan dibawa ke ranah pidana. Andai tidak viral, pemerintah seolah-olah membiarkan dan malah mengambinghitamkan pihak lain.
Tak cukup sampai disitu kita juga perlu mengetahui carut marutnya negeri Indonesia saat ini disebabkan karna tidak adanya hukum Allah yang diterapkan bahkan masyarakat baru - baru ini juga mengalami kesulitan soal permasalahan gas melon atau LPG yang saat ini begitu sulit didapatkan oleh masyarakat. Yang lebih mirisnya lagi masyarakat sampai harus antri bahkan berbondong - bondong untuk membeli gas dipangkalan. Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia telah menjelaskan, mulai 1 Februari 2025 pemerintah melarang penjualan gas LPG 3 kg ke pengecer dan mengalihkan penjualan hanya ke pangkalan (agen resmi PT Pertamina). Bahlil beralasan kebijakan tersebut dilakukan karena pemerintah menerima laporan adanya penyaluran gas LPG yang tidak tepat sasaran, bahkan ada indikasi permainan harga di lapangan.
Belum selesai masalah gas kini kita juga dikejutkan oleh penarikan lahan yang dilakukan pengusaha yang berhasil menarik paksa tanah milik warga saat ini. Yang dimana penarikan lahan bukan hanya terjadi di Rempang bahkan di beberapa wilayah juga sudah terjadi diberbagai wilayah. Contohnya saja seperti kasus di wilayah kecamatan berampu kabupaten Dairi dimana wilayah tersebut telah menjadi sasaran empuk para kapital dengan menarik paksa tanah - tanah milik rakyat yang dimana mereka juga sudah memiliki sertifikat tanah namun itu hanya formalitas belaka. Tetapi tetap saja penguasa menari lahan tersebut tampa melihat lagi betapa menderitanya masyarakat pada saat ini.
Ini sudah jelas memperlihatkan kegagalan dan kebobrokan sistem kapitalisme yang saat ini yang dimana Meraka tidak menjadi pengurus rakyat yang sebenarnya dalam pemenuhan kebutuhan rakyatnya. Melainkan menjadi peredator dan pemalak rakyat dari segala linih kehidupan. Contohnya saja pajak juga sudah menjadi sasaran empuk mereka untuk memenuhi kantong - kantong para koruptor bahkan tak hanya itu dibidang pendidikan juga sudah dirusak, kesehatan tidak dijamin bahkan pergaulan bebas remaja pada saat ini juga tidak terjamin juga terjadinya perzinnahan sampai hamil diluar nikah.
Berbeda halnya dengan Negara Islam yang telah menjadi pengurus umat yang benar - benar bertanggung jawab dan sesuai syariat bahkan negara Islam menjadikan aqidah sebagai pedoman atau pondasi untuk tetap menjalankan hukum Allah dalam periayaan masyarakatnya. Kini saatnya kita sebagai para pengemban dakwah harus berani menyampaikan kepada masyarakat tentang kezoliman kebobrokan para penguasa saat ini. Kita juga harus memahamkan kepada masyarakat bahwadannya hanya negara Islam satu - satunya solusi tuntas dalam menyelesaikan carut marutnya negara emas agar tidak menjadi negara cemas seperti saat ini yang kita semua sudah pahami betapa rusaknya negara karna tidak adanya hukum Allah diterapkan dibumi ini.
Pemimpin juga harus menggembirakan rakyatnya, bukan membawa kesedihan bagi mereka. Pemimpin pun harus memudahkan urusan rakyatnya, bukan malah mempersulit mereka. Demikian sebagaimana sabda Rasul saw., “Gembirakanlah mereka, jangan membuat mereka lari. Permudahlah urusan mereka, jangan mempersulit mereka.” (HR Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad).
Selain itu, Rasulullah saw. pun mengingatkan seorang pemimpin dari para pembantunya yang licik dan khianat. Beliau bersabda, “Tidaklah Allah mengutus seorang nabi atau mengangkat seorang khalifah, melainkan ada dua orang kepercayaan pribadi, yakni seseorang yang menganjurkan kebaikan dan seseorang yang menganjurkan kejahatan.” (HR Al-Bukhari).
Keberadaan orang-orang kepercayaan atau para pembantu bagi seorang pemimpin ini tentu sangat diperlukan. Akan tetapi, seorang pemimpin tentu perlu mencermati. Bahkan jika diperlukan, pemimpin mesti mewaspadai para pembantunya yang licik dan khianat.
Itulah gambaran sebagian tanggung jawab pemimpin terhadap rakyatnya yang telah ditentukan oleh Islam. Semua itu hanya akan bisa terwujud dalam sistem pemerintahan Islam. Sebab sosok pemimpin yang baik saja tidak cukup. Pemimpin yang baik harus ada dalam sistem pemerintahan yang baik pula. Sistem pemerintahan yang baik tentu harus bersumber dari Zat Yang Maha Baik, yakni Allah Taala. Itulah sistem yang telah diamanahkan oleh Rasulullah saw. kepada kaum muslim sepeninggal beliau, yakni Khilafah ‘alâ minhâj an-nubuwwah.
WalLâh a’lam bi ash-shawâb.