| 15 Views

Banjir Kerap Terjadi di Sistem Kapitalisme ini

Oleh : Khantynetta

Tirto.id-Anggota komisi IV DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Firman Soebagyo menilai pemicu terjadinya banjir di sekitar wilayah Jabodetabek adalah karena program pembukaan lahan 20 juta hektare hutan menjadi lahan untuk pangan, energi, dan air. Senin (4/3/2025).

Meski bukan yang pertama, tetapi banjir yang terjadi sejak Selasa (4-3-2025) dini hari memang benar-benar parah dan merata. Kondisinya bahkan lebih parah dibandingkan banjir besar yang terjadi pada 2020. Berhari-hari area pemukiman dan pusat-pusat kegiatan ekonomi masyarakat terendam air bahkan hingga menyentuh atap. Alhasil, semua aktivitas masyarakat lumpuh dan kerugian material disebut-sebut mencapai Rp 3 triliun.

BNPB menyebut ketinggian air akibat banjir di Kabupaten Bekasi maupun kota Bekasi Jawa Barat ada yang mencapai tiga meter. BNPB menyebut penyebab banjir tersebut akibat hujan yang deras disertai kiriman air dari Bogor.

BNPB melaporkan terdapat tujuh kecamatan di Kota Bekasi yang terdampak banjir. Tujuh kecamatan tersebut rinciannya Kecamatan Bekasi Timur, Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Medan Satria, Jatiasih, Pondok Gede dan Rawalumbu.

Adapun yang menjadi pemicu terjadinya banjir di Jabodetabek ini, diperkirakan ada beberapa faktor, anggota komisi IV DPR RI dari fraksi partai Golkar, Firman Soebagyo menuding Hal tersebut dikarenakan program pembukaan lahan 20 juta hektar hutan yang diubah menjadi lahan untuk pangan energi dan air sebagai pemicunya, sementara itu menurut peneliti BRIN, Yus Budiono menyebutkan ada empat faktor terjadinya banjir di wilayah Jabodetabek yaitu penurunan muka tanah, perubahan tata guna lahan, kenaikan muka air laut dan fenomena cuaca ekstrem. Buruknya sistem drainase, memperparah kondisi banjir.

Setiap bencana tentunya akan berdampak besar bagi kehidupan masyarakat sekitar, banyaknya bangunan rumah yang mengalami kerusakan, termasuk bangunan fasilitas umum mulai dari sekolah rumah ibadah hingga fasilitas kesehatan, tak pelak kerugian ekonomi dan sosial tidak terhitung besarnya, padahal belum tentu kerugian mereka pada bencana sebelumnya sudah pulih sepenuhnya, kini ditambah lagi dengan bencana yang sama dengan kerugian yang lebih besar lagi, di saat inilah dibutuhkan sikap tanggap dari penguasa namun sayangnya pemerintah justru gagap dan kalah dari komunitas masyarakat umum.

Penerapan sistem kapitalis sekuler menjadikan pemimpin bersikap abai terhadap rakyatnya, minimnya mitigasi menjadikan dampak bencana.

Dalam pembangunan seharusnya memiliki paradigma yang tepat, agar dapat memudahkan manusia dalam menjalankan kehidupan dan kelestarian alam pun ikut terjaga.

Hanya Islam yang dapat memberikan arahan kepada negara tentang bagaimana cara membangun suatu negara dengan tepat.

Supaya rakyat hidup sejahtera, aman dan nyaman terhindar dari bencana banjir. Penguasa diberikan posisi sebagai raa'in yaitu penguasa mengurus rakyatnya dengan baik.

Untuk mencegah terjadinya bencana banjir maka penguasa harus menerapkan sistem Islam sebagai asas konsep pembangunan dan mitigasi. Sabda Rasulullah SAW : Tidak akan menimpa suatu musibah pun,kecuali karena dosa-dosa kita." (HR.Bukhari dan Muslim).

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa musibah yang menimpa kita diakibatkan kesalahan manusia itu sendiri yang hanya mementingkan pembangunan tanpa melihat efek yang akan ditimbulkan selanjutnya.

Oleh karena itu umat muslim harus menyadari bahwa bencana yang terjadi merupakan peringatan dari Allah SWT agar manusia kembali kepada sistem Islam, karena hanya sistem Islam yang bisa memberikan pengarahan bagaimana caranya membangun negara secara tepat.

Wallahu alam bishawab.


Share this article via

10 Shares

0 Comment