| 217 Views

Banjir Ekport China Mematikan Produk Dalam Negeri

Oleh : Kartika Mutiara

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingginya produk china yang masuk ke negara kita semakin tak terkendali, harga yang lebih murah dan variasi produk yang mengikuti trend pasar menjadi faktor penting yang harus menjadi "warning" bagi pemerintah dalam melindungi produk dalam negeri.

"Perubahan selera pasar yang cepat serta potensi pasar di masa mendatang bisa diadaptasi dengan baik oleh manufaktur China dan didukung oleh infrastruktur yang baik dan kemudahan investasi. Jika kondisi ini berlangsung terus maka lambat laun akan mematikan industri dalam negeri.

Industri dalam negeri perlu lebih baik beradaptasi dengan trend permintaan pasar dan regulasi pemerintah perlu menjaga industri dalam negeri dari serangan impor ini," kata Ekonom Universitas Brawijaya Wildan Syafitri, Jumat (26/7/2024).

Penyebab banjirnya produk murah China ke Indonesia adalah over kapasitas industri dalam negeri China. Tingkat produksi China besar, sedangkan konsumsi lokal menurun. Sementara itu, produksi harus jalan terus demi menjaga pertumbuhan ekonomi. Akhirnya, produk tersebut harus dijual murah ke luar negeri.

Kondisi ini terjadi karena pemerintahan Indonesia bersifat kapitalistik, yaitu hanya mementingkan keuntungan, baik itu keuntungan pribadi penguasa, kelompoknya, bisnisnya, serta para kroninya, yaitu para pengusaha importir.

Mereka merayakan keuntungan besar atas setiap kontainer yang masuk ke Indonesia tanpa peduli sekaratnya industri dalam negeri. Inilah profil negara kapitalis yang hanya memikirkan keuntungan pribadi dan abai dalam mengurusi kemaslahatan rakyatnya. Sudah terlihat jelas sistem kapitalisme ini yang rakus dan merusak.

Berbeda hal dengan Sistem Islam
Khilafah Melindungi Industri dalam negeri.
Negara Islam (Khilafah) menjalankan hubungan luar negeri, termasuk perdagangan, berdasarkan dua hal, yaitu sesuai syariat (termasuk agenda dakwah dan jihad) dan kemaslahatan rakyat. Khilafah akan menjalin hubungan luar negeri dengan cermat dan mengutamakan kepentingan rakyat dan negara.

Khilafah dalam melakukan hubungan luar negeri akan melihat status negara tersebut. Jika negara tersebut terkategori kafir harbi fi’lan seperti AS dan Israel yang memerangi Palestina, China yang melakukan genosida terhadap muslim Uighur, dan Myanmar yang melakukan genosida terhadap muslim Rohingya, Khilafah tidak akan melakukan perdagangan luar negeri dengan negara-negara tersebut.

Adapun terhadap kafir harbi hukman (tidak memerangi umat Islam) dan mu’ahidun (terikat perjanjian damai), Khilafah boleh melakukan perdagangan luar negeri. Namun, ada catatannya. Khilafah tidak akan mengimpor produk yang haram, misalnya khamar, narkoba, dan aneka produk yang berbahaya bagi kesehatan masyarakat.

Sebagaimana Sabda Rasulullah Saw: "Sesungguhnya Seorang Imam (penguasa) itu perisai. Orang-orang berperang dibelakangnya dan ia juga berlindung dengannya. Maka jika ia memerintah (berdasarkan) kepada Allah Ta'ala dan berlaku adil, maka baginya pahala. Akan tetapi ia memerintah tidak dengan (takwa kepada Allah tidak berlaku adil). Maka ia akan mendapat balasannya (HR. Muslim)

Pada produk yang boleh diimpor, Khilafah tidak akan serta-merta melakukan impor. Untuk produk strategis seperti makanan pokok (beras, jagung, gandum, kedelai, daging, ikan, minyak, gula), sandang (tekstil dan produk tekstil), dan alutsista, Khilafah akan mewujudkan swasembada di dalam negeri sehingga tidak tergantung pada impor yang bisa membahayakan kedaulatan negara.

Pada produk lainnya seperti aksesori, alas kaki, mebel, dan perabotan, Khilafah memang boleh melakukan impor, tetapi Khilafah tetap akan mengutamakan perlindungan industri-industri dalam negeri sehingga tidak akan mudah melakukan impor. Khilafah akan menjamin iklim usaha yang kondusif dan aman untuk rakyat agar industri dalam negeri memiliki daya saing yang tinggi.

Khilafah tidak akan membebani industri dengan berbagai pungutan yang memberatkan. Khilafah justru memberi kemudahan-kemudahan seperti bantuan modal dan jaminan keamanan. Dengan begitu, industri bisa

maju dan optimal memproduksi kebutuhan rakyat.

Wallahu a'lam bish-shawwab


Share this article via

73 Shares

0 Comment