| 154 Views
Aksi Tawuran Antar Pelajar, Akankah Menjadi Cermin Generasi Berakhlak Mulia?

Oleh: Umi Fahri
Akhir-akhir ini sering kita mendengar banyaknya kasus tawuran dikalangan remaja. Biasanya tawuran itu melibatkan dua kelompok dengan berbagai latar belakang. Seperti tawuran antar gang motor, antar kampung dan ada juga antar sekolah yang dilakukan oleh sekelompok pelajar. Akibat aksi tersebut, sering menyebabkan jatuhnya korban baik luka-luka bahkan hilangnya nyawa dengan sia-sia.
Sungguh ironis, di saat pelajar lain berlomba-lomba berkarya dan meningkatkan kompetensinya agar dapat bersaing dengan dunia luar, pelajar kita masih saja sok jagoan adu jotos dengan pelajar lain. Alasan mereka melakukan hal itu diantaranya, lantaran sakit hati, saling caci, adu gengsi, bahkan beralasan untuk Penataran murid baru agar kuat mental.
Dilansir Tempo.Co Tangerang, 21/1/2024- Polisi menangkap 10 remaja diduga hendak tawuran di wilayah Cibodas Kota Tangerang. Penangkapan dilakukan tim Patroli Perintis Presisi Polres Metro Tangerang Kota, bersama Unit Reskrim Polsek Jatiuwung, anggota Pokdarkamtibmas dan sejumlah warga sekitar.
Dalam aksi tersebut Polisi menyita sejumlah senjata tajam (sajam), petasan hingga bom molotov yang diduga akan digunakan untuk tawuran. "Kami menemukan tiga sajam, petasan dan bom molotov yang disembunyikan di dalam karpet"ujar Kapolres Metro Tangerang Kota Komisaris Besar Zain Dwi Nugroho. (Senin, 22 Januari 2024)
Zain mengatakan, tim Patroli cipta kondisi (cipkon) ini dipimpin langsung oleh Kapolsek Jatiuwung, Komisaris Donni Bagus Wibisono. Tim dibentuk melalui pembagian area patroli, yang disinyalir menjadi tempat nongkrong sejumlah remaja yang diduga hendak tawuran.
Tawuran juga banyak terjadi di beberapa daerah. Seperti halnya tawuran antar siswa dua sekolah yang dilakukan di jalan Veteran III, Desa Banjarsari Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor Jawa Barat (Sabtu, 4/11/2023). Akibatnya seorang pelajar tewas setelah menderita luka bacok di bagian perut.
Hal tersebut dibenarkan oleh Kapolsek Ciawi Kompol Agus Hidayat. "Iya betul, satu orang tewas dan korban meninggal akibat mengalami luka sayatan senjata tajam diperut." (Senin, 6/11/2023)
Melihat kondisi pelajar yang sering melakukan aksi ini, ada beberapa penyebab diantaranya kerena masa-masa krisis indentitas pada remaja. Kontrol diri yang lemah, tidak mampu menyesuaikan diri, pengaruh media, dan juga kurangnya pengawasan orang tua, hingga tekanan dari teman mereka.
Ditinjau dari psikologi, mereka merupakan kumpulan anak yang sedang mengalami masa peralihan, dari anak-anak menjadi remaja. Selain itu memiliki kecenderungan untuk menunjukkan jati diri, menjadi subjek yang mampu mengatasi masalah dan punya kepribadian ego yang kuat. Sehingga terkadang gampang tersinggung jika harga dirinya merasa direndahkan atau dilecehkan, kemudian dapat melakukan apapun untuk membelanya.
Disisi lain perlu adanya sistem pendidikan yang mampu merubah sikap dalam rangka pembentukan karakter siswa, untuk dapat mandiri, religius, bertanggung jawab, disiplin dan lainnya. Akan tetapi semua itu perlu dimulai dari ruang yang lebih kecil yaitu keluarga. Dengan membangun komunikasi yang intens antara orang tua dan anak, perhatian yang cukup akan memberikan semangat tersendiri bagi mereka. Dari keluarga ditanamkan akhlak, adab, dan agama hingga karakter tersebut terbentuk.
Aksi tawuran yang kerap terjadi, sungguh sangat meresahkan masyarakat. Bagaimana tidak, hal tersebut bisa berpengaruh dalam ketentraman dan keamanan lingkungan yang terdampak tawuran. Misalkan kerusakan sarana umum yang terkena imbasnya, membuat resah dan takut para pengguna jalan sampai hilangnya nyawa baik pelaku tawuran maupun masyarakat umum yang salah sasaran.
Inilah kehidupan yang diatur oleh sistem liberal, apapun bisa dilakukan demi kesenangan semata. Sangat miris, negara menjamin semua itu melalui penerapan sistem demokrasi. Atas nama kebebasan bertingkah laku, kebijakan yang lahir malah melindungi perilaku amoral dengan melegalkan segala cara untuk asas manfaat belaka.
Dengan demikian, adakah solusi tepat dan tuntas dari semua permasalahan ini? Tentu kerusakan pemuda hanya akan dapat dihentikan, jika sistem Islam diterapkan dalam setiap aspek kehidupan. Sebab sudah pasti Islam memiliki konsep komprehensif, untuk mewujudkan pemuda yang mampu memimpin peradaban. Sungguh sangatlah berbeda dengan sistem sekuler kapitalis, yang menjadikan generasi sebagai alat keuntungan semata.
Islam mempunyai aturan untuk menciptakan generasi berkualitas dan tangguh dalam setiap problematika yang ada. Fungsi negara adalah sebagai aturan menyeluruh, memenuhi segala kebutuhan umat. Mulai dari sandang, pangan, papan, kesehatan, keamanan, sampai pendidikan yang dijamin oleh negara. Hingga segala terkait dengan kebutuhan primer rakyat pun berada di bawah kendali sebuah negara, bukan swasta.
Kemudian dalam sistem pendidikan, Islam mampu mencetak pemuda yang bersyahsiah Islam. Dengan mengawali kurikulum berbasis akidah, sehingga tidak ada dikotomi antara pendidikan agama dan dunia. Agama akan menjadi pedoman hidup para pemuda. Di sini akan lahir para ulama dan intelektual yang mampu memberikan kontribusi terbaiknya untuk seluruh umat manusia. Untuk itu perlu dilakukan perjuangan agar persoalan pemuda dapat cepat terselesaikan, dan terlahir darinya para generasi yang dapat menjadi pemimpin umat pada masa depan.
Wallahu a'lam bishawab