| 194 Views
Toleransi Ala Barat Menggerus Akidah Umat

Oleh : Windy Kurniawati
Ibu Rumah Tangga
Baru-baru ini jagat maya tengah dihebohkan dengan datangnya seorang Pendeta Vatikan bernama Sri Paus Fransiscus. Hal itu menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat khususnya kaum muslim. lalu apa tujuan dari kedatangannya? Adakah unsur politik di balik semua ini?
Indonesia menjadi salah satu negara yang dikunjungi oleh pemimpin gereja Katolik dunia yaitu Sri Paus Fransiscus. Dilansir melalui CNNIndonesia.com (04-9-2024), Paus Fransiscus mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara. Kedua pemimpin ini sepakat untuk menjadikan perbedaan sebagai kekuatan dalam memperkuat kesatuan, perdamaian, di tengah meningkatnya konflik global.
Namun, tidak sampai di istana saja, pendeta Vatikan itu kembali mengunjungi Masjid Istiqlal Jakarta Pusat dalam rangka pertemuan dengan tokoh lintas agama yang ada di Indonesia. Ia disambut oleh kelompok perkusi Islam dan kalangan umat Katolik yang telah menunggu kedatangannya.
Tujuannya ialah untuk menandatangani dokumen kemanusiaan yang berjudul Deklarasi Istiqlal 2024. Pertemuan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasrudin Umar dengan Paus Fransiscus kemudian mendapat sorotan dari media asing karena sikap toleransi dan keberagaman yang dimilikinya. Namun, umat muslim memiliki pandangan lain terhadap hal ini karena menurut sebagian ulama sikap yang telah ditunjukkan oleh Imam Besar Masjid Istiqlal itu bisa merusak akidah sebagai seorang muslim.
Toleransi ala Barat
Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia bukanlah kedatangan yang tanpa arti dan tujuan. Seperti dalam pidatonya, ia ingin berkomitmen kepada para pemimpin agama untuk memajukan dialog toleransi dan perdamaian antaragama agar bisa menyelesaikan konflik di tengah masyarakat.
Namun, pada kenyataannya ia tidak bisa melakukan itu pada konflik antara Palestina dan Israel. Terlebih lagi, jika kita telusuri Vatikan merupakan negara pertama yang tidak memiliki masjid. Menjadi salah satu negara di dunia tanpa muslim dan tidak diizinkan adanya pembangunan tempat ibadah selain gereja. Jadi, toleransi macam apa yang ingin ia tunjukkan, sementara di negara tersebut tidak ada kebebasan dalam memeluk agama?
Sedangkan Indonesia sudah sangat menjunjung tinggi toleransi. Terbukti dengan keberagaman agama, budaya, suku, dan ras yang ada. Ironinya mayoritas penduduk yang notabene beragama Islam sering kali dinomorduakan. Misalnya, tidak adanya waktu shalat melalui tv, azan tidak boleh memakai pengeras suara (toa), bahkan larangan memakai hijab bagi calon paskibraka saat 17 Agustus lalu. Ini membuktikan bahwa doktrin toleransi telah memaksa umat untuk selalu mengalah dan terzalimi oleh kaum minoritas.
Parahnya, lagi pemimpin saat ini memosisikan bahwa semua agama adalah sama. Ranah akidah umat Islam telah digadai oleh toleransi moderat ala Barat yang bertujuan untuk menjauhkan umat dari Islam kaffah.
Toleransi ala Islam
Islam merupakan agama yang sempurna dalam mengatur urusan umat. Termasuk dalam bertoleransi terhadap kaum nonmuslim. Sebagaimana dalam surah Al-Kafirun ayat 7. "Lakum dinukum waliyadin" (untukmu agamamu dan untukku agamaku). Toleransi dalam Islam adalah dengan tidak menganggu ibadah agama lain, tidak mengucapkan selamat atau ikut merayakan hari raya mereka.
Apalagi sampai menjadikan tokoh kafir sebagai panutan dan idola. Cukuplah Baginda Nabi Muhammad saw. yang menjadi suri teladan dalam bersikap, berakhlak, dan bermuamalah. Karena akhlak beliau merupakan cerminan dari perintah Allah Swt.
Sudah saatnya umat memakai hukum yang bersumber dari Allah Swt. agar bisa menjalankan hukum-hukum Islam secara kaffah. Karena Allah berfirman dalam QS. Ali Imran 3:19 "Sesungguhnya agama (yang benar) disisi Allah hanyalah Islam".
Wallahualam bissawab.