| 138 Views
Tipu Daya Gencatan Senjata

Oleh : Sri Setyowati
Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam
15 bulan sudah berlangsung pertempuran di Gaza sejak 7 Oktober 2023. Lebih dari 48.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak diperkirakan telah tewas. Sekitar dua pertiga bangunan di wilayah tersebut juga telah hancur dan rusak. Sejak 19 Januari 2025 gencatan senjata di Jalur Gaza telah diberlakukan. Kesepakatan tersebut menghentikan perang genosida yang dilancarkan Zionis Yahudi di wilayah kantong Palestina.
Gencatan senjata pada dasarnya akan menghentikan perang sementara saat ketentuan-ketentuannya dilaksanakan. Namun, tidak jelas apakah ini berarti perang berakhir untuk selamanya.Terbukti gencatan senjata yang terjadi di Gaza tidak membuat Zionis Yahudi berhenti melakukan pembunuhan terhadap warga Palestina. Zionis Yahudi mengalihkan serangan dari Gaza ke Tepi Barat hingga 70 orang tewas karena serangan brutal Zionis Yahudi sejak awal 2025. (detiknews.com, 05/02/2025)
Sementara itu, ketika Perdana Menteri Zionis Yahudi Benjamin Netanyahu berkunjung ke Washington minggu lalu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan akan mengambil alih Gaza dan membangunnya kembali menjadi "Riviera Timur Tengah", dengan memukimkan kembali warga Palestina di negara-negara regional. Ia berkomitmen untuk membeli dan memiliki Gaza (sindonews.com, 16/02/2025)
Pernyataan Trump tersebut menuai kecaman luas dari negara lain seperti Yordania, Mesir, Indonesia dan lainnya yang menolak relokasi warga Gaza dari tanah kelahiran mereka. Berbagai alasan pun mencuat, mulai dari pelanggaran hukum internasional hingga ancaman stabilitas regional. Warga Gaza pun telah menyatakan penolakannya. Relokasi besar-besaran berarti pembersihan etnis.
Tidak dapat dipungkiri bahwa AS, Mesir, dan Qatar telah membantu mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Namun, gencatan senjata hanyalah tipu daya, kebohongan, dan pengkhianatan atas muslim Gaza dari AS untuk bisa mencaplok wilayah Gaza.
Setelah Gaza mengalami pemboman, blokade dan genosida tanpa henti oleh Zionis Yahudi yang didukung sepenuhnya oleh AS atas ambisi kolonialnya, Trump memandang tanah-tanah muslim sebagai komoditas yang dapat dirampas sesuka hatinya.
Sudah menjadi watak dari negara kapitalis yang menjadikan materi sebagai tujuan. Trump ingin menjadikan Palestina sebagai ladang bisnis dan berupaya mengusir muslim Palestina dari wilayahnya. Trump memperlakukan masalah Palestina hanya sebagai salah satu kesepakatan bisnisnya. Bahkan Trump berani mengancam akan menduduki Gaza dan merebutnya untuk membangun kota wisatanya di atas reruntuhan, darah, dan tulang kaum muslim.
Ketakadilan harus dilawan, umat muslim tidak boleh diam, harus mengambil posisi yang benar sebagaimana yang diperintahkan Allah, "Siapa saja yang menyerang kalian, seranglah ia secara seimbang dengan serangannya terhadap kalian." (QS Al-Baqarah [2]: 194).
Meskipun banyak negara yang membahas masalah Gaza dan menyatakan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina, pernyataan mereka tidak lebih dari retorika politik karena tidak memiliki dampak nyata terhadap situasi Palestina saat ini.
Cara yang tepat untuk membebaskan diri dari cengkeraman musuh adalah dengan tegaknya politik Islam yaitu Khilafah berdasarkan metode kenabian yang akan memobilisasi pasukan untuk membebaskan Palestina dan wilayah muslim lainnya yang masih mengalami diskriminasi.
Sekarang saatnya untuk bangkit dan bersatu bersama jamaah Islam ideologis menegakkan Khilafah. Hanya Khilafah yang mampu melindungi tanah muslim dari pendudukan, penaklukan dan penghinaan musuh-musuh umat Islam.
Wallahu a'lam bi ash-shawab