| 87 Views

Pengkhianatan Penguasa Negara Arab Membuktikan Rusaknya Sistem Global Hari Ini

Oleh: Fatimah Az-Zahra Hanifah

“Pengkhianatan penguasa negara-negara Arab yang notabene bertetangga langsung dengan Palestina semakin membuktikan rusaknya sistem global hari ini,” ungkap Alumnus Ilmu Politik FISIP UI, Analis Kebijakan Politik, Ade Rahayu Aprilia, S.IP., dalam forum Activist Talk #6, Back to Muslim Identity Community chapter Depok (BMI Depok), One Ummah One Voice: Break the Siege, End the Genocide, Sabtu (19/7/2025) di Depok

Lanjutnya, pada 13-15 Mei 2025 lalu rezim Arab justru memberi bantuan sangat besar kepada AS setelah Presiden AS Trump melakukan perjalanan ke tiga negara Arab (Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Qatar).

“Setelah dilaksanakannya perjalanan Trump ke negara-negara Timur Tengah tersebut, ketiga negara tersebut menyepakati beberapa hal di antaranya: Arab Saudi berinvestasi senilai $600 miliar (4 tahun) di industri-industri AS dan membeli senjata AS senilai lebih dari $142 miliar; Qatar menyepakati perjanjian dengan AS sebesar $243 miliar, termasuk diantaranya perjanjian pertahanan senilai $1 miliar, kontrak senilai $2 miliar untuk kendaraan udara tak berawak, dan $38 miliar untuk Pangkalan Udara Al Udeid,” bebernya di hadapan sekitar 40 peserta.

Bahkan, terangnya, hubungan harmonis penguasa negeri-negeri Arab dengan Barat ini bukanlah fenomena baru, dimulai ketika Inggris menguasai wilayah Timur Tengah. Inggris memanfaatkan tensi primordialisme Arab vs. Turki di tengah lemahnya penerapan syariat oleh Khilafah Utsmani. Lewat strategi adu domba, Inggris memecah belah Khilafah dan membentuk pemerintahan boneka seperti Arab Saudi, Irak, Kuwait, dan Trans-Yordania.

“Awalnya Inggris mendukung Syarif Husain (Gubernur Makkah) untuk melawan Utsmani. Namun ketidaksukaan Inggris terhadapnya mendorong Inggris untuk mengganti posisi Syarif dengan Abdul Aziz bin Saud yang lebih pragmatis terhadap kekuasaan. Sejak 1927, Dinasti Saud menguasai Jazirah Arab – hasil dari politik balas budi. Inilah awal dari hubungan romantis penguasa Arab dengan Barat hingga kini,” ungkapnya.

Tak hanya itu, tegasnya setelah menang Perang Dunia II, AS gantikan dominasi Inggris di Saudi, Irak, Mesir, Kuwait dan Iran. AS memanfaatkan invasi Saddam ke Kuwait (1990) untuk membangun pangkalan militer besar di Teluk. AS melindungi rezim-rezim Arab yang balas budi. Baik AS maupun Inggris menjalankan simbiosis mutualisme politik bersama para penguasa Arab.

“Kejatuhan Shah Iran Reza Pahlavi di Iran, Raja Farouk di Mesir, Saddam Husain di Irak, Qadafi di Libya, dan Bashar al Assad di Suriah adalah gambaran nyata tidak selamanya Barat akan terus melindungi bonekanya. AS memang bermain dua kaki. Selain mendukung negara Zionis, AS bersama negara Barat imperialis lainnya menjadikan negara-negara Arab sebagai sekutu sekaligus jajahannya,” sebutnya.

Menurutnya, itulah penyebab para penguasa Arab dengan mudahnya menggelontorkan uang triliunan rupiah kepada Presiden AS Trump yang mengemis ke Arab Saudi, Qatar, dan UEA.

“Perjanjian dan hubungan harmonis penguasa negeri-negeri Arab dengan Penjajah Barat ini tumbuh subur dalam sistem global kapitalisme hari ini sehingga kekuatan kaum Muslimin semakin sulit untuk diwujudkan karena terpecah belah oleh sistem global dengan sekat-sekat nation states,” pungkasnya.


Share this article via

24 Shares

0 Comment