| 97 Views

Miris! Penerima Beasiswa LPDP Tidak Wajib Kembali

Oleh: Jasmine Fahira
Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendikti Saintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro mengatakan bahwa penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) tidak wajib untuk kembali ke lndonesia. “Kita belum punya cukup tempat untuk mereka berkarya. Kasihan dia (penerima LPDP) nanti, ilmunya tinggi, di sini tidak ada wadahnya. Suatu hari siapa tahu ada peraih Nobel orang Indonesia, tetapi di Amerika. Tidak apa-apa, kan? Itu yang positif. Berkarya bisa di mana-mana, untuk Merah-Putih,” katanya (CNBC Indonesia, 8/11/2024).

Hal ini lantas menjadi perbincangan di tengah masyarakat. Mengingat beasiswa yang diberikan bukan main-main dan juga menggunakan uang negara.

Jika dilihat, yang disampaikan Pak Menteri sangat tidak solutif dan tidak bermisi. Jika kondisi lndonesia saat ini tidak bisa menyediakan wadah, seharusnya ini menjadi pertanyaan untuk negara. Mengapa negara belum bisa menyediakan wadah tersebut?

Jika solusinya dengan cara tidak mewajibkan penerima beasiswa LPDP untuk kembali, itu sama saja dengan menyerah dan tidak sejalan dengan misi lndonesia yang ingin mencetak generasi emas.

Betul adanya, pendidikan dan wadah untuk berkarya masih sangat minim di lndonesia. Belum lagi, pendidikan di lndonesia saat ini belum merata dan masih banyak yang kesulitan untuk mengakses pendidikan yang berkualitas.

Masalah pendidikan di lndonesia ini sangat kompleks dan bercabang-cabang. Belum dari tingkat kesejahteraan para guru, pendidikan yang belum merata, mahalnya sekolah, kurikulum yang berubah-ubah. Standar kesuksesan yang dibangun pun juga masih berstandar pada kapitalis yang puncaknya hanyalah mencetak uang semata.

Berbeda dengan pendidikan Islam yang memberikan pendidikan secara merata, gratis dan juga menyejahterakan para guru. Pendidikan Islam menghantarkan manusia untuk memanfaatkan ilmu dengan sebaik-baiknya, bukan hanya tentang uang semata, namun bagaimana kita bisa berkontribusi dengan ilmu yang dimiliki. Bagaimana ilmu bisa bermanfaat untuk kebangkitan negeri.

Maka sekali lagi, seharusnya lndonesia melihat lebih dalam. Mengapa wadah tersebut belum ada? Mengapa tidak diciptakan? Bukan justru menyerah dan membiarkan kapitalis terus memanfaatkan sumber daya manusia yang seharusnya bisa berkontribusi lebih untuk lndonesia.


Share this article via

63 Shares

0 Comment