| 93 Views

Israel : Tamu Yang Tak Tahu Diri

Oleh : Anggun Pribadi

Theorder herzl beliau adalah salah satu tokoh utama dari pergerakan zionis Yahudi. Beliau memimpin kongres zionis Yahudi pertama di Basel (Basle), Swiss, dari 29 Agustus sampai 31 Agustus 1897. 208 delegasi dan 26 korespenden pers menghadiri acara tersebut (wikipedia.org).

Tujuan akhir dan utama dari kongres tersebut adalah membangun negara Yahudi di Palestina. Pelaksanaan kongres tersebut tidak lepas dari sponsor para bankir Yahudi di Eropa. Dengan dana yang begitu besar para pengungsi Yahudi Pada masa itu berbondong-bondong membeli tanah di wilayah Palestina. 

Pada tahun 1915, di tengah Perang Dunia I, Inggris berhasil merayu Sharif Makkah Hussein bin Ali melancarkan melawan pemberontakan Turki Utsmani dengan janji dukungan atas pembentukan negara Arab yang meliputi sebagian besar Timur Tengah termasuk Palestina. Pada tahun itu adalah tahun di mana daulah Islam sudah mulai sakit dan banyak hutang sehingga negara Islam menerima tawaran yang lemah tersebut.

Pada tanggal 2 November 1917, melalui lobi bankir Yahudi, Walter Rothschild, Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour mengumumkan dukungan Inggris atas pembentukan negara Yahudi di Palestina. Deklarasi ini dilihat Syarif Makkah dan bangsa Arab secara keseluruhan adalah pengkhianatan terhadap janji Inggris sebelumnya.

Deklarasi Balfour juga semakin mendorong imigrasi masif etnis Yahudi ke Palestina. Populasi Yahudi melonjak drastis sejak itu, dari 5 persen menjadi 30 persen pada tahun 1935 (republika.id).

1918 adalah tahun di mana perang dunia 1 berakhir, dan perang dimenangkan oleh Inggris. Dari sinilah keterpihakan Inggris terhadap Yahudi mulai nampak dan penghianatan terhadap negara Islam pun mulai terasa sangat nyata.

Setahun setelah perang dunia 1 berakhir nampak jelas bahwa Yahudi sudah mulai terang-terangan menampakkan jati dirinya sebagai tamu yang tak tahu malu dan tak tahu diri. Bak bidan yang telah melahirkan seorang bayi begitulah kedudukan dari Inggris yang membidai lahirnya negara laknatullah ini, dan ibu dari Israel ini adalah Amerika Serikat yang pastinya sangat melindungi anak kandungnya. pada tahun-tahun ini Inggris sebagai pemenang dan pemimpin dunia pada saat itu membolehkan Yahudi yang statusnya awalnya sebagai tamu, malah membolehkan mengibarkan negara  jadi-jadian mereka itu, yaitu negara Israel. Sedangkan bendera negara tuan rumah yaitu Palestina dilarang untuk berkibar. Bahkan dari sektor perekonomian pun nampak kezaliman dan diskriminasi terhadap pekerja Palestina, mereka dibayar murah daripada pekerja orang-orang Israel. Sungguh hal tersebut sangat menjijikkan dan tidak tahu diri.

Apakah kezaliman itu sudah berakhir? Justru belum bahkan itu awal dari segalanya dan puncaknya adalah Oktober 2023 tahun lalu penyerangan besar-besaran dilakukan oleh tamu tak tahu diri itu di negeri kita negeri kaum muslimin yang sepantasnya kita jaga.

Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan total korban tewas akibat agresi Israel di Palestina sejak Oktober 2023 nyaris mencapai 44.000 jiwa.

Laporan Kemenkes Gaza menyebut sebanyak 43.922 orang meninggal per Senin (18/11). Sementara itu, 103.898 orang terluka imbas serangan Israel. 

Jumlah itu bertambah setelah serangan Israel dalam 24 jam terakhir menyebabkan 76 orang meninggal dan 158 terluka, dikutip dari Al Jazeera.

Ya data-data itu masih perkiraan tapi jelas data ratusan ribu orang yang meninggal itu adalah nyawa-nyawa seorang manusia yang dikumpulkan menjadi satu orang-orang yang memiliki harapan hidup lebih lama serta memiliki impian untuk hidup dan beribadah bersama keluarganya. Namun, di tangan tamu yang tidak tahu diri itu darah kaum muslimin, bahkan di sana ada juga kaum kafir seperti Yahudi dan Nasrani tetap mereka tebas tanpa pandang bulu.
Padahal Rasulullah  bersabda,

لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُسْلِمٍ

Sesungguhnya lenyaplah dunia ini menurut Allah lebih mudah dari pada membunuh seorang muslim.

Maka wahai kaum muslimin di manakah kita sekarang? Di manakah keterpihakan hati kita sekarang? Di manakah para tentara-tentara kita yang memiliki keahlian untuk melawan tamu yang tak tahu diri itu?

Kita secara fitrah apalagi kita memiliki keimanan yang sama seperti saudara-saudara kita semakin Palestina,  maka selayaknya lah hati kita condong berpihak terhadap saudara kita di Palestina tanpa lagi melihat harokah dan mazhab mana mereka berpijak. dan benar kita tidak memiliki kekuatan yang mumpuni untuk pergi ke sana dan melawan mereka, maka jalan terakhir dan satu-satunya untuk menyelesaikan konflik dan membasmi tamu yang telah masuk di rumah kita adalah mengusir mereka, mengusir zionis Yahudi dari sana. Hanya bahasa perang lah yang mereka mengerti. itulah mengapa solusi jihad adalah solusi hakiki untuk membebaskan Palestina meskipun secara fakta ketika mereka diajak perang mereka sebenarnya tidak berani untuk berhadap-hadapan, bak  anak yang berlindung di ketiak orang tuanya yaitu para negara-negara kafir seperti Inggris dan Amerika mereka berani melawan saudara kita di Palestina dengan peralatan yang canggih karena dibiayai oleh orang tua mereka dan mereka tidak berani berhadapan langsung melainkan dengan rudal-rudal udara mereka yang mereka terjunkan untuk membunuh saudara-saudara kita yang tidak berdosa.

Maka klimaks dari segalanya ini solusi tuntasnya adalah jihad fisabilillah tentara negara Arab dan kaum muslimin lebih dari cukup untuk mengalahkan para tamu tersebut, sayangnya komando untuk itu saat ini belum ada. Mungkin keadaannya berbeda dan sangat mudah untuk diselesaikan masalah ini saat masa-masa ketika kita memiliki naungan negara Yang menaungi kaum muslimin dan menghargai darah mereka yaitu daulah islamiyyah.


Share this article via

15 Shares

0 Comment