| 83 Views
Ironi Hari Guru Nasional, Dengan Kompleksitas Persoalan Guru

Oleh : Nunik H.
Pegiat Literasi, Ciparay Kab. Bandung.
Hari guru nasional merupakan salah satu perayaan yang diperingati pada tanggal 25 November setiap tahunnya, namun pada kenyataan nya banyak persoalan yang menimpa kepada guru, mulai dari gaji yang tidak layak, guru hanya dianggap sebagai pekerja, hingga maraknya kriminalisasi guru yang menunjukkan guru tidak memiliki jaminan perlindungan, meski guru memiliki posisi penting dalam sistem pendidikan. Disisi lain guru hari ini juga banyak yang melakukan perbuatan kontra produktif terhadap profesinya.
Karut-marut persoalan guru adalah potret buram yang kian kelam dan sulit dijernihkan. Berbagai permasalahan membelit kehidupan para guru. Mulai dari kisruh guru honorer, bongkar pasang kurikulum, guru terjebak pinjol dan judol, kriminalisasi guru, hingga kasus asusila yang melibatkan guru dan murid.
Meski guru memiliki peran yang sangat berjasa, penghargaan terhadap profesi ini sering kali tidak diimbangi dengan kesejahteraan finansial. Banyak guru, terutama di daerah terpencil atau yang berstatus honorer, menghadapi kekurangan ekonomi yang tidak sepadan dengan jasanya. Alih-alih berdaya dan sejahtera, para guru makin lama malah makin terdesak oleh kondisi yang ada.
Kondisi ini tentu akan berpengaruh pada pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik generasi. Kesemrawutan dunia pendidikan saat ini karena diterapkannya sistem pendidikan kapitalisme sekuler, padahal guru adalah salah satu penentu faktor kemajuan bangsa melalui pendidikan, sebagus apapun guru yang tercetak jika tidak disokong sistem pendidikan yang baik maka kualitas guru tidak akan tampak secara signifikan, sistem kehidupan sekuler kapitalisme melahirkan individu yang materialistis sehingga berdampak pula pada tujuan mengenyam pendidikan, banyak orang tua yang menyekolah kan anak nya dengan tujuan untuk mengubah nasib ekonomi keluarga, dengan kata lain pendidikan hanya disandarkan pada capaian materi.
Tidak bisa dinafikan bahwa guru-guru hari ini pun banyak dilahirkan dari sistem sekuler kapitalisme yang sama-sama berorientasi pada materi, banyak guru yang mengajar sekedar untuk formalitas, mereka mengajar hanya sekedar tuntutan profesi, karena mindset yang ada hanyalah menghitung untung rugi atas tenaga dan ilmu yang diberikan, alhasil guru akan mengajar hanya sekedarnya saja.
Di antara peran yang paling penting dari seorang guru adalah membentuk kepribadian muridnya. Oleh sebab itu, wajib bagi guru untuk menjadi teladan yang baik bagi muridnya. Teladan yang baik adalah salah satu cara yang paling jitu dalam pembentukan kepribadian murid.
Islam sangat memperhatikan kesejahteraan dan kualitas guru, maka diberikan jasa yang pantas karena dedikasinya dalam mendidik dan mencetak generasi gemilang. Dalam sejarah Khilafah Islam, pada masa kejayaan Shalahuddin Al Ayyubi, Islam sangat memuliakan profesi guru. Upah yang di terima guru kala itu sangat besar, yaitu 11-40 dinar (1 dinar : 4,25 gram emas). Dengan gaji sebesar itu, kesejahteraan guru tercapai, sehingga para guru dapat bekerja secara optimal tanpa sibuk bekerja tambahan.
Islam adalah agama ilmu pengetahuan yang sangat memuliakan guru dan selalu mengedepankan akhlakul karimah dalam membentuk generasi yang tangguh. Keteladanan seorang guru akan menjadi inspirasi bagi setiap anak didiknya. Kesabaran dan keikhlasannya dalam mendidik menjadi energi yang luar biasa untuk menyongsong peradaban yang gemilang. Sistem Pendidikan Islam dalam mencetak kepribadian muslim berdasarkan nilai nilai ajaran Islam sudah sangat terbukti, karena proses pendidikannya berdasarkan kepada Al-Qur'an dan Sunnah.
Di masa kejayaan Islam negara sangat menghormati dan memuliakan ilmu, pengajar, dan pembelajaran. Negara memberikan penghargaan tertinggi kepada guru sehingga ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat pada saat itu.
Dengan demikian, betapa berat tugas guru dalam mendidik murid-muridnya yang akan meneruskan pembangunan peradaban di masa depan. Namun, dalam Khilafah, tugas berat itu diberi penghargaan sepadan yang salah satunya tampak dari tingginya gaji guru pada masa itu. Guru pun bisa fokus mengajar, mengembangkan ilmu, dan tidak perlu terbebani dengan biaya operasional atau tekanan ekonomi, apalagi sampai terlibat pinjol. Untuk itu, hanya dengan Islam visi untuk mewujudkan guru yang berdaya. Dan negara memiliki gagasan yang kompeten dalam mencetak guru yang berkualitas dan berkepribadian Islam.
Wallahu a'lam bish shawwab.