| 240 Views
Intoleransi di Indonesia, Merusak Hak Umat Beragama Lain?

Oleh : Dewi yuliani
Di kutib dari Jakarta, Beritasatu.com Pelaksana harian (Plh) Direktur Eksekutif Wahid Foundation Siti Kholisoh menilai, penolakan pendirian Sekolah Kristen Gamaliel di Kota Parepare, Sulawesi Selatan, oleh sekelompok masyarakat di Parepare, Sulawesi Selatan, mencederai semangat toleransi yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Menurutnya, setiap warga negara Indonesia seharusnya bebas mendirikan lembaga pendidikan berbasis agama yang telah diakui, selama memenuhi persyaratan administratif. Peristiwa ini merupakan tindakan intoleransi yang merusak hak umat beragama lain hanya karena berbeda keyakinan dengan mayoritas orang Indonesia," kata Siti dikutip dari Antara, Sabtu (28/9/2024).
Siti Kholisoh menjelaskan, dalam regulasi sistem pendidikan nasional telah ditegaskan bahwa sekolah keagamaan sebagai bagian dari sekolah swasta, juga berhak untuk didirikan jika telah memenuhi izin yang disyaratkan.
Istilah intoleransi terus digaungkan di negeri ini. Seolah-olah negeri dengan penduduk mayoritas muslim ini sedang diancam oleh penyakit intolenransi. Parahnya, sering kali label intoleran ini disematkan pada umat Islam. Sementara di sisi lain perilaku intoleran yang nyata-nyata menghalangi umat Islam melaksanakan ajaran agamanya, para pelakunya tidak disebut intoleran. Pelarangan kerudung di Bali misalnya, atau pengrusakan masjid di Papua.
Ini terjaadi karena definisi toleransi mengacu kepada definisi global/ padahal dalam islam jelas ada definisi sendiri, yang sudah dipraktekkan dengan baik ketika Daulah Islamiyyah tegak berdiri, dan dilanjutkan pada kekhilafahan berikutnya.
Persoalan ini terjadi ketika negara tidak hadir sebagai pelindung (ro'in) rakyatnya. Negara justru membuka kran liberalisasi akidah dan membiarkan terjadinya pemurtadan secara massif. Apalagi negara justru mengacu kepada definisi yang digunakan global. Akibatnya Banyak organisasi, sekolah juga individu muslim yang taat justru dituduh radikal. Negara sendiri juga bersikap intoleran terhadap umat Islam. Inilah ironi di negeri berpenduduk mayoritas muslim yang menerapkan sistem demokrasi kapitalis sekuler.
Islam memiliki definisi toleransi sesuai tuntunan Allah dan RasulNya. dan inilah yang harus diamalkan. Ketiadaan negara yang menerapkan syariat Islam yang akan berperan sebagai junnah menjadikan umat islam menjadi sasaran musuh-musuh Islam. Umat Islam pun banyak yang tidak memahami tuntunan Islam ini. Oleh karena itu menjadi kebutuhan untuk menyadarkan umat akan kebutuhan tegaknya Khilafah sebagai junnah.
Untuk memahamkan umat dibutuhkan adanya kelompok dakwah ideologis yang akan terus ,menerus mengawal umat dan berjuang Bersama menegakkan khilafah islamiyyah.
Hari ini kita memang hidup dalam situasi atau fase sejarah yang paling buruk. Ketiadaan institusi Khilafah membuat umat tidak memiliki benteng penjaga. Gempuran musuh-musuh Islam terus dilakukan demi memalingkan kesadaran umat tentang tugasnya untuk berjuang mengembalikan kejayaan Islam.
Gagasan penegakan syariat Islam dalam bingkai Khilafah yang sejatinya merupakan konsekuensi iman, justru kian teralienasi hanya menjadi keyakinan sekelompok orang. Berbagai narasi sesat, termasuk perang istilah, pun terus diaruskan demi membangun barier antara Islam dengan umat, termasuk soal terminologi dan praktik sikap toleran-intoleran pada umat Islam.
Pertanyaannya, apakah segala makar mereka akan berhasil? Jawabannya, tentu tidak akan pernah! Allah Swt. memastikan, ujung kemenangan itu ada pada umat Islam. Institusi Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah akan tegak kembali sesuai janji Allah sekaligus bisyarah Rasul-Nya.
Hanya saja, janji Allah itu tidak akan diberikan pada semua orang, melainkan hanya diberikan bagi mereka yang beriman dan beramal saleh, yakni mereka yang ikhlas menjalankan ketaatan dan senantiasa istikamah berjuang di jalan Islam. Allah Swt. berfirman, “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai.” (QS An-Nur: 55).
Yang penting adalah kita semua harus memastikan bahwa kita ada di track yang benar. Juga ikhlas dan istikamah membersamai jemaah yang konsisten menapaki jalan perjuangan Rasulullah saw. tanpa melenceng sedikit pun, sekalipun berbagai aral melintang di hadapan.
Wallahu'alam bishawab