| 94 Views

Impor Lagi? Mau Sampai Kapan?

Oleh : Rita Razis
Aktivis Muslimah Boyolali

Daging kambing atau domba memiliki tempat tersendiri untuk para pencinta daging. Rasa, bau dan manfaatnya yang khas menjadi nilai plus dibandingkan daging lain. Oleh sebab itu, rumah makan olahan daging kambing selalu ramai dengan pengunjung. Begitu pula para pedagang akan berusaha mengelola usahanya agar mendapatkan keuntungan meski harga-harga mengalami kenaikan termasuk harga daging kambing itu sendiri. Sehingga adanya daging kambing beku impor yang berdatangan di Boyolali menjadi solusi para pengusaha rumah makan akan tetapi hal ini menjadi mala petaka bagi peternak kambing. 

Seperti yang disampaikan peternak domba Bhineka Farm Mario Febrianto, harga daging kambing impor yang dikirim ke Indonesia memiliki selisih harga yang jauh dari harga daging peternak lokal. Sebab di luar negeri sudah masuk kategori afkir atau sisa. Dimana harga daging domba karkas dari peternak sekisar Rp110 ribu-Rp125 ribu per kilogram sedangkan harga daging mutton karkas impor hanya Rp60 ribu-Rp75 ribu per kilogramnya. Maka persaingan harga ini akan berdampak pada daya serap ke peternak yang menurun, sebab setiap tahun daging impor semakin bertambah.

Begitu pula, menurut ketua umum DPP HPDKI Yudi Guntara mengatakan, para peternak mengalami kegelisahan akibat datangnya impor daging domba beku.  Sebab harganya yang lebih murah dan konsumen daging domba seperti pedagang sate atau restoran memilih daging beku impor (radarsolo.com, 24 Nopember 2024).

Dihantui Kebijakan Impor

Miris, impor lagi impor lagi. Setelah susu impor mengoncang Boyolali, sekarang daging domba beku impor. Jika kondisinya sepeti ini terus menerus maka peternak lokal akan selalu dihantui kebijakan impor. Tidak ada celah untuk mereka mengembangkan usahanya sebab semua usaha dipenuhi barang impor dengan harga lebih murah. Maka para peternak lokal akan kalah saing dan tidak bisa berbuat apa-apa. Meskipun mereka sudah melakukan penolakan akan tetapi kondisinya masih sama saja, tidak ada perubahan. 

Memang disatu sisi menguntungkan pihak konsumen tetapi disisi lain merugikan peternak sendiri. Kebijakan ini tentu akan mengakibatkan peternak lokal gulung tikar dan angka pengangguran semakin meningkat. Akibatnya, kesejahteraan rakyat semakin sulit didapat. Kebijakan demi kebijakan dari pemerintah kenapa rakyat yang selalu menjadi korbannya? Rakyat yang selalu terkena imbas, menderita dan kerugian. Bukankah pemerintah memiliki kewajiban untuk menjaga dan mensejahterakan rakyatnya? Akibatnya, tidak ada pendapatan yang didapat rakyat. Mereka hanya memendam kekecewaan dan sulit memenuhi kebutuhannya.

Inilah buruknya sistem yang diterapkan sekarang. Sistem yang hanya memprioritaskan keuntungan dan kepentingan segelintir orang. Sedangkan nasib rakyat terus diabaikan. Ya, inilah sistem kapitalis. Asas manfaat akan selalu yang diutamakan. Sebab setiap kebijakan pemerintah bukan untuk rakyat, sehingga kebijakan yang mengecewakan dan merugikan rakyat menjadi hal yang biasa. Pemerintah hanyalah sebagai regulator yang memudahkan jalan para pengusaha.

Impor Dalam Sistem Islam

Tentu kondisi ini tidak akan terjadi jika menerapkan sistem Islam. Sistem yang dibuat oleh Sangpencipta untuk panduan hambaNya hidup di dunia. Dimana sistem Islam menjaga dan mengayomi rakyatnya. Begitu pula, dalam mendukung, memfasilitasi dan memajukan usaha yang dimiliki rakyatnya. Negara akan memprioritaskan distribusi hasil produksi dari rakyat, sehingga negara tidak akan dengan mudah membuka keran impor. Dengan demikian, rakyat akan sejahtera kehidupannya. 

Sebab di dalam sistem Islam, akan membentuk negara yang paham dan bertanggung jawab dengan amanah yang diembannya, karena mereka hanya berharap akan ridho Allah Swt.  Serta mereka juga sadar akan setiap kebijakan yang diterapkan akan dimintai pertanggungjawabannya. Sehingga negara tidak akan berani semena-mena dan mendzolimi rakyatnya. 

Jadi, hanya dengan sistem Islam rakyat akan terayomi dan sejahtera kehidupannya. Begitu pula, negara akan bekerja sesuai dengan syariat Islam. Mereka tidak akan berani bermain-main dalam mengambil keputusan. Wallahu a'alam bissowab.


Share this article via

53 Shares

0 Comment