| 189 Views
Arus Deras Sekularisme: Gen Z Menghadapi Kerusakan Moral

Oleh : Aning Juningsih
Harapan akan kemunculan Generasi Emas, bertepatan dengan satu abad Indonesia, harusnya mulai dipersiapkan sejak sekarang. Pada 2045, generasi inilah yang diharapkan memimpin bangsa. Meskipun tahun 2045 masih 21 tahun lagi, momentum bonus demografi yang diperkirakan mencapai puncaknya pada tahun tersebut menjadi alasan penting untuk mulai mempersiapkan generasi muda yang unggul, terutama dari kalangan Gen Z.
Namun, ketika kita melihat kondisi generasi muda saat ini, muncul rasa pesimis akan masa depan bangsa. Sebagian besar generasi muda yang tergolong Gen Z berada dalam kondisi darurat, hingga sering disebut sebagai "generasi stroberi"—menunjukkan betapa rapuhnya mereka di tengah gempuran arus sekularisme.
Kasus bunuh diri di kalangan Gen Z semakin sering terjadi, salah satunya di Bekasi, Jawa Barat. Pada 22 Oktober 2024, seorang remaja laki-laki berusia sekitar 13-15 tahun ditemukan tewas setelah melompat dari rooftop Metropolitan Mall. Kasus ini hanyalah salah satu contoh betapa rentannya kondisi mental Gen Z. (Kompas.id)
Selain itu, tingginya angka pengangguran di kalangan Gen Z menjadi persoalan serius. Ketidakcocokan antara keterampilan yang dimiliki dengan tuntutan industri membuat mereka sulit mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2024, sekitar 9,89 juta orang dari kalangan Gen Z masih menganggur, dengan penyumbang terbesar berasal dari usia produktif.
Gen Z juga menjadi korban dari komersialisasi pendidikan. Biaya kuliah yang semakin mahal, baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta, menekan mereka dan keluarga mereka, sementara pendapatan keluarga menurun, daya beli merosot, dan banyak yang jatuh dari kelas menengah ke kelompok miskin.
Tak hanya itu, banyak lulusan perguruan tinggi tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan di pasar kerja, seperti kemampuan digital, teknologi informasi, atau berpikir kritis. Di sisi lain, gaya hidup rusak seperti FOMO (Fear of Missing Out), kecanduan game dan judi online, seks bebas, konsumerisme, dan hedonisme semakin menggerus moral generasi ini. Semua fenomena ini menunjukkan adanya masalah sistemis yang menghambat kemampuan Gen Z untuk menjadi generasi unggul pada tahun 2045.
Kondisi ini tidak dapat dibiarkan terus berlanjut. Segala permasalahan yang terjadi pada generasi muda saat ini adalah hasil dari penerapan sistem sekularisme yang dikombinasikan dengan demokrasi kapitalis. Kolonialisme Barat yang pernah menjajah negeri-negeri muslim meninggalkan jejak pemikiran rusak yang sampai saat ini terus menggerogoti moral kaum muslimin. Hampir seluruh negeri-negeri muslim telah disekularisasi, mengikuti undang-undang sekuler Barat yang bertujuan menjauhkan umat Islam dari ajaran agamanya. Hal ini merupakan strategi Barat untuk melemahkan kekuasaan Islam yang pernah berjaya di bawah Kekhilafahan Utsmani di Turki.
Sistem pendidikan saat ini juga berperan besar dalam kerusakan moral generasi muda. Sistem pendidikan sekuler yang diterapkan di seluruh negeri-negeri muslim melahirkan generasi yang pragmatis dan jauh dari nilai-nilai Islam. Kurikulum Merdeka, yang diadopsi di Indonesia, semakin memperparah situasi. Siswa dibebani biaya pendidikan yang mahal, namun terjebak dalam sistem pendidikan yang liberal. Kurikulum ini tidak lagi menekankan pentingnya mencari ilmu untuk memperoleh keberkahan, melainkan lebih fokus pada hasil tanpa memikirkan dampak jangka panjang terhadap kualitas moral generasi.
Tak heran jika perundungan di sekolah, tindak kriminal, seks bebas, dan perilaku seksual menyimpang semakin marak di kalangan remaja. Di tingkat perguruan tinggi, fokus pendidikan bergeser dari pembentukan intelektual yang kritis menjadi upaya meraih gelar secara instan. Kampus lebih sibuk dengan reputasi internasional, sementara kontribusi ilmuwan untuk kepentingan masyarakat terabaikan. Jurnal internasional yang mahal dan sulit diraih membuat banyak akademisi memilih jalan pintas dengan menerbitkan karya di jurnal predator.
Kita harus mengakui bahwa produktivitas Gen Z saat ini telah dibajak dan disesatkan oleh sistem demokrasi kapitalis sekuler. Oleh karena itu, solusi yang benar-benar tuntas hanya bisa dicapai dengan mengganti sistem yang rusak ini dengan sistem Islam.
Generasi muda merupakan kunci kebangkitan peradaban. Potensi mereka harus dioptimalkan dan diarahkan agar tidak tersesat di tengah jalan. Islam memberikan arahan yang jelas tentang visi dan misi hidup. Generasi muda perlu dididik melalui proses pembinaan akidah Islam yang kuat, disiapkan untuk melanjutkan perjuangan dakwah dalam menegakkan negara Islam, sebagaimana metode yang diajarkan oleh Rasulullah saw.
Rasulullah saw. dalam dakwahnya membina para sahabat tanpa memandang usia, kedudukan, jenis kelamin, atau latar belakang. Beliau menghimpun mereka dalam sebuah kelompok yang bersama-sama mengemban dakwah Islam. Banyak dari mereka adalah anak muda yang beriman kepada Rasulullah saw., menaatinya, dan berdakwah bersamanya. Dalam perjalanan dakwah ke Madinah, para pemuda di sana menyambut dakwah Rasulullah dan siap menyerahkan kekuasaan untuk menegakkan negara Islam di Madinah. Hijrah Rasulullah menjadi penanda penting dalam transisi penerapan hukum Islam di masyarakat.
Oleh karena itu, generasi muda hari ini harus memahami tujuan hidup yang hakiki berdasarkan akidah Islam. Mereka harus melibatkan diri dalam gerakan dakwah yang meneladani metode dakwah Rasulullah saw., yang berjuang untuk menegakkan kembali kehidupan Islam melalui pembentukan negara Islam.
Pembinaan generasi muda ini memerlukan proses yang intensif dan mendalam melalui tsaqofah Islam ideologis. Proses ini tidak instan, melainkan melalui pemahaman yang mendalam agar melahirkan individu yang siap menghadapi tantangan dakwah. Dengan kematangan pemikiran dan perilaku yang sejalan dengan ajaran Islam, mereka akan menjadi pengemban dakwah yang tangguh, mampu membawa perubahan positif di masyarakat.
Hanya dengan penerapan Islam secara kaffah, generasi muda dapat menjadi generasi yang unggul, tangguh, dan bermoral dalam setiap aspek kehidupan. Mereka akan menjadi generasi yang tidak hanya meraih keberkahan di dunia, tetapi juga di akhirat. Islamlah yang akan melahirkan generasi pemimpin yang akan membawa peradaban umat ke puncak kejayaannya. Wallahu a'lam bishawab.