| 126 Views

260 Juta Penduduk Indonesia, Tapi Kekurangan Dokter?

Oleh : Susi Ummu Musa 

Wacana terkait impor dokter dari luar memang menjadi pusat  perhatian bagi masyarakat maupun dokter dokter yang ada di Indonesia, bahkan ini menjadi pertanyaan besar mengapa harus mengambil dokter asing dari luar sedangkan jika dipikir pikir begitu banyak rakyat indonesia yang jika dijadikan dokter akan begitu banyak dan bisa seimbang dengan jumlah penduduknya.

Yang disayangkan juga dari wacana ini adalah pemecatan Prof. Dr.dr. Budi Santoso,Sp.OG(k). Beliau merupakan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair), Diduga pemecatan tersebut karena penolakan beliau terhadap kebijakan pemerintah yang berencana merekrut dokter asing ke Indonesia.

Saat dikonfirmasi, Prof.BUS menyatakan dirinya dipanggil oleh Rektorat Unair pada Senin( 1-7-2024) Untuk mengklarifikasi pernyataannya yang menolak program dokter asing di Indonesia. Sedangkan keputusan pemberhentian ia terima Rabu (3-7-2024).
Adapun pernyataan penolakan dokter asing itu Prof. BUS sampaikan saat diwawancarai oleh awak media pada Kamis ( 27-6-2024).

jika dilihat dari alasan Prof.BUS tentu kita juga setuju seperti yang beliau katakan bahwa kita mampu untuk memenuhi dan menjadi dokter tuan rumah di negeri sendiri, ia yakin 92 Fakultas Kedokteran di Indonesia mampu meluluskan dokter berkualitas bahkan tidak kalah dengan dokter-dokter asing.

Jika pemerintah punya alasan terkait impor dokter dengan dalih karena kekurangan dokter lalu mengapa harus impor dokter?
Bukannya memikirkan bagaimana cara agar bisa mencetak dokter dokter di negeri sendiri dengan menekan biaya sehingga tidak mahal.
Mengingat prodi Kedokteran adalah yang paling tinggi dan sepertinya hanya orang-orang kalangan atas yang mampu mengambil prodi Kedokteran,
Padahal jika ditanya orang-orang yang ada di Indonesia begitu banyak yang menginginkan menjadi dokter namun kendala biaya.

Dan ini yang menjadi kendala masyarakat sehingga menghambat dihasilkannya dokter dalam kurun waktu yang cepat dengan kualitas baik, lantas jika kebijakan dokter asing ini terus berjalan maka bagaimana nasib dokter lokal selanjutnya?

Jelas lama kelamaan dokter lokal akan tersingkir dan biaya kesehatan juga akan bertambah naik, menyoroti hal ini dengan segala konsekuensi yang dihadapi masyarakat indonesia tentu akan mengarah kepada pemikiran cermat tentang jumlah penduduk negri ini yakni 260 juta jiwa dengan Dikelilingi SDA yang melimpah.

Sangat erat kaitannya bahwa dengan memanfaatkan SDA yang ada dinegri ini dan lapangan pekerjaan yang terbuka lebar seluas luasnya bukan kah tidak mungkin negri ini akan sejahtera berikut dengan cita cita tinggi dan keinginan menjadi dokter akan terwujud.

Namun Fakta yang hari ini kita rasakan adalah sebaliknya kapitalisme sekuler telah merenggut cita cita tinggi nan mulya menjadi angan angan tak berujung semua pupus terkubur mimpi untuk menjadi dokter, hanya mereka saja yang mampu yang bisa dan masyarakat biasa yang hidup serba kekurangan namun punya cita-cita tinggi akan sulit sekali.

Sistem Kapitalisme ini hanya mementingkan materi yang dapat menghasilkan uang maka dampak nya apa saja terjadi diberbagai sektor termasuk dunia pendidikan dokter juga bagian yang tak terpisahkan.
Maka program dokter asing adalah tujuannya.

Namun jika kita melirik kepada islam terkait dokter asing maka sebenarnya sah sah saja tapi bukan untuk kepentingan meraih keuntungan atau materi,
Karena pada masa Rasulullah juga pernah ada dokter asing untuk dijadikan dokter umum bagi seluruh warganya.

Dalam pandangan islam terkait ini adalah prioritas apalagi  perekrutan dokter dibidang kesehatan wajib tersedia bagi rakyat.
Mekanismenya tentu akan merujuk kepada aturan islam yang akan diatur dengan adanya negara berbasis islam yaitu khilafah yang dipimpin kholifah atau imamah.

Rasulullah bersabda:
" Imam atau khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya." ( HR Muslim dan Ahmad)

Maka tanggung jawab yang diemban seorang pemimpin akan kebutuhan rakyat ada pada kholifah. 
Segala bentuk pembiayaan diambil dari baitul mal untuk kepentingan rakyat menyediakan Rumah sakit beserta para dokter dan perawatnya dan pembiayaan pendidikan dokter juga diambil dari baitul mal secara gratis.

Dari mana dana yang begitu besar diperoleh? Diantaranya, ada pos fai dan kharaj sebagai harta kepemilikan negara yakni berupa ganimah, khumus, jizyah, dan dahribah (pajak) khusus untuk pajak diambil ketika baitul mal kosong saja dan diambil dari orang kaya.
Kemudian ada pos kepemilikan umum ada tambang minyak dan gas, hutan, laut dan hima.

Dengan adanya baitul mal maka negara akan menghasilkan banyak dokter karena mereka tidak akan lagi kesulitan menempuh pendidikan dokter, dan tidak terlalu diperlukan harus impor dokter apalagi dengan tujuan bisnis.
Maka dengan adanya negara yang menerapkan islam semua akan terwujud, biaya kesehatan dan pendidikan tidak akan mahal seperti saat ini.

Wallahu a lam bissawab


Share this article via

100 Shares

0 Comment